Musim ini, Club Brugge menjadi salah satu klub paling menarik di Eropa. Betapa tidak? Klub yang pernah diperkuat Charles de Katelaere itu dengan mudah lolos ke fase 16 besar Liga Champions Eropa. Tak main-main, Club Brugge lolos ke fase gugur dengan hanya kalah sekali.
Mereka bahkan mengangkangi salah satu klub kuat di Grup B, Atletico Madrid. Sayangnya, setelah jeda Piala Dunia, justru ada kabar kurang sedap dari Club Brugge. Pelatih Carl Hoefkens didepak dari klub. Kabar baiknya justru datang dari Scott Parker yang menggantikan Hoefkens.
Cukup mengejutkan Club Brugge menunjuk Scott Parker sebagai pelatih. Padahal Parker bukanlah pelatih yang memiliki CV mentereng. Ia bahkan hanya sukses dalam melatih tim di kasta kedua. Tapi ini menjadi hal yang menyenangkan bagi Parker karena bisa melatih tim Liga Champions Eropa.
Daftar Isi
Melatih Fulham
Scott Parker bukan sosok pelatih yang punya catatan fenomenal. Hanya saja, kita tidak boleh meremehkan pria kelahiran Lambeth, Inggris itu. Ia adalah sosok di balik promosinya Fulham ke Premier League pada musim 2019/20.
Musim itu adalah untuk kali pertama Scott Parker menjadi pelatih utama tim. Sebelumnya, ia hanya menjadi asisten Claudio Ranieri di Fulham. Namun, setelah pelatih gaek asal Italia itu pergi dari Craven Cottage, Parker naik jadi pelatih.
Interesting move from Fulham, getting Scott Parker to sign the table instead of a regular paper contract. Very forward-thinking, saving paper and the planet. Good job. pic.twitter.com/mactYufJd4
— Daniel Moxon (@dmoxon_) May 10, 2019
Ia mewarisi skuad Ranieri yang kala itu masih sangat mewah. Fulham ketika itu masih diperkuat nama-nama beken seperti Calum Chambers, Ryan Sessegnon, Harvey Elliott, Andre Schurrle, Zambo Anguissa, dan tentu saja, Aleksandar Mitrovic.
Namun, kendati memiliki skuad yang mewah, pemain Fulham kala itu krisis semangat juang. Usai terdegradasi pada musim 2018/19, para pemain seperti hilang harap. Sampai sini, misi Scott Parker kian berat. Tidak hanya harus menaikkan lagi Fulham ke kasta tertinggi, tapi juga mengembalikan semangat tim.
Dan Scott Parker adalah orang yang tepat untuk itu. Ia paham betul bagaimana menguasai psikologi pemain. Bagi Parker, sebagaimana dikutip The Athletic, psikologis adalah kunci. Parker pun mencoba untuk berbicara dengan para pemainnya.
Mengantarkan Fulham Promosi
Parker butuh waktu untuk memahami para pemain. Ia tahu bahwa degradasi bukan sesuatu hal yang diinginkan. Parker sudah pengalaman soal itu. Saat menjadi pemain, ia sangat akrab dengan degradasi. Untuk itulah, ia memberikan segala pengalamannya saat menjadi pemain untuk Fulham.
Scott Parker akhirnya bisa mendongkrak mentalitas pemain Fulham. Dengan cara membuat para pemain yakin pada dirinya sendiri, tidak perlu mempedulikan orang lain. Parker merasa, degradasi maupun promosi tidak boleh dianggap beban.
Congratulations @FulhamFC with your promotion to the @premierleague! 👍👍⚽️⚽️
We will see you at our #Toptournament in 2021 ?!? pic.twitter.com/2pF9PormKa— topdivo (@topdivo) August 5, 2020
Pemain harus lepas dan tidak terlalu hanyut dalam meratapi kekalahan. Fulham pun sukses dibawanya promosi ke Liga Primer Inggris musim 2019/20. Kala itu, The Cottagers hanya finis di peringkat keempat. Pasukan Scott Parker mesti menjalani babak play-off Championship terlebih dahulu.
Di partai final play-off Championship, Fulham menghadapi Brentford. Pertarungan sengit terjadi. Tak ada gol di 90 menit laga. Namun, mentalitas yang sudah terbentuk membuat Fulham akhirnya memenangkan pertandingan 2-1.
Mengantarkan Bournemouth Promosi
Setelah membawa Fulham kembali ke Liga Primer Inggris, Scott Parker gagal membuatnya bertahan di sana. Fulham pun terdegradasi lagi pada musim 2020/21. Parker pun didepak. Setelah tidak melatih Fulham, Parker kembali melatih tim EFL Championship atau kasta kedua lainnya.
Bournemouth menampungnya. Ia menukangi Bournemouth pada musim 2021/22 di Liga Championship. Kendati berbeda klub, tapi misinya tetap sama. Scott Parker dituntut agar membawa Bournemouth ke Liga Utama Inggris.
Parker yang kala itu berusia 41 tahun mentransfer pengalamannya dari Fulham ke Bournemouth. Ia bahkan sanggup menggusur pengaruh Eddie Howe di Vitality Stadium. Di Bournemouth, ia menerapkan gaya main khasnya, yang kelak disebut “Parkerball”.
In two Championship seasons as a manager, Scott Parker has led two clubs to promotion up to the Premier League 👏
⚪️ Fulham: 2020
🍒 Bournemouth: 2022#AFCB pic.twitter.com/vydDKcgxqS
— The Sack Race (@thesackrace) May 3, 2022
Parkerball menekankan penguasaan bola, melewati pertahanan, dan mengalihkan permainan dari kanan ke kiri. Gaya bermain itulah yang menjadi kunci lolosnya Bournemouth ke Liga Primer Inggris.
