Timnas Indonesia kembali menunjukkan tren positif di Piala AFF 2020. Tim Garuda mampu menekuk perlawanan Malaysia 4-1 di laga pamungkas Grup B. Dengan hasil itu, Timnas asuhan Shin Tae-yong nyaman di puncak klasemen grup.
Ditemani Pasukan Nguyen yang berada di posisi kedua, Indonesia lolos ke semifinal. Tim Garuda bakal menantang tuan rumah, Singapura untuk sedikit memperpanjang nafas sebelum berjumpa dengan Vietnam atau Thailand di partai puncak. Namun sebelum itu, kemenangan atas Malaysia patut kita rayakan sebentar.
Apalagi satu dekade belakangan, Timnas Indonesia acap kali hanya nyaris menang atas Malaysia, terutama di laga-laga penentuan. Seperti ketika melawan Malaysia di kompetisi yang sama tahun 2012 lalu, Indonesia yang hanya butuh hasil imbang untuk lolos justru menelan kekalahan.
Maka kemenangan di laga penentuan seperti kemarin malam, patut kita rayakan. Anak-anak Garuda tampil sangat trengginas dan begitu taktis saat melawan Malaysia. Walaupun tidak menyakinkan di awal babak pertama, anak asuh Shin Tae-yong tak butuh peluit half time untuk meyakinkan 250 juta penduduk bahwa hari itu Timnas Indonesia pasti menang.
Kredit khusus patut kita berikan pada Shin Tae-yong. Ia, boleh dibilang sukses membuat para pemain tidak tremor ketika harus menghadapi musuh bebuyutan. Dan hebatnya lagi, di laga itu coach Shin memakai formasi yang nyaris 360 derajat berbeda dari laga kontra Vietnam atau bahkan Kamboja.
Laga kontra Malaysia, secara cukup mengejutkan Shin Tae-yong memakai formasi 4-4-2. Ada dua pemain yang diduetkan di lini serang. Ezra Walian yang biasanya bersolo karier di posisi depan, kala itu didampingi Witan Sulaeman. Uniknya, Witan adalah pemain sayap.
Dari situ, Shin Tae-yong boleh jadi menginginkan Ezra untuk tetap sesuai perannya: mencari dan membuka ruang. Sementara, Witan punya tugas melakukan penetrasi ke jantung pertahanan Malaysia. Meski ditempatkan sebagai penyerang, Witan bisa melebar ke samping.
🤝 Teamwork makes the dream work!
🦅 Brilliant buildup leads to a fine finish from Irfan Jaya! #AFFSuzukiCup2020 | #RivalriesNeverDie | #MASvIDN pic.twitter.com/DoDUw2WBFe
— AFF Suzuki Cup (@affsuzukicup) December 19, 2021
Hasilnya? Gol Irfan Jaya menit ke-36. Melalui pergerakan tanpa bola, Witan yang melebar ke sisi kiri pertahanan Malaysia mampu mengirim umpan tarik ke Irfan Jaya. Pemain Bantaeng itu pun membayar lunas kesalahannya.
Daftar Isi
Gonta-ganti Strategi tapi Selalu Tepat
Ini bukan kali pertama Shin Tae-yong mengubah-ubah taktiknya. Bahkan dari keempat laga di fase grup, formasi yang dipasang Shin Tae-yong berbeda-beda. Saat melawan Timnas Kembang Kuburan, Shin Tae-yong memasang skema 4-1-4-1.
Sementara, ketika berjumpa Timnas Bumbu Dapur, Shin Tae-yong menerapkan formasi 4-3-3 dan sangat offensive. Terlihat kalau sang pelatih menginginkan Timnas Indonesia menang besar atas Laos. Terbukti, lima gol bersarang ke gawang Laos dan hanya berbalas sebiji gol ke gawang Ernando.
Dampak yang diberikan Shin Tae Yong kepada Timnas Indonesia boleh dibilang lebih instan dibanding ketika diasuh Luis Milla.
Skuat asuhan Coach Shin mampu bertransformasi lebih cepat. Dan ya, ini masih jauh dari tujuan utama.
Aslinya percaya proses. Protect him at all cost! pic.twitter.com/yN37qpnnyk
— The Reds Indonesia (@The_RedsIndo) December 19, 2021
Ketika menghadapi tim terkuat di Grup B, Shin Tae-yong mengubah lagi formasinya. Ia tahu bahwa Kesebelasan Nguyen punya segala cara untuk membobol gawang Indonesia. Maka dari itu, bertahan penuh dan mengharapkan satu poin sudah cukup. Shin Tae-yong pun memilih skema 5-4-1.
