Nggak ada angin nggak ada ujan, tiba-tiba salah satu media Italia, Tuttosport memberitakan tentang tim nasional Indonesia. Beritanya pun cukup menyinggung para fans Indonesia. Secara blak-blakan mereka menuliskan bahwa Erick Thohir ingin mengganti Shin Tae-yong dengan pelatih asal Eropa.
Ide tersebut sepintas terlihat menarik. Namun, apakah Indonesia akrab dengan pelatih-pelatih asal Benua Biru? Setelah ditelusuri, Indonesia ternyata cukup sering menggunakan pelatih asal Eropa. Lantas, bagaimana kiprah mereka saat menukangi Timnas Indonesia?
Daftar Isi
Simon McMenemy
Kita akan bahas dari yang terbaru dulu, yakni Simon McMenemy. Simon sudah membangun reputasi kepelatihannya di sepakbola Asia Tenggara sejak lama. Dirinya bahkan sempat jadi pelatih Filipina saat jadi lawan Indonesia di Piala AFF 2010. Sementara langkah karir Simon di sepakbola Indonesia dimulai saat dia melatih Mitra Kukar pada 2011.
Barangkali, kinerja terbaik Simon di Liga Indonesia adalah ketika menukangi The Guardians. Dirinya mengantarkan Bhayangkara FC menjuarai Liga 1 pada tahun 2017. Dinilai sukses bersama Bhayangkara, pria asal Skotlandia itu jadi juru taktik Timnas Indonesia.
Pada tahun 2019, Simon ditunjuk untuk menggantikan pelatih sebelumnya, Bima Sakti. Debut Simon berjalan mulus. Pada Maret 2019, Indonesia menang 2-0 atas Myanmar. Namun, setelahnya McMenemy gagal memberikan hasil optimal, termasuk di Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Di tangan Simon McMenemy, Indonesia selalu kalah pada empat laga Kualifikasi Piala Dunia. Total, Simon cuma memberikan dua kemenangan dari tujuh pertandingan resmi yang dipimpinnya. Tak cuma itu, nama pemain yang dipilih Simon juga cukup aneh. Dirinya mengandalkan pemain-pemain yang udah kelewat senior. Seperti Wawan Hendrawan, Beto Goncalves, dan Otavio Dutra.
Luis Milla
Mundur ke dua tahun sebelum Simon, ada Luis Milla. Mungkin, bagi sebagian fans Timnas Indonesia merasa PSSI kurang mau bersabar pada Milla. Tak seperti Shin Tae-yong, PSSI enggan memberi kesempatan kepada Milla untuk berproses. Milla datang pada tahun 2017. Dirinya datang dengan CV yang cukup oke.
Ia pernah mengantarkan Spanyol U-21 menjuarai Euro U-21 pada tahun 2011. Milla juga pernah menukangi tim Spanyol di Olimpiade tahun 2012. Saat itu, ia menukangi pemain-pemain berlabel bintang seperti Juan Mata, Isco, Koke, hingga David De Gea.
Diikat kontrak dua tahun oleh PSSI, Milla juga diminta untuk menangani Timnas U-23. Milla dianggap mampu memberikan perkembangan kepada Skuad Garuda Muda. Sepak terjang Timnas U-23 di Asian Games 2018 paling diapresiasi oleh publik. Mencapai babak 16 besar, Skuad Garuda mampu mencetak 13 gol dan hanya kebobolan lima gol dari lima pertandingan.
Sayang, Milla hanya satu setengah tahun di Timnas Indonesia. Bayangkan jika Milla dibekali skuad yang mewah seperti sekarang, mungkin permainan tiki taka khas Spanyol bukan suatu hal yang sulit untuk diaplikasikan.
Alfred Riedl
Meski belum memberikan gelar, Alfred Riedl jadi pelatih yang paling dihormati oleh publik pecinta sepakbola Indonesia. Pria asal Austria itu bisa dibilang sebagai the right man in the right place. Karena setiap PSSI butuh bantuan, Riedl selalu siap. Itu dibuktikan dengan Riedl yang tercatat sudah tiga kali menukangi Timnas Indonesia. Medio 2010-2011, 2013-2015, dan tahun 2016.
Riedl merupakan pelatih yang meninggalkan jejak kuat di Timnas Indonesia. Ia berhasil membawa Timnas Indonesia ke final Piala AFF pada tahun 2010 dan 2016. Indonesia bahkan nyaris juara di edisi 2016 jika tak kena comeback di final leg kedua yang dimainkan di Thailand.
Pelatih yang sudah berpulang pada tahun 2020 itu tercatat menukangi tim nasional Indonesia di 35 pertandingan. Dengan torehan 19 kali menang, tujuh kali imbang, dan sembilan kali kalah. Kiprah Opa Riedl di Timnas Indonesia memang tidak terlalu istimewa, tapi layak untuk dikenang.
Wim Rijsbergen
Timnas Indonesia juga beberapa kali dilatih oleh pelatih asal Belanda. Salah satunya adalah Wim Rijsbergen. Kita tentu ingat pencapaian Timnas Belanda sebagai runner-up di Piala Dunia 1974 dan 1978. Wim Rijsbergen adalah pemain andalan Belanda di dua edisi Piala Dunia itu.
Riwayat kepelatihannya di tim nasional pun lumayan. Saat menjadi asisten pelatih di Trinidad and Tobago, ia berhasil membawa Dwight Yorke cs lolos ke Piala Dunia 2006. Itu jadi salah satu kejutan di dunia sepakbola saat itu. Maka dari itu, harapan PSSI cukup tinggi saat Wim datang tahun 2011. Ia diberi target untuk lolos ke Piala Dunia 2014.
Sayangnya, kiprah mantan pelatih PSM Makassar itu di Timnas Indonesia tidak lama. Tercatat, ia hanya bertahan satu tahun dan memimpin tujuh pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2014. Catatannya pun begitu mengkhawatirkan. Dari tujuh laga, ia hanya menang sekali.
Tidak ada memori apik yang ditinggalkan oleh Wim Rijsbergen. Bahkan, beredar rumor penyebab sang pelatih dipecat adalah karena kerap bersitegang dengan penggawa Timnas Indonesia lainnya. Dirinya juga sering mengkritik para pemain di depan publik.
Ivan Kolev
Jika membicarakan pelatih Eropa yang pernah menangani Timnas Indonesia, kita tak akan pernah lupa dengan kiprah Ivan Kolev. Pelatih asal Bulgaria itu pernah dua kali menukangi Timnas Indonesia. Yang pertama pada tahun 2001 hingga 2003 dan yang kedua pada tahun 2007.
Prestasi terbaik Ivan Kolev di era pertamanya membesut Timnas Indonesia adalah membawa skuad Merah Putih menjadi runner-up di ajang Piala Tiger 2002, atau kini yang dikenal sebagai ASEAN Championship. Di periode kedua, Ivan Kolev kembali ditunjuk oleh PSSI untuk menukangi Timnas Indonesia di Piala Asia 2007.
Diberi kesempatan kedua, Ivan tidak menyia-nyiakan. Ia jadi sosok di balik kemenangan 2-1 atas Bahrain di laga penyisihan grup Piala Asia 2007. Kala itu, Budi Sudarsono dan Bambang Pamungkas lah yang mencetak gol di laga tersebut. Kemenangan ini jadi kemenangan yang bersejarah. Bahkan, masih sering dibicarakan hingga sekarang.
Usai gagal membawa Timnas Indonesia lolos ke fase knock out Piala Asia 2007, kontrak Ivan Kolev pun berakhir dan sang pelatih kembali ke Bulgaria untuk membesut timnas Bulgaria U-21. Meski cukup singkat, periode kedua Ivan Kolev jadi salah satu era yang membekas di hati para fans.
Peter Withe
Ivan Kolev kan dua periode ya, nah yang ngelatih Timnas Indonesia di sela-sela dua periode itu adalah Peter Withe. Pelatih asal Inggris ini juga tak kalah memorable bagi fans sepakbola Indonesia. Menariknya, Peter Withe direkrut PSSI setelah dua kali mempermalukan Indonesia di ajang Piala AFF.
Sebelum melatih Indonesia, Peter merupakan pelatih Timnas Thailand. Bersama Tim Gajah Perang, Peter menjuarai Piala Tiger tahun 2000 dan 2002. Dua gelar itu semuanya didapat setelah menundukkan Indonesia di partai pamungkas. Tahun 2000, Indonesia dicukur 4-1 oleh Thailand. Sedangkan tahun 2002, Indonesia kembali kalah di Gelora Bung Karno melalui skema adu penalti.
Kekalahan dari Thailand membuat PSSI penasaran dengan sentuhan tangan dingin Peter Withe. Tahun 2004, Peter akhirnya dipekerjakan oleh PSSI. Saat menukangi Indonesia, Peter dikenal sebagai pelatih yang doyan blusukan untuk mencari talenta terbaik. Dia menyambangi banyak stadion di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.
Salah satu hasil blusukan tersebut adalah Boaz Solossa. Ketika itu, Boaz menjadi bintang di ajang Piala Tiger 2004. Kemampuan teknik dan ketajamannya membuat legenda Persipura itu menjadi sorotan di Piala Tiger. Sayangnya, lagi-lagi Indonesia harus puas jadi runner up kompetisi tersebut.
Itulah nama pelatih Eropa yang pernah menghiasi Timnas Indonesia. Sebenarnya sih masih banyak lagi. Tapi, udah lama banget. Contoh Bernd Schumm dari Jerman tahun 1998 atau Romano Matte dari Italia tahun 1993. Semoga konten ini bisa jadi pertimbangan PSSI dalam memutuskan apakah layak untuk mengganti STY dengan pelatih asal Eropa.