Ketika awal bergulirnya musim ini, prediksi tentang siapa saja yang bakal terdegradasi dari Premier League sudah berkeliaran. Dan salah satu tim yang diprediksi akan turun kasta adalah AFC Bournemouth.
Memang mudah bagi siapa saja untuk memprediksi Bournemouth bakal langsung terdegradasi. Setidaknya, ada faktor yang melatar belakanginya. Pertama, status mereka sebagai tim promosi. Dan kedua, materi skuad yang medioker.
Daftar Isi
Baru Promosi, Bournemouth Langsung Dipediksi Bakal Terdegradasi
Seperti yang kita tahu, klub berjuluk The Cherries itu berstatus tim promosi di Premier League musim ini. Klub yang bermarkas di Vitality Stadium itu kembali ke Premier League setelah 2 musim absen usai finish sebagai runner-up Championship musim lalu.
Sejak musim 2019/2020, minimal 1 dari 3 kontestan yang terdegradasi dari Premier League merupakan tim promosi. Fakta inilah yang kemudian menjadi acuan untuk menempatkan Bournemouth dalam daftar calon tim degradasi. Pasalnya, dibanding Fulham apalagi Nottingham Forest, pengeluaran Bournemouth jelang bergulirnya Premier League musim ini terbilang sangat sedikit.
Di bursa transfer musim panas 2022, The Cherries hanya membelanjakan €26,9 juta untuk membeli 6 pemain anyar. Jumlah tersebut tak sampai setengah dari belanja Fulham dan tak sampai sepertujuh dari pengeluaran Nottingham. Bahkan, Bournemouth adalah tim dengan pengeluaran paling sedikit nomor 2 di Liga setelah Leicester City.
Para pemain yang datang, seperti Marcos Senesi, Marcus Tavernier, Joe Rothwell, Neto, Ryan Fredericks, dan Jack Stephens tak dapat mengubah kualitas skuad Bournemouth yang medioker dan masih banyak mengandalkan muka-muka lawas yang pernah merasakan turun kasta. Inilah yang membuat Bournemouth ditempatkan oleh banyak pihak dalam daftar calon tim degradasi Premier League musim ini
Dibantai 9-0, Bournemouth Pecat Scott Parker
Hasil yang diraih Bournemouth di awal musim ini juga sesuai dengan prediksi banyak pihak. Setelah menang atas Aston Villa, anak asuh Scott Parker langsung menelan 3 kekalahan beruntun.
Berikutnya, mereka takluk 4-0 di kandang Man. City, kalah 0-3 dari Arsenal dan puncaknya dibantai 9-0 di markas Liverpool. Kekalahan tersebut menjadi kekalahan terburuk Bournemouth di Liga Inggris sekaligus tercatat sebagai salah satu kekalahan terburuk dalam sejarah Premier League.
Seusai kekalahan memalukan tersebut, manajer Scott Parker mengeluarkan komentar kontroversial yang kelak bakal berbalik menyerangnya. Mantan pemain timnas Inggris itu mengatakan bahwa timnya tidak siap bersaing di Premier League.
“Tak perlu dikatakan lagi, ini adalah pengalaman yang sangat memalukan. Saya merasa kasihan kepada para pemain karena kami tidak siap di level ini,” ujar Scott Parker dikutip dari The Guardian.
Pernyataannya tersebut jelas sangat menyinggung dan terkesan pesimistis. Tak butuh waktu lama, 3 hari setelahnya, Scott Parker dipecat Bournemouth. Di hari yang sama, Gary O’Neil ditunjuk sebagai caretaker. Dari sinilah perjalanan sesungguhnya dari Bournemouth dimulai.
Tunjuk Gary O’Neil, Bournemouth Raih 13 Poin dari 11 Pertandingan
Sebelum ditunjuk sebagai caretaker, Gary O’Neil merupakan staf pelatih Bournemouth sejak Februari 2021. Baru berusia 39 tahun, ini merupakan pengalaman pertama O’Neil menangani sebuah tim.
Sebelumnya, Gary O’Neil memulai karier kepelatihannya sebagai asisten manager di Liverpool U-23 pada Agustus 2020. Meski berstatus debutan tanpa pengalaman, nyatanya legenda hidup Portsmouth yang baru pensiun pada Juli 2019 itu mampu menyulap Bournemouth yang babak belur.
