Piala Dunia 2018 Paling Keras! Momen Para Raksasa Berguguran

spot_img

Piala Dunia memang turnamen yang penuh kejutan. Banyak cerita dan momen menarik yang teringat sepanjang masa terjadi di turnamen empat tahunan ini. Ini menandakan begitu gila dan kompetitifnya kompetisi Piala Dunia ini. Di Piala Dunia 2022 ini saja sudah terjadi banyak cerita dan kejutan, bahkan hanya di fase grup.

Contohnya, Arab Saudi yang bukan merupakan negara unggulan mampu mengalahkan Argentina. Padahal Argentina adalah tim favorit dan bisa dibilang raksasa di piala dunia. Selain itu juga ada Jepang yang mampu menyayat Jerman di pertandingan pertama mereka.

Kalau kita ingat, tidak hanya di Piala Dunia 2022 ini saja yang punya kejutan. Kita tentu masih ingat di Piala Dunia 2018, raksasa-raksasa Piala Dunia pulang lebih awal. Ya, Jerman, Argentina, Portugal, Spanyol, bahkan Brasil tidak ada yang mampu sampai ke babak semifinal.

Jerman

Namun tetap saja, di antara para raksasa di Piala Dunia 2018 yang paling ngenes adalah Jerman. Sebab mereka bahkan tidak bisa lolos fase grup yang berisikan negara-negara penggembira. Ya, Jerman berada di Grup F, bareng dengan Meksiko, Swedia, dan Korea Selatan. Jerman tentu jadi negara yang paling diunggulkan di grup tersebut. Apalagi mereka adalah juara bertahan Piala Dunia 2014.

Tidak hanya sampai disitu. Jerman adalah tim yang sangar di babak kualifikasi zona UEFA. Bayangkan saja, mereka mampu menang 10 kali dalam 10 pertandingan kualifikasi. Itu jadi yang kedua kalinya dalam sejarah, setelah Spanyol melakukannya di tahun 2010.

Jerman malah terpontang panting di babak putaran final. Pertandingan pembuka grup mereka adalah melawan Meksiko. Die Mannschaft harus kalah dengan skor 1-0 lewat gol dari Lozano. Lalu di pertandingan selanjutnya performa Jerman masih saja mengkhawatirkan. Mereka mampu ditahan imbang 1 sama sampai 90 menit pertandingan. Kalau saja bukan karena tendangan bebas Kroos di injury time, entah bagaimana nasib mereka nantinya.

Di pertandingan terakhir fase grup, Jerman bertemu dengan Korea Selatan. Kemenangan sebelumnya melawan Swedia tidak membuat pasukan Joachim Low aman. Mereka membutuhkan kemenangan dengan dua gol atau lebih untuk bisa melangkah ke babak selanjutnya. Tapi siapa sangka, Son Heung-min CS mampu menaklukan raksasa Eropa itu dengan skor 2-0. Sekaligus membuat mengirimnya pulang bersama mereka.

Argentina

Nasib yang tidak jauh berbeda juga dialami oleh Argentina, yang merupakan finalis Piala Dunia 2014. Argentina mengalami masa yang sulit sebelum Piala Dunia 2018 ini. Selain kalah di final Piala Dunia sebelumnya, mereka juga kalah di dua final Copa America. Parahnya dua kekalahan Copa America itu dialami dari lawan yang sama dan cara yang sama. Yaitu Chile lewat babak adu penalti.

Tapi mereka datang ke Rusia penuh dengan keyakinan. Albiceleste kembali diperkuat Lionel Messi yang sempat memutuskan untuk pensiun. Ya, karena kecewa gagal di tiga final berturut-turut bersama Argentina, Messi pernah memutuskan pensiun dari timnas di tahun 2016. Tapi karena dukungan dari fans dan Argentina yang tampil tidak meyakinkan di babak kualifikasi Piala Dunia 2018, Messi memutuskan untuk comeback.

Sayangnya, tidak ada glorifikasi dalam cerita comeback Messi bersama Argentina di Piala Dunia 2018. Pada pertandingan pertama, Argentina kesusahan mengalahkan Islandia. Padahal itu adalah laga pertama Islandia dalam sejarah Piala Dunia mereka. Negara nordik itu mampu menahan imbang Messi CS dengan skor 1 sama, yang mereka rayakan bagaikan kemenangan besar.

Di pertandingan selanjutnya sihir Messi masih belum terlihat. Argentina malah jadi bulan bulanan Kroasia dengan tiga gol tanpa balas. Messi baru bisa mencetak gol di pertandingan melawan Nigeria. Namun kalau bukan karena gol telat Marcos Rojo, Argentina sudah dipastikan angkat koper.