Dengan begitu, pelatih Vietnam, Park Hang-seo akan geram sendiri. Park dan para stafnya terbukti tak tahan untuk tidak marah-marah di pinggir lapangan. Sebab tak ada satu Nguyen pun yang mampu membobol gawang Nadeo.
Walaupun gonta-ganti formasi, paling tidak formasi yang diterapkan Shin Tae-yong sangat tepat. Pelatih ini memang cerdas sekali dalam mengukur kekuatan lawan. Sehingga bisa mempertimbangkan mana formasi yang cocok dipakai. Sejauh ini, hasil dan skema yang diinginkan Shin Tae-yong berjalan serasi seperti sepasang suami-istri.
Rotasi Pemain
Bukan hanya formasi yang berubah-ubah, Shin Tae-yong juga mau mengambil resiko dengan mengutak-atik susunan pemain. Ia tak segan untuk membangkucadangkan pemain tertentu atau sebaliknya. Semisal Evan Dimas Darmono.
Banyak yang berspekulasi kalau Evan Dimas akan menjadi batu tumpuan Timnas Indonesia. Bahkan pelatih Vietnam mengira Evan Dimas akan diturunkan ketika menghadapi Pasukan Nguyen. Sudah bersiap mau menempel ketat Evan Dimas, eh Shin Tae-yong malah tidak memainkan Evan Dimas.
Begitu pula ketika melawan Malaysia. Pemain yang kempes di Bhayangkara FC itu tidak menjadi starter. Shin Tae-yong justru menaruh Ricky Kambuaya dan Rachmat Irianto untuk berduet di lini tengah. Kambuaya membantu serangan, sedangkan Irianto punya peran sebagai holding midfielder.
Bukan cuma Evan, Ezra Walian juga tidak masuk line up ketika menghadapi Laos. Shin Tae-yong justru memilih Dedik Setiawan di tengah, dan memasang Kushedya Hari Yudo dan Irfan Jaya di sisi sayap. Ajaibnya, Ezra yang masuk menjadi pemain pengganti justru mampu mencetak gol ke gawang Laos menit ke-77.
Di sektor fullback, Shin Tae-yong tidak melulu mengandalkan Pratama Arhan yang bahkan sempat cedera. Ada kalanya memainkan pemain seperti Edo Febriansyah. Begitu pula di posisi center-back. Shin Tae-yong tidak selalu mengandalkan pemain senior seperti Fachrudin Aryanto. Pemain seperti Rizky Ridho juga diberi kesempatan.
Elkan Baggot yang banyak orang mengira akan langsung dimainkan usai menjalani karantina, justru tidak masuk line up ketika bertemu Malaysia. Shin Tae-yong baru memasukkan Elkan di babak kedua. Dan ajaibnya, Elkan tampi impresif dan malah menggenapi kemenangan 4-1 Timnas Indonesia atas Malaysia.
Shin Tae-yong memang pelatih yang rumit. Apa yang ia katakan di media, belum tentu ia terapkan di lapangan. Dan memang seperti itulah pelatih kelas Piala Dunia. Indonesia beruntung mendapatkan Shin Tae-yong.
Goal from the Big Man Elkan Baggotpic.twitter.com/rtjzFZAuTJ #AFFSuzukiCup #TimnasIndonesia
— Benny Alcantara 🖐️👍 (@bennyrabbani_) December 19, 2021
Pemilihan Pemain Tepat
Pelatih yang pernah mengalahkan Jerman di Piala Dunia itu sangat baik dalam pemilihan pemain untuk Timnas Indonesia. Ketika membaca susunan pemain di Piala AFF 2020 ini saja, kita bisa melihat ada visi tertentu yang coba diterapkan Shin Tae-yong. Ia tidak terlalu mengandalkan pemain tua dan naturalisasi.
Jika Indra Sjafri memburu pemain sampai ke pelosok negeri, Shin Tae-yong tidak. Coach Shin tahu kualitas Liga Indonesia begitu bapuk, jadi selain harus jernih memilih pemain, ia juga mencari pemain-pemain yang bermain di luar negeri. Maka muncul sosok Elkan Baggot.
