Sebentar lagi wakil Inggris dan Belanda bertemu di Liga Champions musim ini. Dua klub itu adalah Arsenal dan PSV Eindhoven. Tentu saja Mikel Arteta yang awalnya diragukan di Arsenal karena The Gunners gagal melaju ke Liga Champions pada musim 2021/22, kini Arteta seakan tidak mau sekadar lolos saja.
Lebih dari itu, Mikel Arteta punya kesempatan untuk memutus rekor gugur di fase knockout yang lekat sekali dengan Arsenal. Melawan PSV, tim yang selalu mengaku calon juara Liga Inggris itu memang diunggulkan. Tapi apakah mungkin dengan kondisi lini depan yang tumpul Arsenal mampu memetik kemenangan?
Daftar Isi
Pertemuan Pertama
Kita flashback 23 tahun lalu di mana Arsenal masih diperkuat legendanya, Thierry Henry. Kala itu Arsenal melaju ke Liga Champions di musim 2002/03. Arsenal harus berhadapan dengan PSV kali pertama di fase grup.
Di pertandingan kedua fase Grup A itu, Arsenal menang telak atas PSV Eindhoven 4-0. Gilberto Silva sudah merobek gawang PSV bahkan ketika laga baru berjalan semenit. Lalu disusul Ljungberg di menit ke-66. Masih belum puas, Thierry Henry mencetak brace.
PSV meski bermain di kandangnya sendiri, dibuat tak berdaya oleh sang tamu. Kala itu di bawah asuhan Arsene Wenger, Arsenal jadi tim yang sangar. Menang telak atas wakil Belanda itu bahkan dicatat dalam sejarah sebagai kemenangan terbesar Arsenal di Liga Champions.
Head to Head Arsenal vs PSV
Seiring berjalannya waktu hingga sekarang, pertemuan Arsenal dan PSV sudah terjadi 8 kali di Liga Champions. Meriam London memenangkan pertandingan sebanyak 3 kali. Klub yang sekarang dilatih Mikel Arteta itu hanya imbang sebanyak 4 kali dan kalah sekali dari Boeren.
Tapi bukan berarti PSV tak sanggup mengalahkan Arsenal. Dua musim lalu, ketika kedua tim bertemu di Liga Eropa, di mana saat itu PSV ditukangi Ruud van Nistelrooy, mereka mengalahkan Arsenal-nya Arteta. Bahkan skornya cukup meyakinkan.
Arsenal Punya Kans Lebih Besar
Meski demikian, harus diakui, Arsenal memang sejauh ini masih terlalu kuat bagi tim-tim Belanda. The Gunners pernah bertemu FC Twente, AZ Alkmaar, dan PSV. Namun, di antara tim-tim tadi, tak ada satu pun yang unggul dari Arsenal. Satu-satunya tim Belanda selalu membuat Arsenal kesulitan adalah Ajax Amsterdam.
Tim yang menelurkan Patrick Kluivert itu dua kali mengalahkan The Gunners. Sedangkan Arsenal baru sekali menaklukkan De Godenzonen. Lebih banyak dari enam pertemuan keduanya berakhir seri.
PSV Bisa jadi Ganjalan bagi Arsenal
Tentu saja Arsenal masih terlalu kuat buat PSV. Namun, PSV juga pernah memetik kemenangan saat melawan Arsenal. Saat itu PSV yang dilatih Ronald Koeman berhasil menumbangkan Arsenal di Liga Champions di musim 2006/07.
PSV menang atas Arsenal 1-0 di leg pertama babak 16 besar. Sementara ketika bertandang ke Emirates Stadium, PSV menahan imbang sang tuan rumah dengan skor 1-1. Dari hasil ini, PSV lolos ke 8 besar liga Champions. Arsenal harus gugur di babak 16 besar Liga Champions.
Tak cuma itu saja PSV menyulitkan langkah Arsenal. Anak asuh Peter Bosz itu juga pernah menahan imbang Arsenal di penyisihan grup Liga Champions musim 2023/24. Dari sini, PSV berpotensi jadi ganjalan bagi klub asal London itu. Terlebih PSV di bawah asuhan Peter Bosz itu sedang dalam performa yang cukup bagus terutama di Liga Champions.
Sebelum menekuk perlawanan Juventus di babak play-off, PSV juga sudah menghajar Liverpool. Raksasa Liga Primer Inggris itu dikalahkan oleh PSV dengan skor 3-2 di Philips Stadion. Sebuah catatan yang cukup bagus bagi PSV, meski Liverpool kala itu tak tampil dengan pemain utamanya.
Arsenal yang Tak Baik-baik Saja di Lini Depan
Belum lagi, Arsenal mengalami tantangan yang hebat untuk bisa menang dari PSV. Sebab beberapa dari pemain Arsenal sedang cedera. Arsenal terancam tak bisa memainkan striker gacor mereka. Gabriel Jesus, Bukayo Saka, Gabriel Martinelli dan Kai Havertz sedang mengalami cedera.
Pelatih asal Spanyol itu sedang dipusingkan sektor depan yang tumbang secara beruntun. Pertama dimulai dari Bukayo Saka dulu yang cedera otot paha belakang pada 22 Desember 2024.
Pemain sayap kanan andalan Mikel Arteta itu harus menepi setelah Arsenal menang dari Crystal Palace. Kemungkinan hingga awal bulan April nanti, Saka baru bisa main.
Lalu giliran penyerang tengah mengalami cedera. Gabriel Jesus mengalami robek ligamen krusiatum. Ia harus menepi hingga musim panas nanti. Begitu juga Kai Havertz, yang harus menjalani perawatan karena cedera otot paha belakang.
Lebih buruknya lagi, lini belakang Arsenal juga ikut-ikutan tumbang. Bek tengah Takehiro Tomiyasu harus menjalani perawatan intensif selama enam bulan lebih. Pemain asal Jepang itu mengalami cedera otot paha belakang.
Lini Depan yang Tumpul
Sejumlah pemain yang harus menepi di pertandingan penting, sangat berpengaruh bagi Arsenal. Mikel Arteta sudah pasti akan memakai pemain pelapis untuk sektor depan. Kemungkinan besar Kai Havertz absen saat melawan PSV Eindhoven. Kai Havertz diperkirakan baru pulih di akhir musim nanti.
Jelas ini akan mempengaruhi ketajaman di sektor depan The Gunners. Hal itu sudah terlihat saat laga lanjutan Premier League. Arteta justru memasang Mikel Merino sebagai striker. Padahal Mikel Merino ini, menurut Transfermarkt, terbiasa berposisi sebagai gelandang tengah.
Lalu di sayap kanan dan kiri, Arteta memasang Nwaneri dan Trossard. Dari sini hasilnya bisa ditebak, Arsenal takluk dari West Ham di Emirates Stadium. Merino CS tak mampu menyamakan kedudukan hingga laga berakhir.
PSV dalam Kondisi Lebih Baik
Berbeda dengan Arsenal yang sedang morat-marit skuadnya, PSV justru sebaliknya. Bek kanan, Sergino Dest PSV Eindhoven diprediksi sembuh pada 1 Maret 2025. Kembalinya Dest ke skuad, jadi kabar gembira bagi fans Boeren.
Mantan pemain Barcelona itu memiliki peran yang sangat penting di lini pertahanan PSV. Dest berperan penting dalam membantu klub memenangkan gelar liga Belanda pada musim 2023/24. Bila Dest benar-benar bisa ikut main nanti, Arsenal bakal makin sulit menembus pertahanan PSV.
Namun PSV juga mengalami hal yang sama seperti Arsenal. PSV akan kehilangan penyerang tengahnya, Ricardo Pepi. Pemain berusia 22 tahun itu mengalami cedera lutut setelah mencetak kemenangan melawan Liverpool.
Melansir dari Footbom, pelatih PSV Eindhoven, Peter Bosz telah mengkonfirmasi bahwa Pepi akan absen dalam jangka waktu yang lama. Bahkan diprediksi, Pepi bakalan absen hingga musim 2024/25 berakhir. Sebab waktu pemulihan membutuhkan waktu satu hingga tiga bulan.
Masih ada satu lagi punggawa PSV yang mungkin bakalan absen. Pemain itu berposisi gelandang serang, Malik Tillman. Ia cedera di pertengahan Januari dan belum dipastikan sampai kapan pulih. Melihat kondisi PSV, jelas kondisinya lebih baik ketimbang Meriam London yang pemainnya sedang terkapar cedera.