Lolos sebagai runner up grup membuat mereka harus menghadapi Prancis di 16 besar. Argentina akhirnya tak berdaya menahan gempuran Prancis seraya kalah dengan skor 4-3. Argentina pun tereliminasi dengan hanya pernah sekali menang di Piala Dunia 2018.

Portugal

Negara asal rival Messi itu juga bernasib serupa. Tapi berbeda dengan Argentina, Portugal datang ke Rusia dengan penuh keyakinan. Ronaldo CS datang ke Piala Dunia 2018 berstatus juara Euro 2016. Dan Ronaldo juga sedang berada di performa puncaknya. Dilihat dari catatan di atas kertas, Portugal harusnya bisa menjadi tim favorit juara.

Di pertandingan pertama, Ronaldo langsung menggila. Ia menunjukan permainan yang tak terlupakan. Ronaldo mencetak hattrick ke gawang David de Gea, sekaligus gol tendangan bebas yang ikonik itu. Dengan gol itu, ia menghindarkan timnya dari kekalahan di pertandingan pembukanya.

Di pertandingan selanjutnya, secara mengejutkan Portugal kesusahan untuk menembus pertahanan Maroko. Untungnya Os Navegadores sudah mencetak gol terlebih dahulu di menit ke-4 lewat gol dari Ronaldo. Tapi itu jadi gol satu satunya di pertandingan tersebut.

Ronaldo dan kolega masih sangat beruntung bisa melaju ke babak 16 besar meski bermain imbang melawan Iran. Portugal finis di peringkat kedua di bawah Spanyol, dan harus menghadapi Uruguay di fase gugur. Di babak inilah perjalanan Portugal terhenti. Dua gol dari Edinson Cavani cukup untuk menghempaskan asa Ronaldo di Piala Dunia 2018.

Spanyol

Nasib Portugal itu tidak jauh berbeda dengan rival mereka di babak penyisihan grup, Spanyol. Di masa itu, Spanyol masih berada di bawah bayang-bayang kesuksesan mereka sendiri pada Piala dunia 2010. Selain itu Spanyol juga punya masalah yang mungkin paling runyam di antara tim lainnya.

Bagaimana tidak? hanya dua hari sebelum pertandingan pertama Piala Dunia dimulai, mereka memecat Lopetegui sebagai pelatih tim matador. Itu mungkin jadi salah satu hal paling gila yang pernah dilakukan sebuah tim di Piala Dunia.

Berkat selisih gol, Spanyol masih bisa lolos dengan menjadi juara grup. Meskipun perjalanan mereka di babak penyisihan grup tidak membanggakan. Imbang melawan Portugal dan Maroko. Lalu hanya menang di satu pertandingan, melawan Iran.

tapi yang lebih terasa adalah ketidakstabilan yang tercipta setelah pemecatan Lopetegui. Fernando Heirero yang menjadi pelatih pengganti jelas tidak menginginkan beban ini dilimpahkan kepadanya secara tiba-tiba. La Furia Roja akhirnya kalah ketika melawan tuan rumah, Rusia di babak 16 besar lewat babak adu penalti.

Brasil

Berbeda dengan Brasil, nasib mereka jadi yang paling mending dari negara-negara sebelumnya. Tapi, Brasil punya aib yang paling memalukan ketika datang ke Piala Dunia 2018. Di tahun 2014 sebagai negara tuan rumah Piala Dunia, mereka dibantai habis-habisan oleh Jerman dengan skor 7-1. Itu mungkin jadi pertandingan paling memalukan mereka di Piala Dunia.

Karena itu Selecao punya misi untuk memperbaiki reputasi mereka di Piala Dunia 2018. Mereka bahkan punya pelatih baru, yaitu Tite yang menjabat sejak 2016. Di tangan Tite ini, Brasil bisa diharapkan kembali ke Jogo Bonito mereka dan lebih bermain menyerang.

Di fase grup, Neymar CS tampil meyakinkan. Mereka tidak terkalahkan di fase grup. Imbang melawan Swiss di laga pembuka, lalu mengalahkan Kosta Rika dan Serbia dengan skor 2-0 membuat mereka jadi pemuncak grup. Brasil juga dengan mudah mengalahkan Meksiko dengan skor 2-0.

Tapi langkah Brasil terhenti oleh Belgia, yang diisi oleh generasi emas mereka. Selama turnamen, Belgia memang tampil sangat impresif. Mereka memuncaki grup dan berhasil menang secara dramatis lawan Jepang di babak 16 besar. Brasil kalah dari Belgia dengan skor 2-1.

 

Sumber referensi: Bundesliga, BBC, Marca

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru