Nama West Ham mungkin tidak menjadi yang paling mendapat banyak sorakan ketika bertanding. Mereka bukan klub dengan gelimang trofi. Bukan pula klub yang diisi oleh deretan pemain hebat setiap musimnya. Namun bila bicara tentang sejarah, maka klub ini akan berdiri di garda terdepan.
Mulanya, pada akhir 1800 an, terdapat sebuah perusahaan kapal dan besi bernama Thames Ironworks and Shipbuilding di wilayah Leamouth Wharf di Kota Canning, London Timur. Tidak jauh dari situ, terdapat sebuah tempat latihan sepakbola bernama Hermit Road, yang digunakan oleh klub Old Castle Swifts FC.
Namun klub tersebut lalu mengalami kebangkrutan pada tahun 1895 hingga dimanfaatkan oleh pemilik perusahaan Thames Ironworks dan Shipbuilding, Arnold Hills serta Dave Taylor. Mereka menggunakan nama Thames Ironworks sebagai identitas klub, sekaligus membuat logo bergambar palu menyilang. Filosofinya jelas, palu tersebut menjadi simbol dari keseharian masyarakat disana yang banyak menjadi seorang pembuat kapal.
Seiring berjalannya waktu, klub tersebut mengalami masa pasang surut hingga direformasi menjadi West Ham dan diresmikan pada pada 5 Juli 1900.
Sejak tahun tersebut, West Ham terus berjuang untuk bisa menjadi salah satu klub terbaik di kompetisi Inggris. Hingga tepat pada musim 1963/64, mereka resmi mendapatkan trofi pertama, yaitu Piala FA. Semusim berselang, atau pada 1964/65, West Ham sukses memenangi Piala Super Inggris.
Dibalik trofi tersebut, ternyata mereka juga berhasil mencatat sejarah yang sampai saat ini tidak akan pernah dilupakan dunia.
Di musim mereka mendapatkan Piala Super Inggris, trofi Eropa juga ternyata berhasil mereka raih. Ya, West Ham yang kita kenal jarang sekali berkompetisi di level Eropa, ternyata pernah memenangi gelar Piala Winners pada musim 1964/65.
Dengan trofi yang diraih di masa itu, West Ham bisa dikatakan tengah menjalani masa kejayaannya. Tentunya, trofi Eropa berupa Piala Winners menjadi puncak dari era terbaik mereka sepanjang masa.
Tidak mudah bagi West Ham untuk mengukuhkan diri sebagai sang jawara. Mereka harus lebih dulu melewati hadangan K.A.A. Gent. Dua leg yang dimainkan ketika itu berhasil mereka tuntaskan, meski saat bermain di kandang sendiri, West Ham hanya mampu bermain imbang dengan tamunya 1-1.
Saat itu, West Ham justru berhasil menumbangkan wakil asal Belgia di hadapan penggemarnya sendiri dengan skor satu nol.
Pada babak berikutnya, West Ham kembali berhasil lolos meski skor yang diciptakan ketika itu tidak terlalu meyakinkan. Menghadapi Spartak Praha Sokolovo, West Ham menang dengan skor agregat 3-2. Meski di leg pertama mereka berhasil menang dengan skor 2-0, di pertandingan berikutnya, The Hammers harus tunduk dengan skor 1-2.
Pada fase perempat final, West Ham harus lebih dulu bertandang ke Swiss untuk menghadapi Lausanne Sports. Meski tampil jauh dari para penggemar, West Ham berhasil menang dengan skor tipis 2-1. Di leg kedua yang dilangsungkan di London, mereka kembali bisa memetik kemenangan dengan skor tipis 4-3. Dengan raihan tersebut, praktis ini menjadi langkah terbaik West Ham, dimana mereka berhasil memenangkan semua laga yang dijalani.
Di partai semifinal, mereka juga tidak mendapat hadangan berarti setelah bertemu dengan wakil asal Spanyol, Real Zaragoza. Zaragoza berhasil mereka tumbangkan di leg pertama dengan skor 2-1. Sementara pada pertandingan kedua, mereka hanya mampu bermain imbang dengan skor 1-1.
Akhirnya, sampailah mereka pada partai puncak, dimana 1860 Munich sudah menunggu sebagai lawan. Di pertandingan tersebut, wakil asal Jerman dianggap sebagai yang bakal meraih gelar juara. Pasalnya, meski West Ham punya komposisi pemain terbaik, 1860 Munich dinilai berada di atasnya. Skuad asuhan pelatih Max Merkel memiliki perjalanan yang lebih meyakinkan untuk sampai ke final.
Seperti diketahui, mereka telah berhasil menyingkirkan klub-klub kuat semacam FC Porto hingga Torino. Mereka hanya kalah sekali, yaitu dari Torino di leg kedua dengan skor 1-3. Setelah skor agregat sama kuat 3-3, 1860 Munich berhak melaju ke partai final karena menang dengan skor 2-0 di partai ulangan.
Namun begitu, West Ham yang terus menampilkan permainan menyerang membuat laga final kala itu terbilang sangat menarik. Tempo tinggi menjadi sajian, permainan agresif menjadi sesuatu hal yang tidak bisa terhindarkan. Namun penonton harus dipaksa sabar karena di babak pertama, tidak ada satu gol pun yang tercipta.
Barulah di babak kedua, semua mata tertuju pada sosok pemain West Ham bernama Alan Sealey. Pemain yang telah meninggal dunia pada tahun 1996 itu berhasil mencetak dua gol secara beruntun untuk West Ham, pada menit ke 70 dan 72.
Pada pola terciptanya gol pertama, Sealey berhasil menceploskan bola ke sudut kiri atas gawang Petar Radenkovic, setelah ia berhasil memanfaatkan umpan Ronnie Boyce. Tak butuh waktu lama setelah perayaan gol pertama, pria yang lahir di Hampton, Britania Raya itu kembali mengoyak jala lawan melalui sebuah skema yang bermula dari tendangan bebas. Sealey yang berdiri bebas mampu memanfaatkan umpan yang diberikan salah satu legenda terbaik Inggris, Bobby Moore.
Hingga peluit panjang dibunyikan, tidak ada lagi gol tercipta. 1860 Munich yang terus menekan pertahanan West Ham juga gagal menciptakan gol balasan. Dengan begitu, The Hammers berhak atas satu trofi Piala Winners tahun 1965. Itu menjadi trofi Eropa pertama mereka dan satu-satunya sampai saat ini.
Lebih spesialnya lagi, mereka berhasil menggondol piala istimewa itu di tanah sendiri, yaitu Wembley. Dengan total 97.974 penonton yang hadir ketika itu, West Ham berhasil mengukir sejarah yang tentunya tak akan pernah dilupakan sampai sekarang.
Menurut salah satu penyerang mereka, Geoff Hurst, keberhasilan mereka ketika itu tak lepas dari peran sang pelatih, Ron Greenwood. Ron dianggap sebagai pelatih yang telah mempersiapkan segalanya. Pelatih yang meninggal pada tahun 2006 itu disebut selalu mencermati segala detail dan meyakinkan anak asuhnya untuk selalu tampil maksimal.
Sementara itu, gelandang andalan The Hammers, Ronnie Boyce juga turut mengatakan bila tim yang dibelanya saat itu benar-benar berada dalam momen keajaiban. Meski banyak rintangan yang menghadang, piala istimewa tetap mampu berada di tangan.
“Final kala itu adalah permainan terbaik yang pernah saya mainkan. Rabu Malam di Wembley yang penuh dengan penonton. Tim Munich adalah tim yang bagus dengan pemain internasional. Rudolf Brunnenmeier adalah pemain hebat, begitu juga dengan kiper mereka Petar Radenkovic,”
”Alan Sealey mencetak dua gol yang bagus, Tuhan memberkati dia. Menyenangkan rasanya bisa menjadi bagian dari tim pertama yang bisa memenangkan piala Eropa untuk West Ham United,” ujarnya (via whufc.com).
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=EQIwEAiOVGM[/embedyt]
Sumber referensi: ligalaga, whufc, panditfootball, panditfootball