Bournemouth pun dibawa Parker lolos ke Liga Primer Inggris musim itu setelah finis di peringkat dua EFL Championship. Jadi, Bournemouth tidak perlu susah payah melewati babak play-off.
Dipecat Bournemouth
Akan tetapi, nasib Scott Parker di Bournemouth tidak lama. Setelah lolos ke Premier League, penampilan Bournemouth sama sekali tidak mengesankan. Bahkan pada musim 2022/23 terbilang buruk.
Bournemouth dihabisi Manchester City, Arsenal, dan Liverpool. Setelah kekalahan 9-0 atas Liverpool, Scott Parker dipecat. Tapi permasalahannya bukan hanya karena hasil minor. Scott Parker berselisih paham dengan pemilik klub saat itu, Maxim Demin.
Parker ingin mendatangkan lebih banyak pemain, tapi pihak klub menahannya. Bournemouth hanya menghabiskan 22 juta poundsterling (Rp411,8 miliar) pada bursa transfer awal musim ini. Parker pun frustrasi, dan pergi adalah jalan keluar terbaik. Ia jadi pelatih pertama Premier League yang dipecat di musim 2022/23.
FIRST MANAGERIAL CASUALTY
Bournemouth have sacked manager Scott Parker after just four games of the Premier League season.
It is believed that the embarrassing 9-0 loss to Liverpool triggered the decision. pic.twitter.com/WD1uSG515T
— Bayo Adegboyega (@Bayoradegboyega) August 30, 2022
Club Brugge Memecat Hoefkens
Sementara itu, Club Brugge sedang tampil oke bersama Carl Hoefkens. Ia membawa klub berjuluk Blauw-Zwart ke babak 16 besar Liga Champions. Sebuah prestasi yang luar biasa. Namun, sungguh di luar dugaan, Carl Hoefkens tidak diperpanjang kontraknya oleh Club Brugge.
💥ℹ️| @ClubBrugge🔵⚫️ have sacked T1 Carl Hoefkens. https://t.co/nNCyEYcM1U pic.twitter.com/J2rFBrRAkT
— The Belgian Football Podcast (@BelgianPodcast) December 28, 2022
Kendati membawa Club Brugge ke babak gugur Liga Champions, bagi manajemen penampilan klub di tangan Hoefkens tidak bagus. Apalagi di kancah domestik, Club Brugge pontang-panting. Di Piala Belgia, Club Brugge kalah di kandang oleh Sint-Truidense 4-1. Selain itu, Club Brugge hanya bisa bermain imbang 1-1 melawan OH Leuven di Liga.
Di Liga Belgia, Club Brugge tertahan di peringkat keempat dan terpaut 12 poin dari pemuncak klasemen, Genk per 4 Januari 2023. Ini dianggap prestasi yang kurang, dan cukup menjadi alasan Hoefkens tak diperpanjang oleh Club Brugge.
Jadi Pelatih Bournemouth
Terbilang mengejutkan ketika Club Brugge justru menunjuk Scott Parker sebagai pelatih. Dalam informasi resmi yang disampaikan klub dan dikutip banyak media menyebut, “Selamat Datang, Scott Parker! Orang Inggris itu baru saja ditunjuk sebagai pelatih kami”. Itu saja, tidak ada alasan di baliknya.
Tentu penunjukkan Parker melahirkan beragam reaksi dari para fans. Kok bisa Parker melatih tim yang akan bermain di Liga Champions? Dikutip The Brussels Times, media Belgia, Flemish Het Laatste Nieuws mengindikasikan bahwa Scott Parker adalah pilihan ketiga Club Brugge.
Welcome, Scott Parker! 👋
De Engelsman werd zonet aangesteld als onze nieuwe hoofdcoach.
— Club Brugge KV (@ClubBrugge) December 31, 2022
Club Brugge pernah menawarkan pekerjaan itu kepada pelatih Timnas Denmark, Kasper Hjulmand, tapi ditolak. Lalu, pilihan kedua yang merupakan legenda Liverpool, Steven Gerrard juga menolak tawaran Club Brugge. Alhasil, Scott Parker yang dipilih.
Tim Biru Hitam berharap banyak pada Parker, terutama di kancah domestik. Parker dituntut agar mengembalikan performa Club Brugge di Liga Belgia. Soal strategi, sebetulnya Parker dan Hoefkens tidak jauh berbeda. Club Brugge sudah terbiasa dengan formasi 4-3-3.
Q&A time with our new head coach! 💬 pic.twitter.com/EquDUKWcIs
— Club Brugge KV (@ClubBrugge) January 2, 2023
Sementara formasi itulah yang dipakai Parker. Hanya saja, permainan Parker lebih menitikberatkan penguasaan bola dan intensitas dalam mengontrol permainan dari kanan ke kiri. Di Club Brugge, Parker punya pemain sayap yang bisa dipakai seperti Noa Lang atau Kamal Sowah. Ia juga punya Ferran Jutgla yang bisa jadi alternatif di lini serang.
Lalu, bagaimana dengan Liga Champions? Club Brugge akan menghadapi raksasa Portugal, Benfica di babak 16 besar. Namun, sepertinya itu akan jadi target kedua Parker. Karena tuntutan utama Scott Parker di Club Brugge adalah di kompetisi domestik. Bisakah Parker menjadi pelatih Inggris pertama di Belgia dan bisa merengkuh kesuksesan?
https://youtu.be/1DYFxy79940
Sumber: DailyMail, SkySports, BreakingTheLines, NBCSports, Goal, Sportstar, BrusselTimes, DailyStar, Mirror