Sejarah Derbi Nusantara: Mengapa Rivalitas Indonesia vs Malaysia Selalu Panas?

spot_img

“Indonesia boleh kalah dengan tim lain, tetapi tidak dengan Malaysia.”

Pernyataan tersebut seperti sudah mendarah daging di hampir seluruh lapisan pecinta dan pelaku sepak bola Indonesia. Tak peduli laga persahabatan atau laga resmi, setiap timnas bertanding melawan Malaysia, laga selalu berlangsung panas.

Ada gengsi dan harga diri yang dipertaruhkan saat Indonesia bertemu Malaysia. Tak ayal, tensi panas tak hanya terjalin di atas lapangan, tetapi juga tribun suporter, hingga ranah media sosial.

Sempat Diremehkan, Indonesia Pulangkan Malaysia dan Jadi Juara Grup B Piala AFF 2020

Seperti yang terjadi baru-baru ini. Indonesia dan Malaysia bertemu di laga penentuan babak grup Piala AFF 2020. Seperti yang sudah banyak diprediksi, laga Indonesia vs Malaysia berlangsung dengan tensi panas. Bahkan, adu gengsi dan psywar di antara kedua pendukung sudah ramai jauh sebelum laga dimulai. Tak jarang pula legenda kedua negara ikut memberi komentar.

Salah satu yang paling disorot tentu pernyataan dari mantan pemain timnas Malaysia, Safee Sali. Striker Malaysia di Piala AFF 2010 yang juga pernah berkarier di Liga Indonesia itu berkata bahwa Malaysia jauh lebih layak ke semifinal. Sementara Indonesia yang banyak membawa pemain muda dinilai kurang pengalaman.

“Saya berharap Vietnam dan Malaysia akan terus berlanjut. Indonesia membawa tim muda dan potensial ke turnamen ini. Namun, ketimbang para pesaingnya, para pemain muda itu masih kurang berpengalaman. Tidak peduli seberapa ambisius Shin Tae-yong, dia harus menerima kenyataan bahwa Piala AFF bukanlah waktu yang terbaik untuk mengharapkan sesuatu yang besar dari kelompok pemain ini,” kata Safee Sali kepada Zing News dikutip dari Bola.com.

Akan tetapi, pada akhirnya Safee Sali mesti menjilat ludahnya sendiri. Pasalnya, timnas Indonesia langsung membayar kontan komentar negatif tersebut dengan balik mempermalukan Malaysia di pertandingan pamungkas fase grup Piala AFF 2020. Tak tanggung-tanggung, tim Garuda membantai Harimau Malaya dengan skor telak 4-1.

Indonesia tertinggal lebih dulu di menit ke-13. Meski begitu, anak asuh Shin Tae-yong tak panik dan berhasil membalikkan kedudukan menjadi 2-1 lewat dua gol Irfan Jaya. Di babak kedua, sepakan indah Pratama Arhan dan sundulan manis Elkan Baggott memastikan Malaysia tersingkir dari Piala AFF sekaligus memastikan Indonesia lolos dari babak grup Piala AFF 2020 sebagai juara Grup B.

Menyusul hasil tersebut, Safee Sali langsung mengakui kekalahan Malaysia dan buru-buru memberi ucapan selamat kepada timnas Indonesia. Walaupun sudah merevisi pernyataannya, mantan striker Pelita Jaya itu tetap jadi bulan-bulanan netizen di media sosial. Bahkan, nama Safee Sali sempat menjadi trending.

Pendukung timnas Indonesia juga merayakan kemenangan atas Malaysia itu dengan membuat berbagai ‘meme’ di media sosial. Ada yang lucu, ada pula yang bernada merendahkan.

Ya, memang begitulah hubungan Indonesia dan Malaysia. Sejak dulu, hubungan kedua negara sudah mengalami pasang surut. Hasil akhir pertemuan kedua negara di Piala AFF 2020 menjadi bukti bahwa duel Indonesia vs Malaysia rasanya sulit berjalan damai.

