“Socceroos”, begitu tim nasional Australia menjuluki dirinya. Sebuah julukan yang dianggap lucu, kurang kreatif, dan jadi bahan lelucon, khususnya bagi mereka yang benci kata “soccer”.
Socceroos tak punya arti, sebab julukan tersebut merupakan akronim dari dua kata, yakni “Soccer” dan “Kangaroo”. Menggabungkan nama olahraga dengan Kanguru sebagai simbol Australia, memang sudah menjadi budaya di sana.
Tak hanya julukannya saja yang ditertawakan. Kualitas sepak bola Australia juga diremehkan. A-League sudah tak seglamor dulu. Berdasarkan AFC Club Competitions Ranking 2022, A-League hanya menempati urutan ke-24, sedikit lebih unggul dari Liga 1.
Australia juga belum mampu melahirkan lagi deretan pemain hebat yang mampu menandingi kebintangan Tim Cahill, Mark Viduka, Mark Schwarzer, ataupun Harry Kewell yang disebut-sebut sebagai generasi emas “The Socceroos”.
JOB. DONE. 🔥🇦🇺
Through to the Round of 16 with our highest points tally in #FIFAWorldCup history! 🙌#GiveIt100 #Socceroos pic.twitter.com/4eNyShahez
— Socceroos (@Socceroos) November 30, 2022
Diremehkan, Australia Lolos ke Babak 16 Besar Piala Dunia 2022
Begitu pula pandangan orang-orang ketika Australia datang ke Piala Dunia Qatar 2022. Socceroos susah payah menang dari Uni Emirat Arab dan dianggap beruntung bisa menang adu penalti atas Peru untuk meraih tiket ke Piala Dunia 2022 via jalur playoff.
Lalu, ketika undian babak grup keluar, Australia hanya dianggap sebagai pelengkap Grup D, menemani juara bertahan Prancis, Denmark, dan Tunisia. Opta, analis sepak bola nomor satu dunia juga meremehkan Australia. Dalam prediksi mereka, Socceroos paling-paling hanya finish di peringkat ketiga sebagai pencapaian terbaik mereka di Piala Dunia 2022.
21% – Stats Perform’s World Cup Prediction AI model gave the @Socceroos a 21% chance of progressing to the Round of 16 at the start of #FIFAWorldCup 2022, the fifth lowest rate of any team at the tournament. Defy.#Socceroos #GiveIt100 pic.twitter.com/lgI3CIEIyI
— OptaJason (@OptaJason) December 1, 2022
Pandangan sinis yang ditujukan kepada timnas Australia bukan tanpa sebab. Ketika babak undian grup dilangsungkan pada Maret lalu, Australia hanya menempati pot 4 dan duduk di peringkat 42 dunia, terendah kelima dari 32 negara peserta.
Skuad mereka juga biasa saja, tak sementereng skuad Piala Dunia 2006 atau skuad juara Piala Asia 2015 yang masih dihuni banyak pemain terkenal. Apalagi, pelatih Socceroos, Graham Arnold mengabaikan beberapa nama populer, seperti Mitchel Langerak, Tom Rogic, Adam Taggart, dan Trent Sainsbury yang notabene merupakan menantunya sendiri.
Selain itu, orang-orang Asia juga tak terlalu memandang Australia, yang merupakan imigran dari Oceania, sebagai perwakilan AFC di Piala Dunia 2022.
Prediksi dan pandangan remeh tersebut langsung terbayar di laga pertama Grup D. Dihadapan juara bertahan Prancis, Australia takluk 4-1 meski sempat unggul terlebih dahulu lewat gol Craig Goodwin di menit ke-9.
Sebuah hasil yang berakhir dengan kritikan. Salah satu kritik paling pedas hadir dari mantan kiper AC Milan, Zeljko Kalac.
“Saya pikir mereka miskin. Kelompok pemain di bawah standar untuk tim nasional, tapi itu bukan kesalahan mereka. Mereka tidak bermain di liga tertinggi, mereka tidak bermain setiap minggu di kompetisi yang bagus untuk berada di level ini, tetapi itulah yang kami miliki saat ini,” ujar Kalac dikutip dari News.com.au.
Kritikan tersebut sepertinya jadi pelecut semangat bagi pasukan Graham Arnold. Secara mengejutkan, Australia berhasil menang tipis 1-0 dari Tunisia yang bermain ngotot sepanjang laga. Gol Mitch Duke di menit ke-23 jadi pembeda di laga tersebut.
Kemenangan sejenak itu sedikit memberi asa kepada Australia. Namun, mereka tetap tak dijagokan di laga penentuan Grup D yang mempertemukan Socceroos dengan tim favorit kuda hitam, Denmark.
Denmark yang duduk di peringkat 10 dunia jelas lebih difavoritkan ketimbang Australia yang saat ini duduk di peringkat 38 dunia. Materi pemain juga jomplang dan lebih berpihak kepada Tim Dinamit.
Namun, lagi-lagi yang terjadi adalah kejutan. Sama-sama butuh kemenangan, Australia berhasil keluar sebagai pemenang dan memulangkan semifinalis Euro 2020 itu berkat gol tunggal Mathew Leckie di menit ke-60. Sebuah kemenangan krusial yang membuat penduduk Australia berpesta di waktu subuh.
🤯🎉🦘 Believe us when we tell you this IS @FedSquare! Fans just going OFF after the @Socceroos seal an epic qualification for the #FIFAWorldCup LAST-16!!! #AUSDEN pic.twitter.com/XVjKv2SF5E
— beIN SPORTS (@beINSPORTS_AUS) November 30, 2022
Pada akhirnya, Graham Arnlod berhasil mematahkan prediksi banyak pihak dan membuat para pengkritiknya menjilat omongan mereka sendiri. Australia yang sangat tidak diunggulkan, berhasil lolos mengakhiri babak grup di posisi runner-up dan menemani Prancis ke fase gugur sebagai perwakilan Grup D.
Hasil tersebut langsung tercatat sebagai pencapain terbaik Australia di Piala Dunia. Untuk kali pertama Socceroos berhasil meraih kemenangan beruntun di Piala Dunia. Apalagi, kemenangan tersebut diraih dengan catatan cleansheet.
Ini juga kali kedua Australia mencapai babak 16 besar setelah pertama kali meraihnya di Piala Dunia 2006. Bedanya, di edisi 2022, mereka meraihnya dengan catatan yang lebih baik.
Di Piala Dunia 2006, generasi emas Australia lolos ke fase gugur setelah hanya mengumpulkan 4 poin. Sementara di Piala Dunia 2022 ini, Socceroos asuhan Graham Arnold berhasil lolos ke babak 16 besar berkat raihan 6 poin.
Lalu, apa yang jadi rahasia Socceroos mampu menembus babak 16 besar Piala Dunia 2022?
2️⃣0️⃣0️⃣6️⃣ ✅
2️⃣0️⃣2️⃣2️⃣ ✅🇦🇺 Australia are through to the #FIFAWorldCup Round of 16 for a second time 👏 #Qatar2022 pic.twitter.com/A7U3g6PwUb
— #AsianCup2023 (@afcasiancup) November 30, 2022
Graham Arnold dan “New Golden Generation” Australia
Banyak pihak yang bilang kalau jadwal pertandingan yang membuat Australia bertemu lebih dulu dengan Prancis jadi kuncinya. Namun, argumen ini sungguh tak berdasar dan tak punya dalih yang kuat.
Justru, yang jadi kunci dari rahasia sukses Australia di Piala Dunia Qatar adalah gaya bermain mereka yang efektif. Dari 3 pertandingan, Australia hanya mencetak 3 gol alias selalu mencetak 1 gol di tiap pertandingan babak grup.
Sekilas, catatan tersebut terlihat biasa saja. Namun, dari kacamata statistik, capaian tersebut tercipta lewat situasi yang serba minim. Sepanjang babak grup, Australia rata-rata hanya mencatat penguasaan bola sebesar 36,9%. Angka harapan gol (xG) mereka hanya sebesar 1,7 dari 2,3 shots on target per pertandingan.
3 – The @Socceroos have scored a goal in all three of their group stage games at a men’s #FIFAWorldCup for the first time, qualifying for the Round of 16 for just the second time ever and the first since 2006. Believe. pic.twitter.com/rr0vhnYeXM
— OptaJason (@OptaJason) November 30, 2022
Artinya, Australia bermain sangat efektif. Socceroos bermain reaktif dengan lebih banyak menunggu lawannya. Sebuah gaya main yang tidak enak ditonton dan membuat Graham Arnold mendapat kritikan. Namun, lewat taktik tidak populer itulah, Graham Arnold berhasil mengantar Australia mencapai hasil terbaik mereka di Piala Dunia.
Pencapaian tersebut juga membuat nama Graham Arnold melambung. Sebelumnya, mantan striker timnas Australia era 90an itu kerap mendapat kritik. Bahkan para pendukung Socceroos juga menginginkan Arnold dipecat di awal tahun 2022 pasca kegagalan Australia lolos otomatis dari babak kualifikasi Piala Dunia.
Namun, kini yang terjadi justru sebaliknya. Graham Arnold dipuji habis. Terlepas dari pemilihan skuad dan taktiknya, pria 59 tahun yang kerap disapa Arnie itu patut dipuji atas kerja kerasnya membalikkan semua prediksi.
Setelah menang atas Denmark dan memastikan satu tempat di babak 16 besar Piala Dunia 2022, Graham Arnold mengaku bangga dengan perjuangan anak asuhnya. Arnold bahkan berani menyebut kalau skuadnya sekarang pantas disebut sebagai “New Golden Generation”.
“Saya sangat bangga kami bisa membuat orang tersenyum. Mungkin kita harus berbicara tentang generasi emas baru sekarang, setelah generasi emas 2006 yang mendapat empat poin, kami mendapat enam,” kata Graham Arnold dikutip dari Bein.
Sebutan tersebut mungkin terdengar berlebihan. Sebab, skuad generasi emas baru yang disusun Graham Arnold tak bisa dibandingkan dengan skuad generasi emas Australia di Piala Dunia 2006 yang mayoritasnya berasal dari klub Eropa, khususnya Premier League.
Skuad Australia di Piala Dunia 2022 ini mayoritas diisi oleh pemain dari A-League dan Liga Skotlandia yang jelas kalah level. Beberapa di antara mereka bahkan ada yang berasal dari tim kelas 2.
Seperti Mitch Duke yang berasal dari Fagiano Okayama, tim J2 Jepang. Atau Bailey Wright, Riley McGree, dan Harry Souttar yang membela tim-tim dari Divisi Champhionship Liga Inggris.
Pemain senior seperti Jackson Irvine juga hanya membela klub Bundesliga 2, St. Pauli. Sementara Matthew Leckie sudah pulang kampung ke Australia setelah sedekade merantau di Liga Jerman. Hanya Aaron Moy dan Matthew Ryan yang masih membela 2 klub yang berlaga di Liga Champions Eropa.
Namun, dengan skuad yang apa adanya itu, Arnold berhasil melampaui pencapaian generasi emas Australia dan keluar sebagai pelatih Australia pertama yang mengantar Socceroos lolos dari babak grup Piala Dunia 2022.
Aussie DNA on full display 🇦🇺🧬
Thank you boss! 💚💛#Socceroos #GiveIt100 #FIFAWorldCup pic.twitter.com/AuT16FHAiY
— Socceroos (@Socceroos) December 1, 2022
Kini, peluang untuk melangkah lebih jauh di Piala Dunia 2022 sangat terbuka bagi Australia. Sayangnya, lolos ke babak 16 besar sebagai runner-up Grup D bakal mempertemukan mereka dengan favorit juara, Argentina.
Secara head-to-head, Australia inferior dengan catatan 2 kali kalah dan 3 kali imbang di 5 pertemuan dengan Argentina. Opta memprediksi kalau peluang Australia bisa memenangi partai 16 besar hanyalah sebesar 6% saja.
Sadar akan hal itu, Graham Arnold tak mau terlena dengan perayaan dan langsung fokus menatap laga berikutnya. Tidur, tidak ada sosial media. Begitulah yang ia ucapkan kepada anak asuhnya.
Mari kita buktikan saja, apakah Australia akan kembali mematahkan prediksi. Namun, apapun yang terjadi, langkah “New Golden Generation” Australia di Piala Dunia 2022 ini sudah berhasil membuat banyak pecinta sepak bola terkejut.
***
Referensi: News.com.au, Opta, The Analyst, Bein, Fox Sport, FIFA.