Dicap Membosankan, Juventus Ala Allegri Ternyata Makin Ngeri

spot_img

Belakangan ini, permainan Juventus di bawah kepemimpinan Massimiliano Allegri dicap sebagai permainan yang membosankan. Lebih-lebih dengan gaya tersebut tidak membuahkan prestasi apa pun bagi Bianconeri di periode kepemimpinan keduanya.

Namun di musim ini, si nyonya tua perlahan dibawa Allegri pada optimisme dalam meraih gelar. Apakah hal itu hanya ilusi sesaat, atau benar-benar akan terwujud di akhir musim?

Filosofi Allegri Terwujud

Bagi para fans Juventus di seantero dunia yang berharap ingin melihat timnya di bawah Allegri untuk main cantik dan atraktif, sebaiknya dipendam dulu dalam-dalam. Jangan harap hal tersebut terjadi, karena apa yang diyakini Allegri selama ini adalah bermain sepakbola pragmatis.

Allegri sudah pernah bilang sejak periode pertamanya melatih Juventus. Tepatnya pada bulan April 2015 ketika Juventus menang 1-0 menghadapi Monaco di babak perempat final leg pertama Liga Champions. Allegri ketika itu ditanya awak media mengenai permainannya yang membosankan. Namun Allegri malah menjawab kalau ingin melihat permainan yang atraktif dan indah, lihat saja sirkus jangan lihat sepakbolanya.

Ditambah perkataannya lagi pasca laga melawan Villarreal di babak 16 besar leg pertama Liga Champions musim 2021/22. Ketika hasil imbang 1-1 di kandang Villarreal, Allegri malah mengungkapkan pada awak media bahwa ia tidak suka melihat Juventus bermain atraktif. Kata Allegri, ia lebih suka Juventus main buruk tapi menang, daripada main bagus tapi tak mampu menang.

Nah dari situlah kelihatan bagaimana prinsip yang diyakini Allegri selama ini. Maka dari itu tak heran jika Bianconeri musim ini pun sering main membosankan tapi mampu meraih tiga poin. Walaupun itu dengan defisit satu atau dua gol, yang penting bagi Allegri adalah meraih tiga poin.

Kritikan Terhadap Allegri

Sejak kepemimpinan periode keduanya mulai musim 2021/22, belum satu pun trofi yang didapat sang Allenatore kelahiran Livorno tersebut bagi Juve. Itulah yang membuat Allegri tak luput dari berbagai kritik.

Christian Vieri mantan striker Juventus mengatakan dalam Bobo TV bahwa Juventus sering menang beruntung. Mereka tiap pekannya harus bergantung pada kesalahan dari lawan. Allegri dituding Vieri menerapkan mentalitas klub kecil di klub besar seperti Juventus.

Yang lebih pedas lagi kritik dari Antonio Cassano, mantan pemain AC Milan yang pernah bermain di bawah asuhan Allegri. Cassano sampai-sampai bilang bahwa Allegri sangat memalukan. Ide sepakbolanya menurut Cassano masih sama seperti 30 tahun yang lalu alias ketinggalan jaman.

Allegri sempat dibela dari berbagai kritikan tersebut oleh pelatih kawakan Italia, Fabio Capello. Capello mengklaim bahwa Allegri difitnah secara tidak adil karena dia tidak mengikuti arus permainan sepakbola modern yang atraktif. Menurut Capello, klub yang katanya sangat atraktif seperti Manchester City pun, mereka tetap bertahan jika diperlukan.

Ya, tidak dapat disangkal bahwa permainan sepakbola di era modern sekarang telah berkembang pesat. Bahkan di Italia, Catenaccio tidak lagi menjadi basis taktis untuk menjadikan suatu klub dianggap top seperti jaman dulu.

Sepakbola Italia bagaimanapun juga telah berevolusi. Kini banyak muncul pelatih Italia yang tidak lagi mengadopsi Catenaccio sebagai basis utama dalam sistem permainannya. Pelatih seperti De Zerbi, Spalletti, Roberto Mancini, Simone Inzaghi kini bahkan dikenal sebagai pelatih yang memperagakan sepakbola atraktif.

Allegri Periode Kedua

Namun prinsip sepakbola yang diyakini Allegri tetap dijalankan. Ia tak menghiraukan gaya pelatih Italia sekarang yang sudah mulai keluar dari pakem Catenaccio. Lihat saja sejak menangani Juventus di periode keduanya sejak 2021/22, Allegri tetap setia memperagakan sepakbola pragmatis di Turin. Musim 2021/22, Bianconeri dibawa Allegri finis di posisi 4 Serie A.

Lalu di musim 2022/23, masalah besar menghampiri Juventus. Mereka terkena pengurangan 10 poin karena melanggar peraturan Capital Gain. Namun jika dilihat sebelum dikurangi poin, sebenarnya Juve bisa finis di peringkat empat besar Serie A dan bisa lolos ke Liga Champions.

Musim lalu bahkan tingkat kemenangan yang diraih Juventus yakni 22 kemenangan, lebih banyak dari AC Milan, Atalanta, maupun Roma, yang finish di atas mereka. Dari segi kekalahan yakni hanya 10 kali, bahkan lebih sedikit dari Inter yang berada di peringkat 3 dengan 12 kali. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa sepakbola membosankan yang diterapkan Allegri ternyata tak buruk-buruk amat secara hasil.

Berlanjut di musim 2023/24. Musim ini makin bertambah lagi masalah bagi Juventus. Seperti Luca Fagioli yang telah diskors selama tujuh bulan karena kasus taruhan ilegal. Sementara Paul Pogba juga akan menjalani skorsing jangka panjang setelah gagal dalam tes anti-doping.

Terlepas dari kontroversi yang tampaknya akan terus-menerus menghantui, Juve asuhan Allegri kini diam-diam duduk di urutan kedua di Serie A hingga Giornata ke-13. Mungkin yang lebih mengesankan lagi, mereka hanya kebobolan dua kali saja dalam delapan laga terakhirnya.

Kekuatan Juventus

Musim ini padahal Juventus kehilangan banyak pemain seperti Bonucci, Paredes, Cuadrado, maupun Di Maria. Si nyonya tua kini malah banyak dihuni pemain muda macam Gatti, Miretti, Cambiasso, McKennie, maupun Caviglia.

Dari pembelian pemain juga tak terlalu mencolok. Mereka hanya membayar satu pemain dari Lille. Itu pun daun muda yakni Timothy Weah. Artinya dari segi regenerasi skuad, Juventus juga tetap memperhatikannya. Bahkan menurut Opta Analyst, rataan usia skuad Juve musim ini menurun dari 28 tahun ke 26 tahun.

Tapi dengan materi yang lebih segar, Allegri tetap saja mengadopsi pola bertahan 3-5-2 atau 5-3-2. Solidnya trio bek mereka Bremer, Gatti, dan Rugani jadi kunci Allegri dalam bertahan.
Gaya main bertahan Juventus musim ini bisa diperlihatkan oleh data Opta Analyst.

Angka Juventus dalam menghalau bola dari serangan lawan paling banyak di Serie A sementara ini dengan total 256 halauan. Berbanding terbalik dengan pemuncak klasemen sementara Inter yang hanya lakukan 141 halauan.

Selain kesolidan pemain belakang, gaya main bertahan Allegri didukung materi lini tengah maupun sayap seperti Miretti, Cambiasso, Kostic, Rabiot, maupun Locatelli yang juga merupakan tipe pekerja keras dan mampu membantu lini pertahanan.

Dengan kekuatan Juve yang banyak porsi bertahannya tersebut, membuat mereka tak gampang dibobol. Hingga Giornata ke 13 mereka hanya kebobolan 8 kali saja, terkecil setelah Inter 7 gol. Tapi di sisi lain, mereka juga susah cetak banyak gol dengan gaya mainnya tersebut. Menurut Opta Analyst, bahkan sebagian besar gol Juventus musim ini dihasilkan dari luar kotak penalti.

Persentasenya 17% dari seluruh gol yang diciptakan musim ini, paling tinggi dibanding klub-klub besar lainnya seperti Inter, Napoli, Lazio, AC Milan, Roma, maupun Atalanta. Dari data tersebut dimungkinkan bahwa mereka sulit menembus pertahanan lawan dan hanya fokus dalam bertahan atau mempertahankan keunggulan.

Juara Atau Dipecat?

Terlepas dari data itu semua, Allegri tetap pede dan terus menerapkan gaya sepakbola yang ia yakini. Entah akan seperti apa hasilnya di akhir musim nanti. Namun dengan tidak adanya jadwal kompetisi padat seperti liga-liga Eropa, harusnya fokus Allegri tiap minggunya bisa lebih banyak diutamakan untuk Serie A. Target merebut juara pun sebenarnya tidaklah muluk-muluk.

Namun kalau nyatanya masih saja tidak berhasil meraih trofi apa pun musim ini, apakah ini adalah kesempatan terakhir bagi Allenatore berusia 56 tahun tersebut? Entahlah, hanya manajemen Juventus yang tahu hal tersebut.

Tahu sendiri Allegri susah bener kalau dilengserkan dari posisinya. Entah ia punya orang dalam atau memang wataknya seperti diktator yang tak mau lengser. Jadi, bersabarlah wahai fans Juventus. Nikmatilah saja hasil dari racikan Allegri tersebut, walaupun itu sangatlah membosankan.

Sumber Referensi : theanalyst, goal.com, transfermarkt, goal.com

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru