Pencapaian Shin Tae-yong di Timnas Indonesia menjadi buah bibir. Fenomena Shin Tae-yong sampai-sampai disamakan dengan fenomena Guus Hiddink di Timnas Korea Selatan. Kita tahu betapa Hiddink telah menjadi sosok yang berpengaruh di Korea Selatan, khususnya di Piala Dunia 2002.
Ialah pelatih pertama yang mengantarkan Taeguk Warriors ke semifinal Piala Dunia. Sebuah pencapaian yang pada gilirannya begitu membekas di publik Korea Selatan. Nah, ternyata cara-cara yang dipakai bekas pelatih Chelsea di Prajurit Yang Tertinggi juga digunakan oleh Shin Tae-yong di Timnas Indonesia. Cara seperti apakah itu? Mari kita bahas.
Daftar Isi
Kepercayaan Kepada Guus Hiddink
Guus Hiddink, pria 55 tahun ditawari pekerjaan melatih Timnas Korea Selatan pada tahun 2001. Ia adalah pria Belanda dengan paspor yang lusuh, penyuka segelas anggur merah, dan punya portofolio bermain di klub-klub Eropa.
Saat itu, Korea Selatan tidak memiliki pemain yang berkiprah di Eropa. Hanya Seol Ki-hyeon yang bermain di Anderlecht. Seminggu sebelum Hiddink tiba, Ahn Jung-hwan bahkan dipecat dari Perugia. Kebanyakan pemain di Timnas Korea Selatan bermain di Liga Korsel alias K-League.
Throwback to when Guus Hiddink was given Korean Citizenship, a private villa in Jeju-do island, free flights for life on Korean Air and Asiana Airlines, and free taxi rides for guiding South Korea to the 2002 World Cup Semi-Final. pic.twitter.com/y6vwAudEo5
— All Sportz 🏀⚽ (@Allsportztv) January 12, 2023
Hiddink bersedia menjadi pelatih, tapi dengan satu syarat: K-League mesti dijadwalkan ulang. Itu dilakukan agar ia lebih sering berkomunikasi dengan para pemain menjelang Piala Dunia. Syarat itu dipenuhi. Sebelumnya, tidak ada pelatih Korea Selatan yang punya akses mengutak-atik K-League.
Itu artinya, Hiddink sudah menggenggam kepercayaan dari federasi. Kepercayaan dari federasi membuatnya bisa bekerja lebih leluasa. Ia bisa menerapkan strategi, taktik, dan gaya kepelatihan tanpa tekanan dari berbagai kubu.
Gebrakan Awal
Tiga bulan sebelum Piala Dunia 2002, Hiddink sudah menabung kemenangan-kemenangan signifikan. Mengalahkan Finlandia dan Kosta Rika dengan skor 2-0, serta menghabisi Skotlandia 4-1. Hasil-hasil itu membuktikan kelayakan Guus Hiddink melatih Korea Selatan.
Semula Korea Selatan adalah tim lemah dan para pemainnya kekeringan kepercayaan diri. Hiddink mengubah mentalitas semacam itu menjadi mentalitas pemenang.
Sebentar saja, Korea Selatan menjadi tim yang kuat. Dari sana benih kepercayaan pada Hiddink, baik dari pemain, federasi, masyarakat, dan fans pun tumbuh. Hiddink pun tak perlu sungkan untuk mengkritik dan memarahi para pemainnya.
Cara Guus Hiddink
Seperti misalnya, ketika menghadapi Prancis tak lama sebelum bergulirnya Piala Dunia 2002. Korea Selatan yang berada di peringkat 40 FIFA kala itu sanggup unggul duluan dari Prancis, tim yang bertengger di peringkat satu, dengan skor 2-1. Namun, di akhir laga Korea Selatan justru kalah 3-2.
Hiddink geram betul pada para pemainnya. Sebab mereka kalah di pertandingan yang seharusnya bisa dimenangkan. Pesannya jelas, bahwa Hiddink tak mau melihat timnya kalah di depan mata kepalanya sendiri.
Mentalitas yang dibangun Hiddink adalah mentalitas pemenang. Oleh karena itu, dalam aspek permainan, Hiddink telah mengubah Taeguk Warriors yang pasif menjadi lebih agresif menghentak pertahanan lawan. Tekanan tinggi menjadi idenya. Dan itu yang dilakukan Korea Selatan di Piala Dunia 2002.
Korea Selatan sanggup lolos dari penyisihan grup dengan cara itu, plus kekuatan fisik yang diperoleh lewat pelatihan ilmiah yang diperkenalkan Hiddink. Cara bertahan Korea Selatan sebelumnya cenderung sporadis dan tidak kooperatif. Di tangan Hiddink pertahanan Korea Selatan lebih baik.
Afirmasi positif juga menjadi buih-buih yang terus keluar dari mulut Hiddink. Seperti misalnya tatkala Korea Selatan menghadapi Italia di 16 besar dan Spanyol di babak perempat final. “Anda akan mengalahkan mereka” adalah pesan yang terus disampaikan Hiddink ke anak buahnya.
Just a reminder that Guus Hiddink led South Korea to the 2002 World Cup semis as their coach. pic.twitter.com/2SagaQxlQ9
— Olieć 🇰🇪 (@EddieOliech) March 29, 2020
STY Juga Mendapat Dukungan
Belasan tahun selepas fenomena Guus Hiddink, di Korea Selatan muncul nama Shin Tae-yong. Sosok pelatih yang satu ini dibesarkan sepak bola Korea Selatan. Ia semacam prototipe yang sengaja dibuat untuk sepak bola Korea Selatan.
Tidak hanya karena kemampuannya dalam mengolah bola. Namun, juga kemampuan intelektual dimiliki pelatih yang belakangan ini tampil di acara entertainment JTBC itu. Sayangnya, publik Korea Selatan, termasuk federasi sepak bolanya, tidak cukup sabar dengan Shin Tae-yong.
Hasil kurang menyenangkan di Piala Dunia 2018 membuat Shin Tae-yong tak dipakai lagi. Namun, dasar pelatih jago, tak butuh waktu lama, Tae-yong lalu mendapat pekerjaan baru di Timnas Indonesia. Selepas mendiskusikan tawaran dari Timnas Indonesia dengan Son Heung-min, salah satu mantan anak asuhnya, Tae-yong betul-betul terbang ke Jakarta.
Kilas Balik – Beliau bukan sembarang beliau.
Pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, saat diperkenalkan secara resmi kepada awak media sebagai pelatih Tim Nasional Indonesia didampingi Ratu Tisha, Iwan Bule dan Iwan Budiarto di Stadion Pakansari Bogor, Sabtu 28/12/19 pic.twitter.com/FFgZJrJJNN
— Info Suporter Indonesia (@InfosuporterID) September 13, 2023
Di Indonesia, wajah-wajah berseri dan penuh harap menyambut Shin Tae-yong. Coba bayangkan saja, saat itu ia adalah pelatih yang mengalahkan Jerman di Piala Dunia, dan ia akan menjadi pelatih Timnas Indonesia. Siapa yang tidak sumringah mendengar kabar itu?
Dukungan publik Indonesia, termasuk juga PSSI yang kala itu masih dipimpin Mochamad Iriawan dipegang oleh STY. Kendatipun tidak menutup kesempatan bahwa ada orang yang tidak suka pada STY. Namun, namanya saja Shin Tae-yong. Ia tak ambil pusing dengan itu.
Cara yang Dipakai STY Sama dengan Guus Hiddink
Kepercayaan dari federasi dan sebagian besar penggemar Timnas Indonesia bagai bubuk mesiu dalam peluru. Hal itu yang bikin Shin Tae-yong akhirnya bisa menerapkan metodenya di Timnas Indonesia. Dalam waktu yang terhitung singkat, pelatih asal Korea Selatan itu mengubah tim kelas kambing seperti Indonesia menjadi binatang buas.