Skuad Timnas Indonesia pilihan Shin Tae-yong untuk AFF ini boleh dikatakan cukup presisi. Ada pemain senior macam Victor Igbonefo dan Fachrudin Aryanto. Pun ada pemain yang setengah senior dan sarat pengalaman seperti Evan Dimas, Rachmat Irianto, Witan Sulaeman, Ezra Walian, sampai Yabes Roni Malaifani.
Lalu, para pemain muda seperti Ramai Rumakiek, Alfeandra Dewangga, Ernando Ari Sutaryadi, Rizky Ridho, sampai Pratama Arhan. Jangan lupakan juga pemain-pemain kejutan seperti Asnawi Mangkualam, Kushedya Hari Yudo, Irfan Jaya, dan tentu saja Ricky Kambuaya.
Permainan yang Berkembang
Dari skuad pilihan tersebut, permainan Timnas Indonesia mengalami banyak perkembangan di bawah asuhan Shin Tae-yong. Mulai dari soal passing. Makin ke sini, kualitas umpan para pemain Timnas menunjukkan perkembangan yang bagus. Di laga lawan Malaysia saja misalnya, akurasi operan pemain Timnas Indonesia mencapai 72 persen.
Belum lagi soal pressing. Para pemain Indonesia belajar banyak soal pressing dengan Shin Tae-yong. Betapa tidak? Shin Tae-yong membuat pemain Indonesia sanggup melakukan pressure dengan sangat efektif, yaitu dengan memanfaatkan situasi unggul jumlah pemain.
Kita mulai dari strategi bertahan.
Timnas coba melakukan overload di sisi-sisi di mana Malaysia melancarkan serangan. Selalu coba unggul jumlah untuk bisa rebut bola secepat mungkin dari lawan.
Beberapa kali situasi itu berhasil. Malaysia kebingungan distribusi. pic.twitter.com/MfCDTdsOTA
— The Flanker (@theflankerID) December 19, 2021
Ketika ada 1-3 pemain Malaysia melakukan penyerangan, 4-5 bahkan kadang 6 pemain akan langsung menutup laju bola. Aliran bola lawan pun akan tertutup. Begitu menyerang, Timnas Indonesia juga akan menciptakan situasi unggul jumlah pemain di pertahanan bahkan kotak penalti lawan.
Sayangnya, sampai laga melawan Malaysia, passing dan kontrol bola para pemain Indonesia beberapa kali masih lemah. Jadi, mau tidak mau itu harus segera dibenahi. Namun begitu, Shin Tae-yong tetap patut diacungi jempol karena ia punya sistem yang baik ketika melatih.
Sebelum laga hari ini, Shin Tae-yong cerita momen final East Asian Cup Finals 2017 kpd para pemain Indonesia.
Saat itu Korea tertinggal lebih dulu vs Jepang. Tapi Korea bangkit dan hancurin Jepang 4-1.
Intinya jangan panik, fokus, determinatif, dan jalanin apa yg sudah dilatih.
— A. Ainur Rohman (@ainurohman) December 19, 2021
Sebelum laga melawan Malaysia, seperti twit editor Jawapos, Ainur Rohman, Shin Tae-yong bercerita momen East Asian Cup Finals 2017 kepada para pemain. Waktu itu, Korea tertinggal lebih dulu untuk kemudian bangkit dan mengalahkan Jepang 4-1.
Secara nggak langsung, selain memprediksi jalannya pertandingan, Shin Tae-yong juga memupuk mentalitas skuad Garuda. Kebobolan dulu tak masalah, yang penting mental dilarang down, harus tetap fokus, dan menjaga determinasi.
Terbukti, meski itu adalah momen ketika Timnas Indonesia kebobolan lebih dulu untuk pertama kalinya di AFF 2020, tapi mental pemain tidak goyah sedikit pun. Hal semacam ini jarang terlihat dari performa Timnas Indonesia, setidaknya satu dekade belakangan.
Shin Tae-yong memang hebat. Ia punya visi yang bagus buat Timnas Indonesia. Mudah-mudahan nasibnya tidak selesai seiring selesainya Piala AFF 2020. Karena kita semua tahu, PSSI hobi banget memecat pelatih hanya karena gagal meraih trofi.
Semoga saja, sekali lagi, PSSI tidak ceroboh memecat Shin Tae-yong seperti halnya memecat Luis Milla. Ayolah PSSI, sadarlah! Budaya instan itu cukup ketika makan mi saja. Tak perlu diterapkan juga di sepak bola.
Sumber referensi: bolasport.com, detik.com, bola.com


