Buat Manchester City, mungkin uang 70 juta pounds atau 1,4 triliun rupiah, kecil. Andai kata City harus membayar semua tuntutan klub Liga Inggris, klub tidak akan mengalami masalah finansial berarti. Lha wong pendapatan musim ini saja mencapai 119 juta pounds atau sekitar 2,4 triliun rupiah.
Tapi berbeda halnya dengan klub-klub Liga Inggris lain yang kembang kempis musim ini. Berdasarkan laporan keuangan klub masing-masing, ada 4 klub Liga Inggris yang bakal terancam kena sanksi. Sanksi itu terkait masalah finansial yang jomplang.
Tentu untuk memberi efek jera, UEFA memberlakukan sanksi pengurangan poin bagi klub yang melanggar kesimbangan finansial. Lantas apa saja klub yang terancam kena sanksi tersebut? Dan bagaimana bisa klub tersebut terlilit hutang sedemikian banyaknya?
Daftar Isi
Everton
Pertama klub yang tak terelakkan bakal kena sanksi UEFA adalah Everton. Masalahnya klub ini punya warisan hutang yang nilainya sangat besar. The Toffees punya hutang sebesar 371,80 juta pounds atau 7,5 triliun rupiah selama 3 musim belakangan.
Di musim lalu Everton sudah kena getah akibat keuangan yang kacau. Everton harus dihukum sanksi pengurangan 6 poin. Akibatnya Everton harus terdepak dari 14 ke 19 klasemen di musim 2023/24. Beruntung Everton masih bisa selamat dari degradasi setelah di akhir musim finis di posisi 15 di Liga Inggris.
Tapi tantangan Everton tak selesai di situ. Sebab warisan hutang yang teramat besar akibat adanya rencana pengembangan stadion. Stadion itu menelan biaya sampai lebih dari 500 juta pounds (setara Rp9,95 triliun). Stadion yang bernama Bramley-Moore Dock dijadwalkan rampung pengembangannya dalam waktu satu tahun lagi.
Maka musim ini Everton berpotensi mengulangi hal yang sama. Kena sanksi pengurangan poin lalu berjuang bangkit untuk selamat dari degradasi. Tentu hutang 300 juta pounds lebih tak mudah untuk segera dilunasi oleh The Toffees. Mau tak mau klub asal pinggiran Liverpool itu harus menerima konsekuensinya.
Sementara Everton di musim ini hanya membukukan keuntungan tak lebih dari 28,15 juta Pounds (570 miliar). Jumlah ini jelas tak cukup untuk menutup jumlah total hutang Everton. Perlu waktu 10 musim lebih untuk bisa melunasi hutang yang diderita Everton, dengan pendapatan secuil itu.
🏟️ Details for the first two test events that will take place at @EvertonStadium.
— Everton (@Everton) January 2, 2025
Jika pengumuman dari UEFA menegaskan kalau Everton memang benar melanggar aturan PSR atau Profit and Sustainability Rules, maka klub ini secara otomatis kena sanksi. The Toffees hanya perlu menghitung hari pemberlakuan sanksi tersebut. Dan, secara otomatis ia akan tergusur dari posisinya semula di Liga Inggris.
Chelsea
Beralih ke London, di mana Chelsea menghadapi ancaman yang sama seperti Everton yaitu sanksi pengurangan poin. Penyebabnya bukan karena ide gila mengembangkan stadion, melainkan karena kecerobohan si pemilik The Blues, Todd Boehly. Pemilik baru Chelsea tersebut sepertinya sedang demam sepakbola di transfer musim panas lalu.
Melansir dari Bola, klub ini mengeluarkan uang di transfer musim panas mencapai 200 juta pounds (4 triliun rupiah). Jumlah itu hasil dari pembelian 7 pemain. Sementara Chelsea hanya menjual 5 pemain dan hanya menghasilkan 144 juta pounds (2,4 triliun rupiah). Jelas Chelsea harus tombok 56 juta pounds.
Hal itu berimbas pada pengeluaran Chelsea di awal musim yang membengkak. Nilainya sampai 219 juta pounds (4,4 triliun rupiah). Sementara pemasukan The Blues musim ini hanya 147 juta pounds (2,9 triliun rupiah). Sudah pasti ini membuat Chelsea menanggung defisit keuangan sekitar 72 juta pounds (1,4 triliun rupiah).