Shim Chan-gu, penulis di media Korea, Chosun, menulis, bahwa Shin Tae-yong berhasil meminimalkan kelemahan Timnas Indonesia. Dalam waktu yang relatif sebentar, Tae-yong mereparasi tim yang sebelumnya kurang memiliki pengalaman latihan yang sistematis dan memiliki masalah dengan pola makan.
Shin Tae-Yong dalam konferensi pers jelang laga melawan Korea Selatan:
“Jujur, saya berat menghadapi Korea. Seandainya saya tidak pernah menjadi pelatih Korea Selatan, mungkin rasanya tidak seberat ini.
Korea adalah tim yang gigih, kuat, dan agresif. Mereka punya lini… pic.twitter.com/xrssEq4dLF
— Berita Sepakbola Dunia (@gilabola_ina) April 25, 2024
Ia juga mengubah tim yang sebelumnya hanya bermain menunggu dan mengandalkan bola-bola direct, menjadi lebih sabar, atraktif, dan berani menekan. Cara-cara ini mirip dengan apa yang dilakukan Guus Hiddink saat melatih Korea Selatan di Piala Dunia 2002.
Ketegasan dan kerja keras yang dimiliki Shin Tae-yong juga punya nominal yang sama dengan Hiddink di Korea Selatan. Selain metode latihan, Tae-yong juga menerapkan regenerasi skuad, sesuatu yang pernah dicoba oleh Hiddink di Timnas Korea Selatan.
Menjaga stabilitas skuad dengan cara merangkul setiap pemain, mendekatinya satu per satu secara personal juga dilakukan Shin Tae-yong. Sehingga, tidak ada kisruh di ruang ganti.
Penantian Timnas Indonesia
Setidaknya sampai naskah ini ditulis, Shin Tae-yong belum mempersembahkan satu pun trofi buat Indonesia. Namun, bukankah laki-laki yang memutuskan mengencani seorang perempuan tolok ukurnya bukan cuma paras? Kalau kita menilai pencapaian seorang pelatih pun tak cukup sekadar trofi.
Shin Tae-yong belum ngasih satu pun trofi. Tapi masih ada pencapaian lain yang bisa dibanggakan, seperti lolos ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Jika penilaiannya soal trofi, Guus Hiddink pun tak melakukannya di Korea Selatan.
Akan tetapi, lihat saja, ingatan saat Timnas Korea Selatan ke semifinal Piala Dunia toh jauh lebih melekat di benak masyarakat Korea Selatan ketimbang saat mereka menjuarai EAFF Championship.
Pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-Yong:
“Sebenarnya, ranking FIFA timnas Indonesia adalah yang terendah di antara 18 negara di putaran ketiga kualifikasi piala dunia 2026. Untuk lolos ke piala dunia 2026, kami harus berharap ada keajaiban.”
📝: bolacomid
📷: JPNN pic.twitter.com/htQf6xXRDl— Berita Sepakbola Dunia (@gilabola_ina) June 16, 2024
Apa yang dilakukan Shin Tae-yong di Indonesia membuatnya disamakan dengan Guus Hiddink. Media Korea Selatan, Sisain sebagaimana dikutip CNN Indonesia, menulis kalau yang dilakukan Shin Tae-yong, khususnya di Piala Asia U-23 kemarin, sama seperti Guus Hiddink saat membawa Korea Selatan ke semifinal Piala Dunia 2002.
Akhir tahun lalu, Shin Tae-yong merasa sangat dicintai oleh masyarakat Indonesia. Di titik itu, mengutip Okezone, Shin Tae-yong merasa dirinya seperti Guus Hiddink yang begitu dicintai oleh suporter Korea Selatan.
https://youtu.be/xu4yPraWJRE
Sumber: Chosun, CNNIndonesia, Suara, TheGuardian, Irishexaminer, Okezone