Arsenal merupakan salah satu tim terbaik di ranah Inggris. Bisa dikatakan, Arsenal tim terbaik asal kota London setelah Chelsea. Hal itu merujuk kepada sejumlah prestasi yang pernah ditorehkan klub berjuluk The Gunners tersebut dalam sejarah persepakbolaan Inggris.
Trofi terakhir yang direbut oleh Arsenal adalah ajang Community Shield 2020. Ketika itu, dalam laga yang digelar pada 29 Agustus 2020, tim asuhan Mikel Arteta itu mengalahkan Liverpool dengan skor 5-4 lewat adu penalti, setelah dalam waktu normal bermain imbang 1-1. Kemenangan atas Liverpool tercipta di stadion Wembley, stadion terbesar di kota London dan tentunya termegah di negeri ratu Elizabeth.
Bicara tentang stadion Wembley, stadion berkapasitas 90 ribu penonton itu punya sejarah tersendiri bagi Arsenal. Boleh percaya boleh tidak, Stadion Wembley seakan berpihak pada Arsenal tiap kali bertanding di stadion nasional Inggris tersebut.
Saat bermain di Wembley, Arsenal memang lebih sering memenangkan pertandingan. Tercatat, dari 58 kali tampil, The Gunners menang (30) kali dan alami kekalahan (20). Arsenal juga meraih cukup banyak trofi di stadion ini. Termasuk trofi Piala FA musim 2019/20.
Karenanya, sempat muncul ungkapan “Jangan biarkan Arsenal ke Wembley”
Namun, meski cukup sering membuat Arsenal menang, stadion Wembley nyatanya juga pernah memberikan kenangan pahit untuk Arsenal.
Seperti yang terjadi pada 24 juli 1998, the gunners mendapat izin pemakaian Stadion Wembley dari FA untuk bertanding di Liga Champions. Kubu tim yang dilatih oleh Arsene Wenger itu ingin mereka bisa bertanding dengan jumlah penonton lebih banyak. Pasalnya, stadion utama mereka saat itu, yakni Highbury berkapasitas lebih kecil dari Wembley.
Dengan kapasitas mencapai 70 ribu tempat duduk pada saat itu (dua kali lipat dari kapasitas stadion Highbury), Arsenal merasa bahwa bertanding di Liga Champions di Wembley akan memberikan banyak keuntungan. Selain kapasitas yang jauh lebih besar, letak Stadion Wembley yang masih di kota London pun menjadi alasan.
“Jika pertandingan digelar di Highbury, lebih dari enam ribu pemegang tiket musiman, sponsor, dan kelompok khusus bakal direlokasi ke bagian lain stadion. Artinya akan ada ribuan suporter Arsenal yang tidak bisa ke stadion,” demikian pernyataan Arsenal saat itu.
Juru taktik Arsenal Arsene Wenger memang mendukung pindahnya markas untuk laga Liga Champions, akan tetapi sang arsitek juga mewanti-wanti akan ada resiko dari keputusan ini. “Kita bisa menjadi kurang nyaman di Wembley. Tapi ini adalah ajang besar yang akan dimainkan di sana. Kami akan mendapatkan dukungan yang lebih besar juga,” ujar Wenger.
Namun, keputusan Arsenal memakai stadion Wembley ternyata berujung pahit. Kekhawatiran Wenger seakan menjadi kenyataan. Meski mendapat dukungan penuh dari fans, Arsenal tersungkur di kompetisi antarklub eropa tersebut. Performa mereka selama main di Wembley tidak sesuai dengan harapan.
Sepanjang Liga Champions musim 1998/99, Arsenal menjalani tiga partai kandang di Wembley. Dari tiga laga yang dimainkan, The Gunners hanya mampu sekali menang (2-1 vs Panathinaikos), sekali seri (1-1 vs Dynamo Kyiv), dan sekali kalah (0-1 vs Lens). Hasil kurang baik itulah yang menjadikan Arsenal, tahun itu, hanya mampu bertengger di posisi 3 klasemen grup E. Di bawah Dynamo Kyiv dan Lens.
Tercatat, stadion Wembley menjadi markas Arsenal selama dua musim di ajang Liga Champions. Setelah musim 1998/99, mereka memakainya kembali musim 1999/00, hasil yang sama pun didapatkan seperti musim sebelumnya, satu menang, satu kali imbang, dan sekali kalah, mereka pun terhenti di fase grup B, di bawah Barcelona dan Fiorentina.
Pada 2000, Stadion Wembley tidak bisa digunakan karena dalam persiapan pemugaran. Arsenal pun harus kembali bermain di Highbury untuk laga Liga Champions. Hasilnya lumayan bagus. Arsenal mencatat hasil tidak pernah kalah saat tampil di Highbury. Mereka lolos dari fase penyisihan grup, meski akhirnya tersingkir di perempat final oleh Valencia setelah kalah lewat aturan gol tandang.
Sumber Referensi : Panditfootball, Bolaskor, Beritayahoo