Sementara dari sisi pendapatan, tampaknya Chelsea juga mengalami penurunan. Misalnya saja dari pendapatan siaran, Chelsea mengalami penurunan sampai 27,2 persen. Di musim sebelumnya Chelsea bisa meraup omzet siaran sampai 259,7 juta Pounds. Musim ini Chelsea hanya membukukan pendapatan dari hak siar hanya 189,1 juta Pounds.
Asal kamu tahu saja, akhir musim 2023/24 Chelsea sudah menjual saham tim sepakbola wanita ke BlueCo demi memenuhi aturan PSR. Tentu saja agar manajemen Chelsea bisa bernapas lega karena kerugian bisa ditekan.
Kini Chelsea di bawah kepemilikan Todd Boehly yang antik itu juga harus mengorbankan asetnya. Di mana Chelsea harus menjual aset hotel senilai 76 juta Pounds demi selamat dari sanksi.
The new owners of Chelsea Football Club are raising roughly £800m of debt as they reshape the running of the English Premier League team following the end of the Roman Abramovich era. [Finanical Times] 🔵💰 pic.twitter.com/hq33RnpegE
— PurelyFootball ℗ (@PurelyFootball) July 21, 2022
Nottingham Forest
Tantangan finansial tak cuma dialami tim papan atas seperti Chelsea. Tapi juga Nottingham Forest. Kasusnya sama, yaitu jor-joran dalam pembelian pemain.
Nottingham Forest menghabis uang sampai 71 juta pounds untuk mendatangkan 7 pemain sekaligus. Sementara Nottingham Forest hanya berhasil menjual 3 pemain yang totalnya 50 juta pounds. Jumlah ini membuat keuangan klub harus nombok 21 juta pounds.
Akibatnya klub mengalami masalah finansial yang serius. Keuangan Nottingham Forest tak seimbang antara pengeluaran dan pendapatan. Membuat klub yang baru saja menggebrak klasemen liga Inggris itu harus dipusingkan dengan masalah keuangan.
Memang sejumlah pemain yang direkrut pada transfer musim panas 2024/25 sedikit banyak memberi daya gedor Tim Perhutani itu. Tapi di sisi lain efeknya klub menderita kerugian mencapai 109 juta pounds. Jumlah ini melebihi ambang kerugian klub yang hanya di angka 105 juta pounds.
Satu-satunya cara untuk bisa terbebas dari masalah keuangan klub adalah menjual pemain. Tentu saja pemain yang baru dibeli seperti Elliot Anderson, Nikola Milenkovic, Ramon Sosa dan empat pemain lainnya. Langkah ini harus dilakukan demi keberlangsungan klub. Bila perlu semua pemain itu dijual supaya kerugian yang diderita Nottingham Forest berkurang secara signifikan.
Leicester City
Terakhir penghuni klasemen dasar Liga Inggris, Leicester City sudah kembang kempis di era pelatih Brendan Rodgers. Klub ini tak mampu belanja pemain pada 2022 karena bokek. Walhasil Leicester City tak mampu mencapai target poin yang ditetapkan dan harus terdegradasi.
Rodgers dipecat dan Leicester harus mengeluarkan sejumlah uang. Karena kontrak Rodgers baru berakhir pada 2025. Akibatnya Leicester City terlilit hutang sampai 301 juta pounds. Tapi bisa diperkecil dengan omzet yang didapat Leicester City sebesar 177 juta Pounds. Sehingga sisa hutang pada tahun 2024 ini masih sisa 124 juta pounds.
Lalu di musim ini keuangan Leicester City pun tak menggembirakan. Hal itu bisa dilihat dari neraca keuangan klub yang boncos. Klub yang pernah menjuarai Liga Inggris itu membukukan pengeluaran sebesar 73,1 juta pounds di tahun 2024. Sementara pemasukannya cuma 29,8 juta pounds. Jelas ini lebih tinggi pasak daripada tiang.
Kini dengan hutang Leicester City yang semakin menumpuk, sanksi dari UEFA pun menanti. Jika dalam tenggat waktu dua Minggu mendatang hutang Leicester City tak kunjung diperkecil, hingga di bawah ambang batas, siap-siap saja klub ini kena sanksi. Nasib Leicester City bakal makin tersungkur di klasemen dasar Liga Premier Inggris. Dan bukan tidak mungkin malah akan terdegradasi lagi.
Soal nasib empat klub Liga Inggris ini, Mungkinkah klub-klub ini bisa membalikkan keadaan yang genting?
https://youtu.be/_adl65Wo8Kc
90Minute, BBC, Bola, Sportingnews,