Seringkali peran seorang gelandang, baik itu gelandang bertahan atau box to box, sedikit terekspos perannya dibanding pemain lain macam gelandang sayap atau serang. Padahal perannya dalam menjaga kedalaman sangatlah dibutuhkan tim.
Sebagai contoh, Prancis tak pernah kekurangan stok gelandang terbaiknya. Bahkan mereka sering identik menciptakan duo lini tengah yang punya ciri khas tersendiri dari masa ke masa. Tak tak dipungkiri beberapa regenerasinya pun, sampai sekarang tak pernah kehabisan.
You can pick only TWO French centre-midfielders for your team, who are you choosing? 🤔
🇫🇷 Patrick Vieira
🇫🇷 Paul Pogba
🇫🇷 Emmanuel Petit
🇫🇷 Zinedine Zidane
🇫🇷 N’Golo Kanté
🇫🇷 Claude Makélélé
🇫🇷 Didier DeschampsGO. 👇 pic.twitter.com/KvZ9Z83ZHT
— Football Tweet ⚽ (@Football__Tweet) November 16, 2019
Daftar Isi
Petit-Deschamps
Pilar gelandang Prancis di era 90-an akhir memang fenomenal. Di bawah pelatih Aime Jaquet, timnas Prancis mampu meraih gelar Piala Dunia mereka di rumah sendiri pada tahun 1998. Meskipun yang lebih tersorot Zinedine Zidane, namun jangan dilupakan juga duo lini tengah mereka ketika itu yakni Didier Deschamps dan Emmanuel Petit.
🇫🇷 France’s starting XI in their 1998 World Cup Final win against Brazil:
Barthez, Thuram, Leboeuf, Desailly, Lizarazu, Deschamps, Karembeu, Petit, Zidane, Djorkaeff, Guivarch
🤔 How does the current French team compare to this one? pic.twitter.com/MZLpkxO9Df
— Coral (@Coral) July 6, 2018
Deschamps yang kala itu lagi moncer bersama Juve diduetkan dengan Emmanuel Petit yang juga masih moncer di bawah Wenger di Arsenal. Peran Deschamps yang mengatur tempo dan Petit sebagai tukang jagalnya, saling melengkapi.
Kesuksesan duo Deschamps-Petit sebenarnya masih berlanjut ketika Prancis kembali meraih mahkota di Piala Eropa 2000. karena performa Petit yang ketika itu sering terkena cedera membuat Deschamps punya partner baru yakni Patrick Vieira. Duet Vieira-Deschamps inilah yang kemudian mampu berlanjut hingga mereka mampu mengandaskan Italia di final lewat golden goal.
Happy birthday, former France midfielder & EURO 2000 winner Patrick Vieira! #FRA #EURO2016 pic.twitter.com/fUl328i1D4
— UEFA EURO 2024 (@EURO2024) June 23, 2016
Setelah Deschamps pensiun, kiprah timnas Prancis di Piala Dunia 2002 dilanjutkan dengan duo Vieira-Petit, dan harus rela tersingkir lebih awal di babak grup Piala Dunia yang berlangsung di Korea-Jepang itu.
Vieira-Makelele
Nah, setelah era Petit-Deschamps berakhir, Vieira tak harus lama menanti partnernya di lini tengah Prancis. Ia langsung mendapat tandem sehatinya. Ia adalah Claude Makelele. Sosok gelandang bertahan yang rajin intercept meskipun bertubuh mungil. Ia terkenal dengan sebutan “The Makelele Role” karena perannya yang jarang menjadi pusat perhatian, tapi sebenarnya sangat penting bagi tim.
Performa impresif Makelele adalah ketika ia moncer di Real Madrid. Menjelang bergulirnya Piala Eropa 2004 di Portugal, duo Makelele dan Vieira ini akhirnya terbentuk.
Duo gelandang ini mampu membagi perannya masing-masing, sama halnya dulu ketika Deschamps dan Petit.
Bentuk permainan dan skill-nya memang beda. Peran Makelele lebih kepada ball winner yang stay di belakang 4 bek. Sedangkan Vieira lebih sebagai gelandang yang mengatur tempo sekaligus sebagai pengumpan.
2006, Claude Makélélé et Patrick Vieira… Infranchissables… pic.twitter.com/2fuu00u7qq
— Le Football de notre enfance (@footballenfance) May 21, 2020
Namun, dari segi prestasi di Piala Eropa 2004, keduanya kurang mujur. Langkah Prancis tak sanggup dibawanya hingga ke partai puncak. Setelah di partai perempat final mereka dikejutkan dengan keok 1-0 melawan tim penuh kejutan Yunani.
Perjalanan duo Makelele-Vieira ini akhirnya berlanjut di Piala Dunia 2006. Duo itu dipastikan akan tampil lagi mengeluarkan sisa-sisa terakhir kemampuannya. Dan akhirnya terbukti, langkah Perancis dengan komando kedalaman duo lini tengah senior itu mampu melaju mulus hingga partai final. Namun sayang, duo itu lagi-lagi tak mampu menyamai rekor pendahulunya, Deschamps-Petit yang mampu memperoleh gelar. Mereka kandas adu penalti oleh Italia.
Ketika duo itu dianggap selesai, tiba-tiba kejutan pun terjadi. Makelele comeback ke timnas Prancis. Ya, Makelele benar-benar kembali ke timnas di Piala Eropa 2008 juga bersama tandemnya, Vieira. Namun, Vieira ketika itu dipastikan tidak bisa berlaga karena cedera. Akhirnya, Makelele dipaksa duet dengan Jeremy Toulalan, seorang gelandang senior milik Lyon. Dan hasilnya pun tak maksimal. Mereka harus kandas di awal fase grup Piala Eropa 2008 setelah menempati posisi akhir juru kunci grup C.
Pogba-Kante
Setelah era Makelele-Vieira benar-benar berlalu, Prancis sempat sulit menemukan penggantinya. Mereka sempat mencoba beberapa komposisi seperti di Piala Dunia 2010 dengan Toulalan-Abou Diaby maupun Toulalan-Alou Diarra. Namun hasilnya nihil. Selain Prancis tersingkir di awal fase grup, duo lini tengah mereka tak lagi ikonik.
Begitupun di Piala Eropa 2012. Mereka mencoba kembali menelurkan bakat-bakat baru gelandangnya seperti Cabaye-Diarra maupun Cabaye-M’Vila. Kiprah Les Blues pun terhenti hanya sampai perempat final setelah kandas atas Spanyol.
Barulah pada Piala Dunia 2014 Brazil, regenerasi duo lini tengah Prancis samar-samar mulai terlihat. Kecemerlangan The Golden Boy, Paul Pogba ketika bersama Juventus membuat Prancis kini mempunyai masa depan lini tengah yang cerah. Bersama bimbingan seniornya, Blaise Matuidi maupun Cabaye, mereka silih berganti menjaga kedalaman lini tengah Prancis.
Tepat sejak dipegang Didier Deschamps, roh lini tengah Prancis kembali muncul. Meskipun langkah Prancis ketika itu di Piala Dunia 2014 harus terhenti oleh Jerman di perempat final. Namun yang jelas, harapan lahirnya regenerasi duo lini tengah mereka di bawah Deschamps semakin besar.
Benar saja, di Piala Eropa 2016, duo yang lahir ketika itu yakni Kante-Pogba, terbukti mampu mengantarkan Prancis ke partai puncak. Kelahiran Kante tentu tak lepas dari penampilan moncernya yang membawa Leicester menjadi juara Liga Inggris. Meskipun dalam pengapilkasiannya di lapangan, Kante yang baru dipromosikan di timnas oleh Deschamps itu masih sering ditopang oleh Blaise Matuidi.
Duo Kante-Pogba ini benar-benar terbukti tampil penuh bersama pada Piala Dunia 2018. Ya, duo itu mengingatkan kembali pada era kejayaan Prancis bersama Deschamps-Petit maupun Makelele-Vieira. Dari segi peran, duo ini bisa disebut reinkarnasinya Vieira-Makelele.
Pogba and Kante have started 27 games together for France.
They’ve never lost 💪🇫🇷 pic.twitter.com/JLn6c5wgSr
— ESPN FC (@ESPNFC) June 9, 2021
Bagaimana tidak? Secara kombinasi postur dan peran pun mereka cenderung mirip. Tak heran jika kelahiran duo ini mampu kembali membawa Prancis meraih mahkota dunia setelah mengalahkan Kroasia di final.
#OnThisDay in 2018, France were named as the World Champions as they defeated Croatia in the FIFA World Cup final! 🌍🏆#Champions #FIFA #WorldCup #Mbappe #Pogba #France #FRA #Kante pic.twitter.com/f6esvLdbTo
— Sportskeeda Football (@skworldfootball) July 15, 2021
Duo itu mampu kembali bertahan dan tampil penuh di Piala Eropa 2020 lalu. Duo mereka ditopang oleh Rabiot, Sissoko maupun Tolisso. Akan tetapi, tuah duo itu tak bisa mengantarkan Prancis juara. Mereka terhenti di fase 16 besar ketika kalah adu penalti dengan Swiss.
Tchouameni-Camavinga
Kini menjelang bergulirnya Piala Dunia Qatar 2022, dengan masih bersama pelatih Deschamps, duo lini tengah Prancis masih akan diisi oleh Pogba dan Kante. Mereka belum habis secara performa dan usia. Namun, dengan masih cederanya Pogba sekarang ini membuat kekhawatiran muncul.
Tchouameni 🤝 Camavinga
Two of France’s biggest prospects are set to be together at Real Madrid.
Could this be one of the future’s best midfield partnerships? 👀 pic.twitter.com/FUfujVuahT
— TEAMtalk (@TEAMtalk) May 24, 2022
Namun Les Blues tampaknya tak usah terlalu khawatir. Pasalnya mereka sudah siap dengan regenerasi mereka berikutnya. Nama Camavinga dan Tchouameni sudah ada dalam daftar antrian duo lini tengah masa depan mereka. Meskipun mereka belum terbukti seperti Pogba dan Kante, paling tidak Prancis di masa depan tak perlu terlalu khawatir stok lini tengahnya akan habis.
Sumber Referensi : sport360, mirror, thisfootballtimes, sports