Memang, bagi klub-klub Eropa lolos ke kompetisi Eropa bukanlah kewajiban. Ia sunnah. Tapi, seumpama hukum Islam, ia adalah sunnah muakkad. Sunnah tapi mendekati wajib alias sangat dianjurkan. Maka tak sedikit klub-klub berlomba untuk bisa lolos ke kompetisi Eropa.
Bagi mereka yang tak diperhitungkan, buat mereka yang tak dibicarakan di dunia sepak bola, lolos ke kompetisi Eropa sudah seperti mendapatkan trofi. Tim-tim ini punya semangat untuk lolos ke Eropa lebih besar dari hasrat memecat karyawan. Lantas siapa saja tim-tim tersebut?
Daftar Isi
Nottingham Forest
Kita mulai dari Inggris, tempat Pangeran Charles diimunisasi. Sebuah tim yang lama merindukan kompetisi Eropa akhirnya bisa kembali, meski dengan rasa berbeda. Ya, tim itu adalah Nottingham Forest.
Bagi yang tidak terlalu suka sepak bola, Forest bukan nama yang karib didengar saat kompetisi Eropa dimulai. Namun, orang yang tak suka sepak bola pun tak cukup bodoh untuk menyebut gelar Liga Champions Arsenal lebih banyak dari Nottingham Forest.
Musim ini Forest tidak bergulat di kompetisi Eropa. Tapi musim depan, tim Perhutani akan bermain di kompetisi Eropa. Sayangnya, mereka tidak bermain di Liga Champions, melainkan di Liga Konferensi Eropa, kasta ketiga alias Liga Champions rasa melon.
The UEFA Conference League awaits in 2025/26. 🏆 pic.twitter.com/F6VQ2iOIud
— Nottingham Forest (@NFFC) May 25, 2025
Pasukan Nuno Espirito Santo terdepak dari perburuan jatah Liga Champions karena performanya menurun di pekan-pekan terakhir. Dalam lima pertandingan terakhir di Liga inggris, Forest hanya sekali menang. Posisi mereka pun melorot, dan di ujung musim harus puas di peringkat ketujuh.
Lumayanlah daripada Wolves yang di tabel klasemen kalah dari tim seperti Manchester United. Forest mendapat limpahan jatah yang seharusnya milik pemenang Carabao Cup.
Nah, musim depan Nottingham Forest akan tampil di kompetisi Eropa untuk kali pertama sejak 1995/96. Hampir tiga dekade silam The Garibaldi bermain di UEFA Cup atau Liga Eropa. Saat itu Forest lolos hingga ke perempat final.
Crystal Palace
Masih dari Inggris. Impian bermain di kompetisi Eropa boleh jadi sudah dikubur dalam-dalam oleh Holmesdale Fanatics, fans Crystal Palace. Mereka tidak sempat memikirkan main di Eropa, karena tiap musim, yang selalu ada di pikiran mereka adalah, bisakah Crystal Palace lolos dari degradasi?
Ketimbang bertarung di zona Eropa, musim-musim Palace dilalui dengan penuh kesengsaraan. Bahkan separuh musim ini saja Palace nyaris terdepak dari Premier League. Untunglah Tuhan berkehendak lain.
Palace memang terserak di peringkat belasan, mustahil merangsek ke sepuluh besar. Tapi di Piala FA, The Eagles sungguh-sungguh menjadi predator. Usai menaklukkan Aston Villa, Palace ke partai final. Aston Villa, sekalipun dilatih Unai Emery, adalah lawan yang masih sepadan buat Palace. Tapi di final?
You can now get your existing Palace shirt printed with our ‘WINNERS 25’ gold font at the Selhurst Club Shop, as well as the FA Cup sleeve patches and fixture information on the front 😍#CPFC pic.twitter.com/XqU66WZWko
— Crystal Palace F.C. (@CPFC) May 20, 2025
Mau dilihat dari segi mana pun, Manchester City bukan lawan yang sepadan. Jika City adalah langit, Palace buminya. Jika City laksana Rolls Royce, Palace bagai Toyota Kijang. Namun, sepak bola selalu punya cara sendiri untuk menghadirkan kejutan.
Pep Guardiola yang tak sudi nasib timnya sama seperti Ipswich Town yang tak meraih satu pun trofi musim ini, menyuruh anak asuhnya untuk tampil habis-habisan. Pertahanan Crystal Palace diacak-acak.
Akan tetapi, justru The Eagles yang keluar sebagai juara. Lewat sebuah serangan balik, Palace mencetak sebiji gol lewat Eberechi Eze, dan gol itu tak kuasa dibalas oleh pasukan Guardiola.
Dengan menjuarai Piala FA, Palace akan bermain di kompetisi Eropa musim depan, tepatnya di Liga Eropa. Ini adalah kali pertama Palace bermain di Eropa. Klub yang berada di London Selatan terakhir kali tampil di Eropa pada musim 1998/99, itu pun di UEFA Intertoto Cup.
Palace belum pernah bermain di Liga Champions maupun Liga Eropa. Dengan kata lain musim depan untuk pertama kalinya Palace bermain di kompetisi Eropa jika Piala Intertoto tidak dihitung.
🚨🏆 Crystal Palace will play Europa League football next season! 🇪🇺 pic.twitter.com/qdyBAvOFLl
— Fabrizio Romano (@FabrizioRomano) May 17, 2025
Rayo Vallecano
Kebahagiaan juga hadir di tanah Francisco Franco. Koefisien Liga Spanyol yang meningkat menguntungkan tim berperingkat lima. Ya, Villarreal akhirnya bermain di Liga Champions lagi usai finis di lima besar. Selain itu keuntungan juga didapat oleh tim yang finis di luar lima besar berkat kemenangan Barcelona di Copa del Rey.
Salah satu yang mendapat manfaat itu adalah Rayo Vallecano. Musim ini klub berjuluk Los Franjirrojos mengakhiri musim di peringkat delapan dan berhak main di Liga Konferensi musim depan. Itu akan menjadi kali pertama Rayo Vallecano bermain di kompetisi Eropa setelah 25 tahun lamanya.
🔴⚪️ For the first time in around 25 years, Rayo Vallecano have QUALIFIED for a European competition! ✈️🎟️
They’ll be in the UEFA Conference League after finishing 8th in La Liga.
Great achievement for them. Fans invaded the pitch after the match vs Mallorca. 👏 pic.twitter.com/qBN8jdaSzp
— EuroFoot (@eurofootcom) May 25, 2025
Jika ada yang bisa disebut tim antah berantah, Rayo Vallecano inilah tim yang paling pas disebut antah berantah sejati. Berani bertaruh, hanya penonton La Liga yang benar-benar kenal tim ini. Bagaimana tidak? Rayo nyaris tak pernah main di kompetisi Eropa.
Sebelumnya, tim yang sudah seabad berdiri ini hanya sekali main di kompetisi Eropa, yakni pada musim 2000/01 di UEFA Cup. Selebihnya hanya menghuni papan bawah. Musim lalu Real Madrid versi lite ini bahkan nyaris turun ke Divisi Segunda.
Tapi berkat tangan dingin Inigo Perez, pelatih yang baru berusia 37 tahun, Rayo melejit ke papan atas. Inigo adalah mantan pemain Athletic Bilbao yang dulu bahkan jarang dimainkan. Ia juga seumuran dengan salah satu pemain Rayo, Oscar Trejo.
Celta Vigo
Tim lain yang dapat keuntungan dari juaranya Barcelona di Copa del Rey adalah Celta Vigo. Tim ini akhirnya bisa bermain lagi di kompetisi Eropa setelah dua kali kabisat absen. Mereka mengakhiri La Liga musim ini dengan kemenangan 2-1 di rumah Getafe.
Sama seperti yang terjadi pada Rayo Vallecano. Usai pertandingan terakhir musim ini, para suporter dan pemain tumpah ruah merayakan keberhasilan mereka ke kompetisi Eropa musim depan. Tim berjuluk Los Celestes ini berhak bermain di Liga Eropa usai finis di posisi ketujuh.
Liga Eropa musim depan akan menjadi kompetisi Eropa kedua yang akan diikuti Celta Vigo dalam hampir dua dekade terakhir. Keberhasilan ini kembali mengingatkan fans akan momen di musim 2015/16.
Saat itu mereka lolos ke Liga Eropa dan menariknya, di Liga Eropa musim berikutnya, Celta Vigo tak hanya penggembira, melainkan bisa melangkah ke semifinal. Mungkinkah musim depan klub yang diperkuat Iago Aspas itu akan mengulangi kesuksesan sembilan tahun lalu?
🚨🇪🇸 𝐎𝐅𝐅𝐈𝐂𝐈𝐀𝐋 | Celta Vigo have QUALIFIED for the UEFA Europa League! ✈️🎟️ pic.twitter.com/do4s5w91eY
— EuroFoot (@eurofootcom) May 25, 2025
FC Mainz
Suka cita lolos ke Eropa juga hadir dari tanah kelahiran sang penemu mesin cetak, Johannes Gutenberg. Usai menahan imbang juara Bundesliga musim lalu, FC Mainz memastikan diri bermain di Liga Konferensi musim depan, usai finis di posisi keenam.
Itu akan menjadi kali pertama Mainz bermain di kompetisi Eropa sejak musim 2016/17 atau sekitar delapan tahun lalu. Mainz memang layak main di Eropa musim depan. Beberapa media Jerman bahkan menyebut, anak asuh Bo Henriksen lebih layak bermain di Liga Eropa.
Penampilan mereka di Bundesliga musim ini begitu dahsyat. Pelatih asal Denmark berhasil membangkitkan gairah tim yang di musim lalu dihantui degradasi. Tapi keajaiban sejatinya tak terjadi hanya karena motivasi dan semangat, lebih dari itu, Mainz membuktikan kerja keras adalah segalanya.
🔴⚪️ 𝐎𝐅𝐅𝐈𝐂𝐈𝐀𝐋 | Mainz have qualified for the UEFA Conference League! 🇪🇺✈️
It’s the first time they will play European football in around 8 years.
Congrats to Bo Henriksen and his team. 👏 pic.twitter.com/i0GQFLzdfX
— EuroFoot (@eurofootcom) May 17, 2025
Pencapaian ini melampaui target awal. Henriksen sejatinya cuma ditarget bertahan di Bundesliga. Namun sang pelatih malah mewujudkan selorohnya sebelum musim dimulai.
Di awal musim, ketika ditanya apa ambisinya melatih Mainz, Henriksen berkata akan membuat kejutan. Dan ketika ditanya kejutan apa itu, Henriksen menjawab, “Mungkin bermain di Eropa.”
Musim depan kita akan melihat tim-tim tadi berkiprah di Eropa. Sementara, di lain tempat, bukan tidak mungkin kita akan melihat musim depan, tim yang seharusnya bermain di Eropa justru masih akan sibuk memecat karyawan dan menghindari degradasi.
Sumber: Football-Espana, YahooSports, Bundesliga, NottinghamForest, Tribuna, SWR, ZDF