Pep Guardiola dan Spanyol: Sebuah Hubungan yang Rumit

spot_img

Ada sebuah adagium yang mungkin belum pernah kamu dengar sebelumnya. Bahwa Josep “Pep” Guardiola telah mengubah sepak bola sesuai keinginan dan citranya sendiri. Sepak bola dunia tidak lagi berkiblat pada catenaccio, total voetbal, gegenpressing, maupun tiki-taka. Tapi berkiblat dan “menyembah” Pep Guardiola. 

Bukan Guardiola yang mengikuti arus sepak bola modern, tapi arus sepak bola modern lah yang mengikutinya. Guardiola bukan saja seorang pelatih dan mantan pemain. Bukan saja seorang yang pandai menyusun dan mengubah taktik.

Lebih dari itu, Guardiola adalah seorang pemikir, seorang filsuf revolusioner layaknya Tan Malaka. Sesuatu yang hari ini tidak dimiliki oleh pelatih-pelatih lain di belahan dunia mana pun. Pep Guardiola sanggup berjalan sesuai kehendaknya sendiri.

Tidak ada yang bisa mendiktenya, termasuk negaranya sendiri, Spanyol. Guardiola adalah orang yang bahkan setia dengan gagasan bahwa Catalunya harus merdeka dari Spanyol. Untuk itulah pelatih kelahiran Santpedor ini punya hubungan rumit dengan negaranya sendiri. Guardiola membantu Spanyol, tapi di waktu yang sama juga “melawan” Spanyol.

Membela Kemerdekaan Catalunya

Seperti keyakinannya terhadap gagasan-gagasannya tentang sepak bola, Josep Guardiola punya keyakinan kuat bahwa rakyat Catalunya mesti merdeka dari cengkraman Spanyol. Sudah sejak lama mantan pelatih Barcelona itu membela rakyat Catalunya. Idenya jelas: Catalunya harus merdeka dari Spanyol.

Guardiola dan keluarganya sudah 10 tahun menjadi bagian Omnium Cultural, semacam perkumpulan orang-orang Catalan dari berbagai latar belakang budaya, sosial, dan politik. Omnium Cultural terbentuk setelah Jenderal Francisco Franco, seorang diktator yang pernah memimpin Spanyol melarang bahasa Catalan per 11 Juli 1961.

Jenderal Francisco Franco terkenal diktator yang bengis. Ia pernah menghabisi 3.500 milisi separatis Catalonia pada 1938. Hal yang bikin sayup-sayup rakyat Catalunya ingin merdeka mulai meredam. Namun, setelah Franco lengser pada tahun 1977, Catalonia diberi otonomi khusus.

Akan tetapi, pada 2010, Mahkamah Konstitusi di Madrid membuat undang-undang yang mengesampingkan otonomi itu. Hasil putusan itu menyebut tidak ada dasar hukum apa pun untuk mengakui Catalonia sebagai sebuah negara independen di Spanyol.

Padahal dalam sejarahnya Catalunya merupakan wilayah independen di Semenanjung Iberia, terletak di antara Spanyol dan Portugal. Undang-undang, bahasa, dan kebiasaannya juga berbeda dengan Spanyol.

Pernah Dihukum FA

Pep Guardiola, yang di dalam dirinya mengalir darah Omnium Cultural, tidak sepakat dengan hal itu. Mantan pelatih Bayern Munchen itu pun memilih jalan untuk tetap komitmen menyuarakan kemerdekaan rakyat Catalunya, sebagaimana ia komitmen dengan taktiknya sendiri.

Untuk itu, ia tidak ragu memperlihatkan dukungannya terhadap rakyat Catalunya. Tak terkecuali saat memimpin Manchester City di Liga Primer Inggris. Aksi dukungannya pada rakyat Catalunya itu bahkan pernah membuat otoritas sepak bola Inggris, FA naik pitam pada tahun 2018.

Pada saat itu, FA merespons keras Pep Guardiola yang memakai pita kuning saat memimpin pertandingan Manchester City. Pita kuning yang dipakai Guardiola adalah bentuk solidaritasnya kepada Jordi Sanchez dan Jordi Cuixart, dua orang yang ditahan aparat keamanan Spanyol setelah kejadian bentrok dalam proses referendum kemerdekaan Catalunya pada Oktober tahun yang sama.

FA menilai apa yang dilakukan Guardiola bermuatan politis. Hal itu melanggar peraturan FA dan regulasi periklanan. Pep Guardiola pun mesti membayar denda 20 ribu poundsterling atau sekitar Rp393 juta kurs sekarang.

Bermain untuk Timnas Spanyol

Guardiola memang tidak pernah menyembunyikan keyakinan politiknya seperti ia tidak bisa menyembunyikan kecemasannya di final Liga Champions musim 2022/23 lalu. Bahkan saat berseragam Timnas Spanyol pun, Guardiola tetap lantang membela rakyat Catalunya. Guardiola tak segan untuk mengatakan, ia terpaksa mewakili Timnas Spanyol karena tidak ada pilihan lain.