Hasilnya pun instan. Setelah menahan Wolves 0-0 di pekan kelima, Gary O’Neil sukses membawa Bournemouth menang dramatis 3-2 di kandang Nottingham Forest. Tertinggal 2 gol lebih dulu, mereka sukses remontada dan meraih kemenangan keduanya di Premier League. Berkat performa apik di bulan September tersebut, Gary O’Neil masuk dalam nominasi peraih penghargaan Premier League Manager of the Month.
Laju positif The Cherries tak berhenti di situ. Di 3 laga berikutnya, mereka meraih 2 hasil imbang dan 1 kemenangan atas Leicester City. Laga-lagi, kemenangan atas The Foxes diraih The Cherries dengan cara remontada. Tetinggal 1 gol di babak pertama, Bournemouth sukses membalikkan kedudukan dan menang 2-1.
Rentetan hasil tersebut membuat Bournemouth tercatat unbeaten selama 6 pertandingan pertama mereka bersama Gary O’Neil. The Cherries yang tadinya duduk di peringkat 17 juga berhasil merangkak naik ke posisi 10 klasemen.
Kebahagiaan tersebut tak berlangsung lama. Di 4 pertandingan berikutnya, Bournemouth menelan kekalahan beruntun dan kembali turun ke posisi 17. Baru di pertandingan pekan ke-15, tepat sebelum jeda Piala Dunia 2022, The Cherries sukses menang 3-0 atas Everton.
Kemenangan atas Everton membuat Bournemouth duduk di peringkat 14. Setelah hasil tersebut, The Cherries juga memutuskan untuk mempermanenkan Gary O’Neil sebagai manager. Raihan 13 poin dalam 11 pertandingan Premier League sudah cukup untuk membuat Bournemouth mengikat Gary O’Neil hingga Juni 2024.
Gary O’Neil Resmi Antar Bournemouth Terhindar dari Degradasi
Apakah setelah itu Bournemouth aman dari ancaman degradasi? Jawabannya: tidak!
Setelah Pildun 2022, Bournemouth menelan 4 kekalahan beruntun. Setelahnya mereka juga hanya meraih 2 hasil imbang dan sekali kalah. Tujuh laga tanpa kemenangan membuat Bournemouth terjun ke zona degradasi dan duduk di peringkat 19.
Setelah itu, performa Bournemouth bak yoyo. Setelah menang atas Wolves, mereka takluk dari Man. City dan Arsenal. Lalu, di pekan ke-26, mereka secara mengejutkan berhasil menumbangkan Liverpool 1-0. Padahal, saat itu The Reds baru saja membantai MU 7-0. Setelah kemenangan tak terduga tersebut, Bournemouth digulung Aston Villa 3-0 di laga tandang.
Performa The Cherries baru membaik di bulan April. Di bulan yang padat tersebut, Gary O’Neil sukses membawa Bournemouth meraih 5 kemenangan dan hanya kalah 2 kali dalam 7 pertandingan. Fulham, Leicester, Tottenham, Southampton, dan Leeds United jadi korban mereka. Hasil tersebut membuat Bournemouth keluar dari zona degradasi dan berhak atas peringkat 13.
Sebenarnya, hingga Maret 2023, nama Bournemouth masih ada dalam daftar calon tim yang terdegradasi dari Premier League. Hasil perhitungan Supercomputer milik Opta juga mengatakan demikian. Namun, sejak rentetan kemenangan di bulan April, persentase kemungkinan Bournemouth turun kasta terus menurun dan kini Opta tak lagi menempatkan Bournemouth dalam daftar tim yang terancaman degradasi.
Meski pasukan Gary O’Neil takluk dari Chelsea dan Crystal Palace dalam 2 laga terakhirnya, tetapi Bournemouth tak lagi disebut bakal terdegradasi. Di klasemen, mereka juga hanya turun 1 peringkat ke posisi 14 dengan koleksi 39 poin.
Tadinya, usai kalah dari Crystal Palace, Bournemouth belumlah aman. Mereka sebenarnya harus meraih minimal 1 poin agar dinyatakan aman dari degradasi. Namun beruntungnya, 23 jam kemudian, Everton takluk 0-3 dari Manchester City.
Hasil tersebut membuat jumlah poin yang telah dikumpulkan Bournemouth tak mampu dikejar Everton, Leeds United, dan Leicester City yang duduk di peringkat 16 hingga 19. Artinya, secara matematis, The Cherries sudah aman dari degradasi. Tak peduli hasil yang diraih di 2 pekan tersisa, Gary O’Neil telah sukses mempertahankan status Bournemouth di Premier League.
