Semua Karena Pemain Ini! FIFA Terpaksa Ubah Aturan

spot_img

Terkadang, perubahan besar dalam dunia sepak bola datang dari hal-hal kecil yang tidak terduga. Salah satunya terjadi berkat aksi seorang pemain. Aksi para pemain ini ternyata mengubah pandangan FIFA terhadap aturan yang sudah lama diterapkan. 

Gara-gara para pemain ini, FIFA akhirnya memutuskan untuk melakukan perubahan yang cukup signifikan dalam aturan permainan. Aturan ini tentu mempengaruhi cara tim berlaga di lapangan. Siapa saja pemain ini dan bagaimana pemain ini bisa mengubah aturan yang sudah berlangsung bertahun-tahun tersebut?

Namun, sebelum itu kamu bisa klik tombol subscribe dan nyalakan lonceng notifikasi terlebih dahulu agar tak ketinggalan konten terbaru dari Starting Eleven.

Emiliano Martinez

Yang pertama ada Emiliano Martinez. Kiper asal Argentina ini seketika menjadi bintang di Piala Dunia Qatar 2022. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa Argentina mungkin tidak akan memenangkan turnamen paling bergengsi tersebut tanpa kiper Aston Villa ini. 

Laga final Piala Dunia 2022 yang mempertemukan Argentina melawan Prancis ini berlangsung sangat dramatis. Waktu 120 menit pun tak cukup bagi kedua negara ini untuk membuktikan siapa yang lebih hebat. Penyelamatan krusial Martinez terhadap sepakan Randal Kolo Muani di detik-detik terakhir membuat Argentina tetap dalam persaingan dan memaksa pertandingan harus berlanjut ke babak adu penalti.

Lewat babak adu penalti ini, Messi dan kawan-kawan sukses membabat habis skuad Prancis yang dikomandoi oleh Mbappe. Kiper Argentina, Emiliano Martinez menjadi bintang, dengan menepis tendangan dari Kingsley Coman dan punggawa Real Madrid, Aurelien Tchouameni.

Seperti yang sudah diduga, Martinez membuat mental para pengambil penalti Prancis goyah. Kiper Aston Villa ini melakukan segala cara yang dapat ia lakukan untuk membuat lawan-lawannya terpecah konsentrasinya. Ia membuang bola dan mencoba mengecoh para pengambil penalti Prancis dengan komentar-komentar seperti “Saya melihatmu!”.

Tak hanya itu, Martinez juga berselebrasi dengan liar setiap kali ia berhasil melakukan penyelamatan. Hal ini mendorong Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB) membuat aturan baru bernama ‘anti-Emi Martinez’. Aturan ini memastikan bahwa penjaga gawang tidak boleh mengalihkan perhatian pengambil penalti ataupun menyentuh tiang gawang. Aturan baru tersebut mulai berlaku pada awal musim 2023-24.

Frank Lampard

Selanjutnya, ada gol hantu Frank Lampard ketika melawan Jerman di Piala Dunia 2010. Gol kontroversi Lampard ini tercipta saat Inggris tertinggal 2-1. Mantan gelandang Chelsea ini mengira dirinya telah mencetak gol lewat sepakan kerasnya itu. 

Sudah sempat merayakan selebrasi, namun ternyata wasit berkata lain. Pemimpin pertandingan ini tidak mengesahkan gol Lampard dengan alasan bola belum melewati garis. Padahal jika dilihat dari tayangan ulang, bola jelas sudah melewati garis gawang yang dijaga Neuer. 

Rupanya, gol yang tidak dianggap ini berpengaruh ke hasil akhir. Alhasil, tim asuhan Fabio Capello harus menyerah dengan skor 4-1. Pertandingan ini menjadi momen yang melekat di benak fans Inggris. Insiden ini membuat banyak orang mempertanyakan keakuratan keputusan wasit dan semakin mendesak kebutuhan akan teknologi untuk membantu memastikan keputusan yang lebih tepat dalam sepak bola.

Akibat insiden ini, FIFA akhirnya semakin terbuka terhadap penggunaan teknologi garis gawang untuk membantu wasit dalam membuat keputusan yang lebih tepat. Sebagai respons terhadap protes publik, FIFA memutuskan untuk menguji dan mengadopsi teknologi garis gawang pada tahun 2012. Sistem ini meliputi Hawk-Eye dan Goal Control yang kini telah banyak digunakan di berbagai kompetisi besar, termasuk Piala Dunia dan Liga Champions.

Neymar

Pada tahun 2010, Neymar Jr sering menggunakan taktik nyeleneh saat menendang penalti yang kerap merugikan penjaga gawang. Pemain yang saat itu membela Santos selalu berhenti sesaat sebelum menendang bola ketika penalti. 

Tindakan Neymar tersebut menarik begitu banyak perhatian saat itu. Pasalnya, tindakan ini sangat merugikan kiper. Sebab, kiper yang berjaga di gawang sudah pasti bergerak lebih dulu. Alhasil Neymar dengan gampang menceploskan bola ke gawang lawan.

Melihat kejadian ini, FIFA memutuskan untuk mengubah aturan penalti dan melarang jeda di akhir lari pemain sebelum menendang bola. Setelah kejadian Neymar, eksekutor penalti yang melakukan praktek tersebut dianggap melanggar peraturan dan termasuk tindakan yang dianggap tidak sportif. 

Putusan FIFA tersebut mengatakan bahwa pemain harus bergerak maju setiap kali berlari untuk mengambil penalti. Perubahan ini mulai berlaku di Piala Dunia Afrika 2010. Namun belakangan banyak pemain yang mengubah tipuan ala Neymar ini menjadi lompatan kecil seperti yang dilakukan Jorginho dan Bruno Fernandes.

Selama di Santos, ikon Brasil ini berhasil mencetak 11 dari 14 penalti yang diambilnya untuk Santos. Neymar setidaknya telah mencetak lima gol dari titik putih menggunakan jurus terlarang ini.

Diego Forlan

Perubahan aturan selanjutnya berasal dari bintang Uruguay yakni Diego Forlan. Mungkin sebagian kita mengingat Diego Forlan sebagai penyerang pirang yang dikenal karena gol-golnya bersama Atletico Madrid. Atau sebagai pemain yang mencetak gol-gol menakjubkan di Piala Dunia 2010 bersama Uruguay. Namun, sebelum itu semua, Forlan ternyata pernah punya memori unik di Manchester United. 

Pada tahun 2002, Manchester United menyelesaikan transfer Diego Forlán yang berusia 22 tahun dari Independiente Argentina. Ia menjadi pemain pertama dari Uruguay yang bermain untuk Setan Merah. Saat memulai debut di Liga Premier, Forlan menjalani 23 pertandingan tanpa mencetak satu gol pun. Sehingga memunculkan pertanyaan dari para penggemar dan media mengenai reputasinya di Setan Merah.

Namun, pada laga ke-12 Liga Primer musim 2002/03, Diego Forlán masuk sebagai pemain pengganti pada menit-menit terakhir melawan Southampton. Ia dipasang Sir Alex untuk menjadi pemecah kebuntuan dalam upaya mendapatkan tiga poin.

Dalam laga yang sedang imbang 1-1. Forlan masuk dan mencetak gol kemenangan dalam pertandingan tersebut. Gembira dan heboh, pemain Uruguay ini lantas melepas bajunya dan menjadi liar dengan selebrasinya. 

Namun, belum sempat memakai baju, pertandingan sudah keburu berjalan. Forlan sepertinya tidak tahu akan hal itu hingga akhirnya ia bermain dengan telanjang dada. Jerseynya malah ditenteng sambil berlari mengejar bola. Forlan bahkan sempat membuat tekel tanpa memakai bajunya. Setidaknya butuh tiga orang untuk akhirnya membantunya memakai baju Setan Merah kembali.

Semenit tanpa baju adalah semenit yang terlalu lama bagi orang-orang di kantor FIFA. Momen klasik ini akhirnya tersiar sampai ke kantor FIFA. Mengetahui itu, FIFA pun  menetapkan aturan yang melarang pelepasan baju setelah selebrasi karena insiden Diego Forlan tersebut. 

Usut punya usut, ternyata alasan pemain tidak diizinkan merayakan gol dengan cara mencopot baju dinilai tidak sopan dan mengulur-ulur waktu. Sebab mau tidak mau wasit harus menunggu pemain untuk memakai bajunya kembali sebelum memulai kick off.

Hal itu tertuang dalam pasal 12 Laws of The Game FIFA. Larangan ini mulai diterapkan pada 1 Juli 2004 setelah disetujui oleh IFAB (International Football Association Board) atau badan yang bertugas membuat aturan permainan sepak bola.

Peter Schmeichel

Selanjutnya ada Peter Schmeichel. Legenda kiper Denmark ini memiliki peran penting dalam perubahan aturan FIFA. Lebih dari 30 tahun yang lalu, kiper bisa menangkap bola dari umpan rekan setimnya. Pada era awal 90 an, taktik itu adalah suatu hal yang lazim. 

Sejak Piala Dunia 1990, FIFA telah mengkaji aturan backpass ini dan berniat melarangnya. Namun, keputusan baru muncul setelah Euro 1992. Sebab, kala itu Schmeichel yang masih berstatus kiper Timnas Denmark memainkan taktik ini demi mengantarkan negaranya juara Euro 1992 usai unggul 2-0 atas Jerman di laga final.

Pertandingan yang membosankan ini membuat FIFA mengambil keputusan untuk melarang menggunakan taktik backpass ini. Laga terakhir di mana aturan ini masih diperbolehkan yakni pada 23 Juli 1992 saat El Salvador menang 5-1 atas Nikaragua di kualifikasi Piala Dunia 1994. Sehari berselang atau pada 24 Juli 1992, taktik backpass ini menjadi ilegal. 

Mau siapapun kipernya, haram hukumnya untuk menyentuh bola hasil backpass rekannya sendiri. Dan jika kiper tersebut melanggarnya, timnya dikenakan hukuman tendangan bebas tidak langsung.

Jean-Marc Bosman

Berbicara mengenai pengubahan aturan, tak afdol rasanya jika tak menyebut Jean-Marc Bosman. Pemain yang satu ini adalah tokoh penting dalam perubahan peraturan di dunia sepak bola, khususnya terkait transfer pemain. Bosman mengubah aturan FIFA karena terlibat dalam kasus hukum yang dikenal sebagai “Bosman Rule,” yang memiliki dampak besar terhadap aturan transfer pemain dan status pemain.

Pada tahun 1990, Jean-Marc Bosman, berada dalam situasi yang sulit. Saat itu, ia bermain untuk klub Belgia, RFC Liège. Dan kontraknya dengan klub tersebut hampir habis. Bosman ingin pindah ke klub Prancis, Dunkerque. Tetapi klub Liège menuntut biaya transfer yang tinggi, meskipun kontraknya akan berakhir.

Bosman menentang keputusan tersebut dan membawa kasusnya ke pengadilan. Pria asal Belgia ini berargumen bahwa aturan FIFA yang membatasi kebebasan pemain untuk pindah ke klub lain setelah kontrak berakhir, melanggar hak-hak pekerja. Bosman menggugat aturan FIFA dan UEFA yang mengharuskan pemain untuk membayar biaya transfer meskipun kontraknya sudah habis.

Setelah lima tahun perjuangan, gugatan ini akhirnya disetujui oleh pengadilan. Pada tahun 1995, Pengadilan Eropa (European Court of Justice) memutuskan mendukung Bosman. Pengadilan menyatakan bahwa aturan FIFA dan UEFA yang membatasi kebebasan pemain untuk pindah ke klub lain setelah kontrak berakhir melanggar prinsip kebebasan yang dijamin oleh Uni Eropa. 

Berkat Bosman Rule, para pemain menjadi bebas untuk bernegosiasi dengan klub mana pun saat kontraknya memasuki enam bulan terakhir. Mereka tidak lagi terikat pada izin dari klub lamanya, sehingga memperbesar peluang pemain untuk mendapatkan klub baru.

Tak hanya itu, pemain juga mendapatkan bargaining power yang lebih tinggi untuk meminta gaji dan fasilitas yang lebih baik. Mereka juga dapat memanfaatkan situasi ini dengan memberikan tekanan kepada klub lama agar segera memperbarui kontrak mereka atau melepas mereka secara gratis.

Itulah dia ulah para pemain yang justru melahirkan peraturan baru di sepakbola. Mana paling unik menurutmu, football lovers?

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!

Glory Glory Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Magnificent 7 Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Back Home Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000

Artikel Terbaru