Indonesia vs Malaysia: Mengapa Dinamakan Derbi Nusantara?

Tak bisa dipungkiri pula bahwa duel Indonesia vs Malaysia juga jadi salah satu pertandingan yang paling disorot oleh media. Tak jarang, media internasional juga ikut meyoroti duel dua negara tetangga tersebut yang kerap memunculkan bermacam insiden provokatif, baik di dalam lapangan maupun di luar lapangan.

Ditilik dari sejarah dan letak geografis kedua negara, duel Indonesia dan Malaysia di sepak bola dikenal dengan julukan ‘Derbi Nusantara’. Mengapa dinamakan demikian?

Nusantara adalah istilah yang sering kali dipakai sebagai padanan Indonesia. Namun, jauh sebelum Indonesia lahir, istilah Nusantara sudah lahir lebih dulu pada sekitar abad ke-14 di masa Kerajaan Majapahit. Isitlah ‘Nusantara’ juga muncul dalam Sumpah Palapa yang diucapkan Patih Gajah Mada.

Menilik dari sejarahnya, dahulu istilah Nusantara dipakai untuk menggambarkan wilayah kepulauan yang letaknya diapit oleh dua benua, yakni benua Asia dan Australia, termasuk di antaranya wilayah Semenanjung Malaya yang kini menjadi negara Malaysia. Dari fakta sejarah itulah pertemuan Indonesia dan Malaysia dinamakan Derbi Nusantara.

Lalu, bagaimana awal mula perseteruan kedua negara di ranah sepak bola? Dan mengapa Derbi Nusantara selalu berlangsung panas?

Untuk mengetahuinya, kita perlu membahasnya dari beberapa sisi, seperti politik, budaya, dan sepak bola. Dari tinjauan politik, hubungan diplomatik kedua negara mulai memanas saat terjadi Konfrontasi Indonesia-Malaysia pada tahun 1960an. Konfrontasi Indonesia-Malaysia bisa dibilang sebagai perang yang disebabkan oleh sengketa wilayah dan penolakan penggabungan wilayah Sabah, Sarawak, dan Brunei ke dalam Federasi Malaysia yang diketahui tidak sesuai dengan Persetujuan Manila.

Perang tersebut melibatkan beberapa pihak dan sampai menelan korban jiwa dari kalangan sipil. Perang itu pula yang memunculkan istilah “Ganyang Malaysia” yang dipopulerkan oleh Bung Karno. Meski konflik tersebut sudah selesai dengan perjanjian damai yang ditandantangi pada bulan Agustus 1966, tetapi Indonesia dan Malaysia masih kerap bertengkar hingga saat ini. Tingkah Malaysia yang kerap mengklaim warisan budaya Indonesia kerap menyulut api permusuhan yang merembet ke berbagai lini kehidupan, termasuk sepak bola.

Meski begitu, Indonesia dan Malaysia memang punya banyak kesamaan, khususnya persamaan ras dan bahasa, serta budaya. Oleh karena itu, kita dan mereka sering kali disebut satu rumpun.

Hubungan Indonesia dan Malaysia di ranah sepak bola sebenarnya juga unik. Meski menjadi rival saat kedua timnas bertemu, tetapi hal tersebut tidak membuat pemain kedua negara dilarang untuk menginjakkan kaki di liga rivalnya.

Seperti saat Safee Sali jadi bintang di Pelita Jaya, tak lama setelah dia meruntuhkan mimpi Indonesia di final Piala AFF 2010. Atau Bambang Pamungkas dan Elie Aiboy yang jadi legenda Selangor atau Andik Vermansyah yang pernah jadi rebutan klub-klub Liga Malaysia.

Pada intinya, ada banyak hal yang menyatukan Indonesia dengan Malaysia. Namun, jika sudah masuk ranah sepak bola, haram hukumnya kalah satu sama lain.

Sejarah Pertemuan Indonesia vs Malaysia di Derbi Nusantara

Duel perdana antara timnas Indonesia kontra Malaysia terjadi dalam Turnamen Merdeka yang diadakan di Kuala Lumpur pada 7 September 1957. Kala itu, tim Garuda berhasil menang atas Harimau Malaya dengan skor 4-2.

Sementara di ajang resmi, Indonesia pertama kali bertemu dengan Malaysia pada 28 Agustus 1962, tepatnya di ajang Asian Games Jakarta 1962. Sayangnya, Indonesia kala itu mesti tunduk dari Malaysia dengan skor tipis 2-3.

Di ajang SEA Games, Indonesia dan Malaysia pertama kali berduel pada 19 November 1977. Kala itu, tim Garuda berhasil menang tipis 2-1 atas Harimau Malaya di SEA Games Kuala Lumpur. Sementara itu, pertemuan perdana Indonesia dan Malaysia di Piala AFF berlangsung pada 13 September 1996. Di gelaran perdana Piala AFF itu, Garuda tumbang dari Harimau Malaya dengan skor 3-1.

Sepanjang sejarahnya, banyak pertandingan Derbi Nusantara yang berlangsung sangat sengit, penuh drama, dan penuh kenangan. Tak jarang, Malaysia kerap jadi momok bagi timnas Indonesia. khususnya di laga-laga krusial. Gengsi dan harga diri yang dipertaruhkan seperti jadi beban bagi kedua negara.

Final Piala AFF 2010 adalah salah satu laga yang berakhir tragis bagi Indonesia. Sempat menumbangkan Malaysia 5-1 di fase grup, Cristian Gonzales dkk tumbang di partai final dengan skor agregat 4-2.

Setahun berselang, Harimau Malaya kembali jadi momok bagi tim Garuda di partai Final SEA Games 2011. Di hadapan ribuan pendukungnya yang memadati Stadion Gelora Bung Karno, timnas besutan Rahmad Darmawan takluk dari Malaysia lewat babak adu penalti dengan skor akhir 4-3.

Namun jauh sebelum itu, Indonesia juga punya kenangan manis kala bertemu dengan Malaysia. Timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games pertamanya di cabor sepak bola pada edisi 1987 setelah menundukkan Malaysia di partai final. Kala itu, tim Garuda besutan Bertje Matulapelwa menang tipis 1-0 lewat gol tunggal Ribut Waidi.

Mengutip dari Home of Football Statistic and History, timnas senior Indonesia dan Malaysia sudah bertemu di Derbi Nusantara sebanyak 97 kali. Tim Garuda menang 40 kali, Harimau Malaya menang 36 kali, dan 21 laga lainnya berakhir imbang.

Akan tetapi, secara prestasi, kita mesti mengakui bahwa timnas Malaysia sedikit lebih unggul dari Indonesia. Di ajang SEA Games, Indonesia baru juara 2 kali, yakni pada edisi 1987 dan 1997. Sedangkan Malaysia sudah 6 kali menjadi juara, yakni pada edisi 1961 saat masih bernama Federasi Malaya, lalu pada edisi 1977, 1979, 1989, 2009, dan 2011.

Sementara di ajang Piala AFF, Malaysia sekali menjadi juara di tahun 2010. Sedangkan prestasi terbaik Indonesia hanyalah menjadi runner-up Piala AFF sebanyak 5 kali.

Tak bisa dipungkiri bahwa wilayah Indonesia dan Malaysia yang bertetangga membuat kedua tim kerap bertemu, sehingga secara otomatis rivalitas kedua negara akan terus terjaga. Meski Indonesia dan Malaysia adalah negara serumpun di kawasan ASEAN dan memiliki ikatan kekerabatan yang kuat, tetapi keduanya adalah rival abadi di sepak bola.


***
Sumber Referensi: Bola.com, Kompas, 11v11, Tirto, Goal, Bola.

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru