Liga Champions Eropa bisa dianggap sebagai kompetisi level klub paling elite di dunia. Kompetisi yang dihelat UEFA tersebut mempertemukan para kampiun dari seluruh penjuru Eropa. Dengan klub partisipan yang demikian berkilau, gengsi Liga Champions praktis berada di atas Serie A, La Liga, Bundesliga, hingga Premier League.
Namun, bagaimana sebenarnya kompetisi ini bermula?
Kompetisi klub antar negara sebenarnya sudah pernah terselenggara di berbagai region di dunia, seperti Challenge Cup untuk klub-klub sekitar Austria hingga Hungaria pada awal abad 20, Mitropa Cup yang dimulai pada 1927, Coupe des Nations pada 1930, hingga yang paling membuat Eropa terpantik, Campeonate Sudamericano di Amerika Selatan pada 1948.
Stakeholder sepak bola Eropa semakin tergerak setelah melihat pergerakan Wolverhampton Wanderers pada 1950-an. Saat semua klub masih terkungkung dalam kompetisi domestik, Wolves mulai menjajaki dunia luar setelah menjuarai Divisi Satu Inggris. Wolves mengundang dua klub raksasa Eropa saat itu, Spartak Moskow dan Budapest Honved.
Pada periode akhir 1954, Wolves sanggup mengalahkan Spartak, demikian pula dengan Honved yang diperkuat Ferenc Puskas. Media Inggris menggembar-gemborkan laga ini. BBC menayangkan laga Wolves vs Honved secara langsung. Usai mengalahkan raksasa dari Eropa Timur tersebut, Daily Mail langsung melabeli Wolves sebagai “champions of the world”, alias juara dunia.
Tentu saja, klaim Daily Mail mendapat tantangan dari media luar. Majalah terkemuka Perancis, L’Equipe, menyebut Wolves perlu memainkan leg kedua di Budapest atau Moskow untuk dapat disebut sebagai juara dunia.
Tidak cuma itu, editor L’Equipe saat itu, Gabriel Hanot, yang menyaksikan langsung laga Wolves vs Honved di Molineux, selanjutnya menggagas sebuah kompetisi yang akan mempertemukan jagoan dari masing-masing negara Eropa. Hanot, bersama koleganya Jacques Ferran, mulai menghubungi klub-klub besar Eropa untuk berpartisipasi. Hingga titik ini, UEFA belum berperan sama sekali.
Hanot dan Ferran menyusun proposal final kompetisi ini untuk dipaparkan dihadapkan pada calon partisipan. Salah satu poin penting dari proposal ini adalah bahwa tiap pertandingan akan dihelat pada Rabu malam di bawah sorotan banyak lampu malam.
Santiago Bernabeu Yeste, Presiden Real Madrid saat itu yang punya reputasi sangat terpandang, beserta Gustav Sebes, Menteri Olahraga sekaligus pelatih timnas Hungaria yang saat itu menjadi timnas terbaik dunia, turut membantu mengegolkan proposal Hanot dan Ferran.
Pada 2-3 April 1955, perwakilan 16 klub dari seluruh Eropa bertemu, dan mufakat menyetujui proposal Hanot dan Ferran. Bagaimanapun, FIFA hanya akan merestui lahirnya kompetisi ini jika dikelola oleh “anak”-nya, UEFA. Per musim 1955/56, UEFA resmi menyelenggarakan turnamen yang saat itu masih bertajuk European Champion Club’s Cup. Real Madrid langsung menguasai turnamen ini dengan mencaplok lima edisi perdana secara beruntun.
Format Liga Champions seperti sekarang baru diterapkan pada 1992. Pada musim 1992/93, format fase grup mulai diperkenalkan, dengan jumlah klub partisipan bertambah menjadi 32 klub.
Jadi, berkat Wolverhampton, Gabrel Hanot, dan Jacques Ferran, liga yang kita nantikan tiap tengah pekan ini dapat kita nikmati. Berkat mereka, kita bisa melihat aksi-aksi spektakuler seperti voli luar biasa Zinedine Zidane, Lionel Messi yang menggusur Jerome Boateng, hingga melihat Arsenal dibantai Bayern Munihc tiap tahun…