Rahasia Gary O’Neil Selamatkan Bournemouth dari Jurang Degradasi
Capaian Bournemouth musim ini adalah buah dari tangan dingin Gary O’Neil. Secara formasi, Gary O’Neil tak jauh beda dengan Scott Parker dengan banyak mengandalkan formasi 4-2-3-1. Perbedaan paling mencolok ada pada komposisi pemainnya.
O’Neil kembali mempercayakan posisi striker kepada jebolan akademi Chelsea, Dominic Solanke. Di awal musim, Scott Parker lebih memilih striker timnas Wales, Kieffer Moore. O’Neil juga menggeser posisi Ryan Christie dari seorang playmaker menjadi winger. Posisi playmaker kemudian kerap diisi oleh gelandang serba bisa, Philip Billing.
Di lini tengah, Gary O’Neil juga mengembalikan posisi Jefferson Lerma ke gelandang bertahan. Di masa Scott Parker, Lerma dipasang sebagai bek tengah. Komposisi tersebut membuat lini serang Bournemouth kembali bertaji.
Billing menjadi top skor sementara dengan torehan 7 gol, diikuti Solanke dengan 6 gol dan Lerma dengan 5 gol. Sementara itu, torehan asis dipimpin oleh Solanke dengan 7 asis, diikuti Marcus Tavernier dengan 4 asis. 35 gol dalam 32 pertandingan terakhir adalah bukti positif dari perubahan yang dibawa Gary O’Neil.
Para pendukung Bournemouth juga patut bersyukur dengan perubahan kepemilikan klub yang terjadi di akhir tahun lalu. Kepemilikan The Cherries berpindah tangan ke Black Knight Football Club, sebuah kemitraan yang dipimpin oleh pengusaha Amerika Serikat, Bill Foley, dan Cannae Holdings yang membeli saham mayoritas Bournemouth dari Maxim Denim. Sementara saham mayoritas The Cherries salah satunya kini dipegang oleh bintang hollywood, Michael B. Jordan.
Hadirnya investor anyar itu membuat Bournemouth mampu membelanjakan uang yang lebih banyak di bursa transfer Januari. Dana €56,2 juta digelontorkan untuk mendatangkan Ilya Zabarnyi, Dango Ouattara, Antoine Semenyo, Matias Vina, Darren Randolph, dan Hamed Traore. Dari para rekrutan baru tersebut, Ouattara jadi yang paling bersinar dengan sumbangan 1 gol dan 3 asis dalam 17 penampilan.
Akan tetapi, di luar faktor teknis tadi, perjuangan Gary O’Neil lebih daripada itu. Pelatih berusia 39 tahun itu sukses mengubah mentalitas, motivasi, dan daya juang skuadnya yang masih terbilang medioker. Kemenangan remontada atas Nottingham Forest dan Leicester City, serta kemenangan mengejutkan atas Liverpool dan Tottenham Hotspur jadi buktinya.
Perjuangan Gary O’Neil menyelamatkan Bournemouth dari jurang degradasi juga sukses mematahkan pendapat Scott Parker di awal musim. Memang, skuad The Cherries masih medioker. Namun, dengan bertahan di Premier League dan hadirnya pemilik baru, Bournemouth bisa mempersiapkan timnya dengan lebih matang musim depan.
Atas perjuangan yang luar biasa inilah, harian The Guardian sampai berpendapat kalau seharusnya Gary O’Neil juga layak dibicarakan untuk mendapat penghargaan manajer terbaik musim ini. O’Neil jelas kalah dari Pep Guardiola, Mikel Arteta, atau Eddie Howe. Akan tetapi, perjuangannya menyelamatkan Bournemouth sudah seperti sebuah keajaiban.
Sekali lagi, ini adalah pekerjaan pertama Gary O’Neil melatih sebuah klub. O’Neil juga bisa dibilang masih berada di awal karier kepelatihannya. Mengingat beban berat yang ia pikul, prestasi Gary O’Neil menyelamatkan Bournemouth dari degradasi adalah sebuah prestasi yang patut diapresiasi setinggi langit.
Referensi: The Guardian, The Analyst, Bournemouth Echo, BBC, Transfermarkt, The Guardian.