Berpotensi jadi Kuda Hitam
Sulit bagi Arsenal untuk tampil maksimal dengan kekuatan apa adanya di sektor depan. Ancaman tersingkir di fase 16 besar tinggi. Mengingat pemain PSV saat ini dalam kondisi yang cukup baik meski ada juga yang absen. Bukan tak mungkin PSV bisa mengalahkan tim asuhan Mikel Arteta.
Nasib Arsenal bisa saja seperti Juventus di babak play off. Wakil Italia itu harus angkat koper lebih dini setelah kalah dari tim asuhan Peter Bosz 3-1 di leg kedua. PSV menang agregat 4-3 dari Juventus. PSV Eindhoven pun berhak melaju ke babak 16 besar bertemu Arsenal.
Taktik Pelatih PSV Eindhoven
Kemenangan PSV tak lepas dari keberhasilan Peter Bosz meracik taktik dan gaya bermain. Pelatih kelahiran Apeldoorn, Belanda itu menggunakan strategi menyerang dengan formasi 4-3-3. Meski dalam beberapa kesempatan menggunakan 4-4-2 dan 4-3-2-1.
Mantan manajer Olympique Lyon itu punya kelebihan dalam hal umpan silang. Hal ini bisa jadi ancaman bagi lini belakang Arsenal. Meski Malik Tillman dan Ricardo Pepi absen karena cedera, tapi masih ada Luuk de Jong. Pemain ini cukup subur dalam mencetak gol.
Selain itu kelebihan Bosz memang terletak pada gaya bermain menekan. Pelatih PSV itu memang terinspirasi oleh Johan Cruyff. Namun yang membedakan dirinya dengan Cruyff di sisi pengembangannya.
Karena termasuk murid Cruyff, tentu PSV bermain dengan penguasaan bola tinggi. Umumnya taktik ini rawan serangan balik. Nah, inilah yang mungkin saja bisa dieksploitasi oleh Mikel Arteta yang cepat dalam beradaptasi.
Kelebihan Taktik Arsenal
Dari segi taktik, rupanya PSV Eindhoven dan Arsenal punya kesamaan. Arsenal di bawah kepelatihan Mikel Arteta juga suka dengan gaya menyerang. Tak heran bila Arsenal lebih sering menggunakan 4-3-3 daripada formasi lain.
Namun meski terpesona dengan gaya menyerang, Arteta cukup pintar dalam beradaptasi. Sistem pertahanan yang dibangun Arteta cukup efektif. Berkat lini pertahanan yang solid, Arsenal hanya mengalami 1 kekalahan saja di Liga Champions. Kekalahan itu ketika melawat ke markas Inter Milan.
Namun yang menarik, satu-satunya gol yang tercipta berasal dari kotak penalti yang dieksekusi Hakan Çalhanoğlu. Boleh dibilang pemain bertahan Arsenal tak mudah untuk ditembus. Buktinya saat melawan Inter Milan, tak ada gol lagi yang tercipta hingga peluit akhir babak kedua dibunyikan.
Sementara dalam hal menyerang, Arsenal juga punya taktik tersendiri. Pemain Arsenal handal dalam mengirim umpan silang ke lini depan. Ini yang menjadi kekuatan Arsenal. Terbukti ketika melawan PSG, gol yang tercipta bermula dari umpan silang. Lalu Kai Havertz yang berlari dari luar kotak penalti menyundul bola itu ke gawang.
Tak cuma itu saja, Arsenal juga jago dalam memanfaatkan bola mati. Gol kedua Arsenal ke gawang PSG tercipta bermula dari sepakan bola mati. Bola yang datang dari luar kotak penalti itu lalu diarahkan Bukayo Saka ke mulut gawang. Jadilah Mikel Arteta mempecundangi seniornya Luis Enrique dengan skor 2-0.
Tapi meski punya taktik brilian, sektor depan Arsenal sedang tumpul. Bisakah Arsenal memenangkan laga melawan PSV di tengah dengan striker pelapis kedua?
UEFA, Football London, IDN Times, Beesoccer, Transfermarket, Justarsenal.