Jika bisa, dia akan bermain untuk Catalunya. Guardiola bergabung skuad La Furia Roja angkatan 1992, bersama pemain seperti Andoni Zubizarreta dan Fernando Hierro. Namun, Guardiola tidak banyak memiliki caps di Timnas Spanyol. Hanya 47 laga yang dilakoninya bersama tim utama La Furia Roja.

Satu-satunya gelar yang ia berikan pada Spanyol hanyalah medali emas Olimpiade Barcelona 1992. Hari-hari sisanya sebagai pemain, Guardiola hanya menghabiskannya untuk membela FC Barcelona, klub yang berasal dari Catalunya. Karena independensinya itu pula, hubungan Guardiola dengan mantan rekan setimnya di Timnas Spanyol renggang.

Guardiola dikabarkan sampai tidak bergabung ke dalam Grup WhatsApp alumni Timnas Spanyol. Santiago Canizares, mantan rekan setim Guardiola di Olimpiade Barcelona terus terang tidak suka apabila Guardiola membicarakan Spanyol. Mengutip Marca, Canizares menilai Guardiola hanya sok-sokan saja membela rakyat Catalunya.

Buktinya, menurut Canizares, Guardiola selalu senang jika dipanggil Timnas Spanyol. Bagi Canizares, Guardiola kurang berani seperti Oleguer Presas, mantan pemain Timnas Spanyol yang juga rakyat Catalunya.

“Saya melihat Oleguer Presas pergi dan bicara dengan Luis Aragones (pelatih Timnas Spanyol), ia meminta tidak dipilih lagi. Saya tidak melihat hal itu pada diri Guardiola,” kata Canizares dikutip Marca.

“Membantu” Timnas Spanyol

Mungkin ada benarnya apa yang dikatakan Canizares. Guardiola tidak bisa dilepaskan dari Timnas Spanyol. Walaupun mengatakan terpaksa membela La Furia Roja, kenyataannya, saat sudah pensiun menjadi pemain dan mengambil pekerjaan menjadi pelatih, sentuhan Guardiola ada di Timnas Spanyol.

Pep Guardiola berpengaruh besar dalam raihan gelar Piala Dunia 2010 dan EURO 2012. La Furia Roja berhasil menjuarai dua kompetisi tersebut secara beruntun di bawah asuhan Vicente del Bosque. Tapi kerangka skuadnya adalah hasil polesan canggih Josep Guardiola di FC Barcelona.

Andres Iniesta, Xavi Hernandez, Sergio Busquets, Carles Puyol, Gerard Pique, Cesc Fabregas, Pedro, hingga David Villa adalah hasil kerja keras Guardiola selama menukangi Blaugrana. Dari mereka, Guardiola juga membawa kekayaan kualitas Timnas Spanyol.

Gaya permainan yang mengutamakan penguasaan bola, etos kerja, hingga daya suai taktik yang dimiliki Guardiola, semuanya terserap oleh Timnas Spanyol. “Jika dia (Pep Guardiola) melatih Timnas Spanyol, saya yakin, dia akan bisa melakukannya,” kesan Vicente del Bosque tentang Guardiola.

Tidak Akan Melatih Timnas Spanyol dan Tim di Spanyol Lagi

Tidak hanya Vicente del Bosque yang merasa bahwa Guardiola akan cocok untuk melatih Timnas Spanyol. Tapi Luis Enrique yang juga pernah melatih Spanyol juga berpikir demikian. Namun, Guardiola sendiri menyatakan bahwa ia tidak akan melatih Timnas Spanyol. Mengutip Sky Sports, Guardiola mengatakan, ia bermimpi untuk berkarier di level internasional. Tapi tidak untuk Timnas Spanyol. Sejak meninggalkan Barcelona, Guardiola juga sudah menyatakan enggan kembali lagi melatih tim-tim Spanyol.

Katanya, ada “begitu banyak kebisingan” di pertandingan-pertandingan besar di Spanyol. Media-media Spanyol juga sering melontarkan kritik kepada Guardiola terkait sikapnya terhadap Catalunya. Meskipun di sisi lain, ia turut membantu Timnas Spanyol menjuarai Piala Dunia untuk kali pertama sepanjang sejarah.

Demikianlah Josep Guardiola. Keyakinan, tekad, independensi, dan dukungannya terhadap Catalunya tidak akan surut. Sekalipun suara pembelaannya itu pernah membuat Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez tersinggung. Tidak salah kalau menyebut hubungan Pep Guardiola dan Spanyol adalah hubungan yang rumit.

Sumber: Marca, GoalStory, Goal, BarcaBlaugranes, ESPN, SkySport, Kompas, Goal

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru