Pada Desember tahun lalu, pelatih interim Lyon, Pierre Sage dengan bijaksana berkata, “Saya tidak berpikir bahwa sudah tidak ada lagi harapan.” Kala itu, pernyataan Pierre Sage tersebut terdengar naif. Sebab, ia mengatakannya setelah Lyon kalah telak 3-0 dari Marseille dan tengah tenggelam di dasar klasemen dengan hanya mampu meraih 7 poin dalam 14 pertandingan.
Akan tetapi, siapapun yang dulu meremehkan pernyataan tersebut, kini agaknya berutang permintaan maaf. Pasalnya, 3 bulan setelahnya, Lyon terbukti mampu beranjak dari dasar klasemen Ligue 1 dan kini tengah melaju dengan form yang cukup impresif. Dan, aktor utama di balik kabar baik ini adalah Pierre Sage.
Berkat Pierre Sage, Lyon Lolos dari Jerat Degradasi
Seperti yang kita tahu, Lyon tengah mengalami turbulensi hebat sejak awal musim ini. Mantan 7 kali juara beruntun Ligue 1 Prancis tersebut menjalani start terburuk mereka dalam sejarah.
Di empat pertandingan pertamanya, Lyon hanya sanggup mengumpulkan 1 poin. Sebuah hasil yang tak hanya mengantar Lyon duduk di dasar klasemen, tetapi juga membuat Laurent Blanc dipecat dari kursi pelatih.
Fabio Grosso kemudian ditunjuk sebagai penggantinya. Niatnya sampai akhir musim, tetapi setelah hanya mampu membawa Lyon meraih 5 poin dalam 7 pertandingan, Grosso yang nyaris buat gara-gara lemparan batu suporter Marseille itu akhirnya juga bernasib sama seperi Laurent Blanc.
Setelah dua pemecatan tersebut, Lyon kemudian menunjuk direktur akademi, Pierre Sage sebagai pelatih interim pada 30 November 2023. Dengan ancaman degradasi yang makin nyata dan masalah keuangan yang belum tuntas, Sage hanya diberi tugas hingga Lyon menemukan pelatih permanen yang tepat.
Sebuah pilihan yang masuk akal sekaligus sebuah perjudian besar. Sage memang cukup berhasil ketika bekerja di level bawah dan melatih pemain muda. Namun, ia sama sekali tidak berpengalaman melatih skuad senior seperti Lyon, apalagi dengan ancaman degradasi di belakangnya.
Oleh karena itu, saat penunjukannya pada akhir November tahun lalu, publik sepak bola Prancis tak hanya dibuat asing dengan namanya, tetapi juga meragukan kualitasnya. Maklum saja, karier Pierre Sage tak secermerlang Laurent Blanc ataupun Fabio Grosso.
Siapa Pierre Sage?
Pria kelahiran 5 Mei 1979 tersebut menghabiskan seluruh karier sepak bolanya sebagai pemain di level amatir. Ia bahkan hanya membela satu klub, yakni CS Belley dari usia 6 hingga 24 tahun. Uniknya, Pierre Sage sudah mulai belajar melatih di klub tersebut sejak berusia 15 tahun.
Setelah pensiun sebagai pemain di usia 24 tahun, Pierre Sage mulai melanglang buana ke beberapa klub di level bawah Liga Prancis untuk mengisi berbagai jenis pekerjaan. Ia pernah menjadi pemandu bakat, direktur teknis, manajer tim, hingga merasakan melatih sebuah tim divisi 4 Liga Prancis. Selain itu, Pierre Sage juga diketahui memiliki perusahaan manajemen olahraga bernama AltisGroup.
Karier melatihnya baru berubah ketika ia bergabung ke Lyon-La Duchère sebagai asisten manajer Karim Mokeddem di musim 2018/2019. Dari situlah Lyon merekrut Pierre Sage untuk menjadi pelatih tim usia muda dari musim 2019 hingga 2021.
Setelah itu, Sage bergabung dengan klub divisi 2 Red Star FC sebagai asisten pelatih Habib Beye dari Januari 2022 hingga Juni 2023 sebelum akhirnya direkrut kembali oleh Lyon untuk menjadi direktur akademi.
Artinya, menjadi manajer utama Lyon merupakan pengalaman pertama Pierre Sage melatih sebuah klub profesional di kasta teratas. Maka, wajar bila banyak pihak, termasuk fans Les Gones, meragukan kapabilitasnya dan tak banyak berharap kepadanya.
Kronologi Bangkitnya Lyon
Kekhawatiran banyak pihak tersebut terbukti setelah di dua pertandingan pertamanya, Pierre Sage gagal memberi Lyon poin usai dua kali secara beruntun dikandaskan oleh RC Lens dan Marseille. Saat itu, harapan Lyon untuk bertahan hidup di kasta teratas Liga Prancis amat kecil.
Hingga pekan ke-14, Les Gones masih terpendam di dasar klasemen dengan raihan 7 poin. Mengutip dari Get Football News France, dalam sejarah Ligue 1, tidak ada satu pun tim yang memiliki total poin serendah itu atau kurang yang berhasil terhindar dari degradasi.
Akan tetapi, perlahan tapi pasti, pelatih berusia 44 tahun itu mampu membalikkan prediksi. Di 3 pertandingan berikutnya, Pierre Sage berhasil membawa Lyon meraih 3 kemenangan beruntun atas Toulouse, Monaco, dan Nantes. Sebuah rentetan kemenangan yang sukses mengangkat posisi Lyon keluar dari zona degradasi.
Tiga hasil positif yang sukses mengubah nasib Lyon tersebut adalah buah dari keberhasilan Pierre Sage membangun atmosfer yang positif di ruang ganti Lyon yang sebelumnya diliputi kegelapan dan pesimisme. Pendekatan yang humanis memang menjadi keunggulannya. Pengalamannya melatih klub level bawah hingga melahap berbagai jenis pekerjaan di sebuah klub sepak bola menjadikan pelatih yang dijuluki “The Wise Stone” ini matang sebagai seorang yang peka.
Seperti kata Alexandre Lacazette berikut ini, “Dia membawa angin segar bagi kami. Secara taktis, dia adalah seseorang yang memikirkan banyak hal. Dia tidak memberi kami banyak informasi, tetapi itu cukup untuk memainkan pertandingan yang bagus.”
Atas keberhasilannya tersebut, Lyon kemudian memutuskan untuk mempernanekan status Pierre Sage menjadi manajer tetap hingga akhir musim. Setelah diresmikan menjadi manajer permanen, ia memperkuat staffnya dengan merekrut Jamal Alioui dan Damien Della Santa sebagai asisten manager.
Sage juga mengambil peran krusial dalam perekrutan pemain di bursa tranfer Januari 2024. Transfer pemain jadi faktor lain di balik keberhasilan Lyon bangkit dari dasar klasemen.
Seperti yang kita tahu, sejak Juni 2023, aktvitas keuangan Lyon sangat dibatasi dan diawasi oleh badan keuangan sepak bola Prancis (DNCG). Hasilnya, Lyon bisa menjual mahal bintangnya, tapi tak mampu membeli pemain anyar yang sebanding. Hukuman tersebut akhirnya dicabut jelang bursa transfer Januari 2024 setelah sang pemilik anyar, John Textor berhasil melunasi utang Lyon sebesar €385 juta.
Sementara itu, Lyon juga mendapat tambahan pendapatan sebesar €40 juta dari investasi CVC Capital Partner ke anak perusahaan komersial Ligue de Football Professional. Dengan tambahan suntikan dana segar, Lyon pun dapat kembali berbelanja pemain anyar di bursa transfer Januari 2024 dengan nyaman. Dan, mayoritas pemain yang datang adalah permintaan Pierre Sage.
Tak tanggung-tanggung, Les Gones langsung mengeluarkan biaya hingga lebih dari €56 juta untuk mendatang 7 pemain anyar. Mereka adalah Nemanja Matic, Lucas Perri, Adryelson, Said Benrahma, Orel Mangala, Gift Orban, dan Malick Fofana.
Tambahan amunisi anyar inilah yang membuat skuad Lyon bertambah kuat. Semenjak kehadiran mereka, formasi 4-3-3 yang diterapkan Pierre Sage jadi makin tajam dan hasilnya nampak sangat positif di atas lapangan.
Mengutip dari transfermarkt, Pierre Sage tercatat sudah melatih Lyon dalam 17 pertandingan. Hasilnya, ia sudah berhasil mempersembahkan 12 kemenangan dan 5 kali kekalahan.
Tak hanya rekor kemenangan yang meningkat, level permainan Lyon juga meningkat usai ditangani Pierre Sage. Sejak ditangani Pierre Sage, Alexandre Lacazette dan kolega sudah menghasilkan 25 gol dan kebobolan 19 gol. Sebelumnya, bersama Laurent Blanc dan Fabio Grosso, Lyon cuma sanggup menghasilkan 1 kemenangan dan 7 kekalahan, serta menghasilkan 10 gol dan kebobolan 21 gol hanya dalam 13 pertandingan.
Kini, berkat jerih payah Pierre Sage, Les Gones tak hanya berhasil keluar dari jeratan degradasi. Di pekan ke-25 Ligue 1 musim ini, Lyon dapat duduk manis di peringkat 10 dengan koleksi 31 poin.
Jika dilihat dari perolehan poinnya, Lyon memang belum sepenuhnya aman. Namun, dari peringkat dan form yang mereka catat sejak awal tahun 2024, peluang Lyon untuk dapat bertahan di kasta teratas Liga Prancis jauh lebih besar. Apalagi, kini mereka juga punya peluang trofi setelah berhasil memastikan satu tempat di babak semifinal Coupe de France.
Referensi: Transfermarkt, AP News, OL, Ligue 1, GFNF.