La Liga kini mulai banyak disorot, terutama wakil-wakilnya yang berkiprah di Liga Champions musim ini. Satu per satu mereka mulai berguguran di fase grup. Hal yang sebenarnya jarang terjadi di beberapa dekade ke belakang. Kini hanya tinggal satu wakil La Liga yang bisa “menggendong” harumnya nama La Liga, yakni Real Madrid. Lalu kenapa hal ini bisa sampai terjadi?
🏆 La Liga has just one club in the #UCL last 16 for the first time in two decades
💵 #FCB are mired in financial turmoil
📉 #Atleti are a team in decline @dermotmcorrigan examines how Spain became the sick man of European football…— The Athletic | Football (@TheAthleticFC) October 27, 2022
Daftar Isi
Berkuasa 22 Tahun Terakhir
Bicara soal kiprah wakil La Liga di Liga Champions, rekam jejak mereka memang trennya naik-turun. Namun perlu dicatat, sejak 22 tahun terakhir wakil-wakil La Liga tampak seperti punya aura magis tersendiri di Liga Champions.
Maklum, dalam kurun waktu tersebut wakil-wakil dari La Liga kerap melaju jauh di kompetisi tertinggi Benua Biru tersebut. Real Madrid, Barcelona, Atletico Madrid tentu menjadi lakon utama. Itupun belum termasuk tim-tim kejutan macam Villarreal, Valencia, Malaga, Sevilla ataupun Deportivo La Coruna.
Dalam kurun waktu 22 tahun sejak musim 1999/00, Real Madrid mampu menyabet 7 kali gelar juara. Sementara Barcelona 4 kali. Sementara Atletico Madrid dan Valencia pernah dua kali menjadi finalis. Bukan cuma itu, All Spanish Final pun pernah terjadi tiga kali. Yakni ketika Valencia vs Madrid di 1999/00, dan dua kali final “Derby Madrid” di 2013/14 dan 2015/16.
– Champions League final rematch ✓
– Madrid Derby ✓
– Best #UCLfinal ever? pic.twitter.com/HoelS7SFp5— bwin_UK (@bwin_uk) May 25, 2016
Dengan catatan hebat itu, wajar kalau La Liga awet di posisi empat besar koefisien UEFA. Artinya, La Liga masih dicap sebagai salah satu dari empat liga terbaik Eropa hingga sekarang.
Pertama Kalinya Hanya Ada Satu Wakil La Liga Yang Lolos Grup
Dalam kurun waktu 22 tahun, inilah pertama kalinya klub-klub La Liga hanya mampu meloloskan satu wakil saja dari fase grup. Biasanya, minimal ada Real Madrid dan Barcelona yang mewakili nama La Liga hingga mampu melaju dari fase grup.
For the first time this century, only one Spanish club has progressed to the Champions League knock-out stages!
La Liga decline? 😬📉 pic.twitter.com/zfNrZH56T9
— 90min (@90min_Football) October 27, 2022
Bahkan kita tahu di tahun 2000-an awal, muncul superioritas tim-tim kejutan dari La Liga selain Barca dan Madrid. Valencia mampu mengejutkan Eropa dengan masuk final dua kali beruntun yakni di musim 1999/00 dan 2000/01.
Deportivo La Coruna di zaman lagi gacor-gacornya juga pernah menjadi kejutan dengan muncul sebagai semifinalis di musim 2003/04. Ada juga klub kecil seperti Malaga dan Sevilla yang mampu tembus hingga ke perempat final. Malaga di musim 2012/13, sedangkan Sevilla di musim 2017/18. Villarreal juga sempat juga dua kali masuk semifinal. Yakni ketika di pegang Pellegrini di musim 2005/06 dan musim lalu ketika dipegang Unai Emery.
Villarreal are ready to host their second-ever Champions League semifinal 🤩 pic.twitter.com/46lytgkhwT
— B/R Football (@brfootball) May 3, 2022
Hancur Di Musim 2022/23
Sayang, catatan indah para wakil La Liga di Liga Champions itu terus menurun. Penurunannya bahkan terlihat cukup drastis musim ini. Tak tanggung-tanggung, dari 4 wakil La Liga yang tampil di fase grup, hanya juara bertahan Real Madrid yang bisa lolos ke fase knockout.
❌ Barcelona
❌ Sevilla
❌ AtléticoReal Madrid are the only Spanish club moving on to the knockouts of the Champions League 😲 pic.twitter.com/7mlPDi4KWt
— B/R Football (@brfootball) October 26, 2022
Barcelona kalah bersaing dengan Inter Milan. Atletico Madrid dilangkahi FC Porto dan tim kejutan Club Brugge. Sementara Sevilla harus mengakui superioritas Manchester City dan Borussia Dortmund.
Ketidaklolosan Barca, Atletico dan Sevilla bahkan sudah dipastikan di Matchday ke-5 fase grup. Artinya mereka sudah gugur sebelum berjuang di fase-fase akhir babak grup. Apalagi yang lebih menyakitkan, ketiga wakil La Liga itu tersingkir di hadapan publiknya sendiri.
Atletico Madrid di Wanda Metropolitano tersingkir setelah bermain imbang 2-2 saat menjamu Bayer Leverkusen. Di Camp Nou, Barcelona hancur lebur ditindas Munchen 0-3. Sementara di Ramon Sanchez Pizjuan, meskipun Sevilla menang 3-0 atas Copenhagen, namun mereka tetap tersingkir setelah Dortmund dan City hanya bermain imbang tanpa gol.
La Liga Terlalu Banyak Masalah
Beberapa catatan itu tentu saja menjadi rapor merah buat La Liga. Apalagi beberapa klub La Liga musim ini keuangannya masih tampak lesu akibat imbas pandemi. Dengan kondisi keuangan yang seret, mereka tampak kesulitan membangun tim. Mereka juga harus berjibaku mengatur anggaran klub supaya tidak melanggar Financial Fair Play. Akibatnya kekuatan tim jadi tidak optimal.
Kita lihat saja Barca yang jadi klub pesakitan musim ini. Barcelona kini banyak menjadi bahan bullyan di media sosial. Selain soal permasalahan tuas ekonomi mereka, performanya pun jeblok saat mereka sudah jor-joran beli pemain.
Now that #FCB are out of the #UCL, their finances will be plunged into deeper trouble
▪️ €108m owed for Coutinho, Pjanic & Neto
▪️ Camp Nou renovations
▪️ Budgeted to reach Champions League quarter-finals
▪️ Now paying €41m to Sixth Street for TV rights— The Athletic | Football (@TheAthleticFC) October 26, 2022
Sementara Atletico banyak disorot ketika terkena masalah FFP di awal musim, yang membuat mereka tak bisa membeli banyak pemain. Belum lagi Sevilla yang jeblok kala pemain terbaiknya digerogoti musim ini imbas masalah keuangan mereka.
Sementara itu, permasalahan lain juga timbul dari para petinggi klub maupun federasi. Sebagai contoh, alih-alih memperhatikan kualitas terbaik La Liga, Javier Tebas sebagai presiden La Liga malah menyuruh tim-tim di La Liga untuk memboikot liga.
La Liga clubs are threatening to go on strike on the weekend beginning Friday the 28th of October.
A new Spanish sports law may permit the Superleague and an emergency AGM has been called by President Javier Tebas and the other clubs. pic.twitter.com/uWH0wQ6jWr
— Football España (@footballespana_) October 20, 2022
Hal itu terjadi karena munculnya undang-undang olahraga baru yang dikeluarkan oleh parpol penguasa di parlemen Spanyol. Yang isinya kurang lebih telah mencabut pasal mengenai “pencegahan klub-klub La Liga yang akan mengikuti Super League”.
Itu artinya, jika undang-undang baru itu disahkan, maka klub-klub La Liga yang ikut Super League seperti Madrid dan Barca, diperbolehkan dan tidak dikenai sanksi. Sementara yang tidak ikut di dalam Super League tidak mendapatkan perlindungan khusus dari pemerintah.
Bukan masalah itu saja, kini ada undang-undang baru yang muncul tentang pelarangan pemain La Liga mempunyai bisnis terkait sepakbola. Kasus Pique menjadi pemantik. Pique lewat perusahaannya Kosmos, dicurigai menjadi makelar dan bermain mata dengan ketua Federasi Sepakbola Kerajaan Spanyol (RFEF), Luis Rubiales mengenai dipindahkannya Piala Super Spanyol ke Arab Saudi.
Es lenta, pero se mueve.
Entre esta jueza y la fiscalía anticorrupción, Rubiales empieza a ver lo que viene.
La juez investiga los gastos de la fiesta de Rubiales y las cuentas del FC Andorra de Gerard Piqué https://t.co/DkRan45g00 vía @elespanolcom— Francisco Sierra (@fsierra) October 28, 2022
Apa Yang Bisa Dibanggakan Musim Ini?
Mungkin berbagai masalah tadi sedikit banyak mempengaruhi melempemnya prestasi wakil-wakil mereka di ajang Eropa. Lantas apa yang harus dilakukan La Liga untuk setidaknya namanya tak terlalu tercoreng di pentas Eropa?
Praktis kini hanya Europa League ataupun Conference League yang bisa menjadi penyelamat muka mereka. Selain tentu mengharapkan Real Madrid sukses berjaya lagi “menggendong La Liga” musim ini.
Di Liga Malam Jumat, masih ada Real Betis dan Real Sociedad yang masih bertarung. Apalagi kini ditambah tim-tim lungsuran Liga Champions macam Barcelona, Sevilla, dan Atletico, yang sama-sama punya pengalaman juara di kompetisi itu. Satu gelar seharusnya mereka bisa raih, entah oleh klub yang mana.
Barcelona, Atlético de Madrid y Sevilla directo a UEFA Europa League.
Salvo el Real Madrid, fracasaron todos los equipos españoles esta temporada en la Champions League, ninguno jugó bien ni fue regular y quedan afuera de los 8vos de final a falta de 1 jornada por disputar. pic.twitter.com/r1ZUtsWm7x
— El Dinero Hace Fútbol. (@EDHFoficial) October 27, 2022
Di Conference League juga masih ada Villarreal yang ditinggal Unai Emery entah bisa melaju lebih jauh atau tidak. Kalau sampai di dua kompetisi itu wakil La Liga melempem juga, dengan berat hati sudah bisa dikatakan musim ini adalah “awal kehancuran” bagi La Liga di pentas Eropa.
🟡 Chukwueze & Danjuma with goals in the second half to give Villarreal the lead…#UECL | @VillarrealCF pic.twitter.com/9vpsiGTNIG
— UEFA Europa Conference League (@europacnfleague) October 27, 2022
https://youtu.be/XKEzDMY_AXA
Sumber Referensi : theathletic, sportsbrief, dailymail