Pembuktian Revolusi Senyap Maurizio Sarri di Lazio

spot_img

Di tengah hingar bingar klub ibu kota AS Roma dengan penunjukan pelatih Jose Mourinho, tetangga sebelahnya, SS Lazio diam-diam juga sedang melakukan perubahan besar.

Kedatangan pelatih kawakan Italia, Maurizio Sarri membuat Gli Aquilotti kini menjelma salah satu kekuatan menakutkan di Serie A. Pengalaman serta catatan prestasi Sarri membuat Lazio percaya dengan proyek revolusinya. Kini di musim keduanya, revolusi itu butuh pembuktian. Lantas, apakah La Biancoceleste benar-benar memetik buah manis revolusi Sarri tersebut?

Rokok, Pakaian Training dan Bank

Kehilangan Simone Inzaghi yang menerima pinangan Inter membuat sang Presiden Lazio, Claudio Lotito berpikir keras mencari penggantinya. Di bulan Juni tahun 2021, akhirnya pilihan itu jatuh kepada Maurizio Sarri. Pelatih yang ketika itu masih menganggur setelah hengkang dari Juventus pada tahun 2020.

Perkenalan pun dilakukan. Anehnya, perkenalan itu hanya memunculkan gambar rokok, satu set pakaian training, dan gambar bank. Apa artinya itu? Ya, itulah beberapa atribut simbol yang menjadi citra diri seorang Maurizio Sarri.

Ia adalah perokok berat yang hanya suka mendampingi tim di pinggir lapangan dengan pakaian training saja, bukan setelan jas resmi. Sebelum melatih sepakbola, Sarri ternyata juga adalah seorang mantan pegawai bank. Pantas saja, sampai sekarang ia kerap membawa catatan kecil yang sering ditulis di pinggir lapangan. Apakah itu jangan-jangan adalah kebiasaan Sarri yang terbawa sejak ia menjadi pegawai bank?

Disamping citra dirinya yang kuat, citra sistem permainannya pun sangat kuat. Sampai-sampai melekat nama “Sarri Ball” pada pola permainan yang diusung Sarri saat melatih sebuah klub. Sarri Ball sering digeneralisir sebagai pola permainan indah, cepat, menyerang dengan pakem formasi ala Sarri.

Hal itu ia tunjukan di beberapa klub yang dilatihnya seperti Napoli, Chelsea, hingga Juventus. Di Napoli ia terbukti bisa membawa Partenopei naik kelas dan selalu menjadi penantang juara Serie A tiap musimnya. Di Chelsea, dia sukses mendapatkan gelar Europa League. Di Juventus pun ia sukses menggondol gelar juara Serie A.

Kalau urusan gelar dan pengalaman, sepertinya sudah ada garansi. Namun untuk tim sekelas Lazio bagaimana? Lazio ini sudah sejak 2016 bermain di bawah arahan Simone Inzaghi. Pola permainannya pun sangat jauh berbeda dari apa yang dianut Sarri. Pertanyaanya, apakah bisa Lazio ini bisa langsung diubah secara frontal dari sistem yang sudah dibangun enam tahun lamanya itu?

Revolusi Lazio Dengan Sarri Ball

Benar saja, pola permainan yang lekat dengan Lazio ketika dipegang Inzaghi seketika berubah total. Sarri tak mau kompromi atas nama adaptasi sebagai orang baru. Ia bertahan dengan prinsip permainan yang ia yakini sendiri yakni “Sarri Ball”.

Keberanian Sarri yang tak pernah takut gagal itu langsung ia terapkan. Ia merombak formasi dan cara bermain secara frontal dengan waktu yang terbilang singkat. Para pemain pun diberi fungsi dan peran yang sangat jauh berbeda dari sebelumnya.

Pakem formasi Simone Inzaghi dengan 3-5-2 diganti dengan pakem Sari Ball 4-3-3. Peran sektor Wing Back yang menjadi andalan Inzaghi tak lagi prioritas di sistem Sarri Ball. Sebab Sarri Ball lebih menitikberatkan pada keseimbangan tim yang dirancang dari sektor lini tengah.

Dalam sistem Sarri Ball, satu pemain tengah dipercaya Sarri sebagai otak permainan. Seperti contoh ketika di Napoli dan Chelsea. Ia selalu memakai Jorginho sebagai otak permainan Sarri Ball. Kemudian ketika di Juve, ia mengutus Miralem Pjanic mengemban peran itu. Kini, di Lazio ia mengutus seorang Sergej Milinkovic-Savic.

Keefektifan Lazio Di Bursa Transfer

Tentu di dalam menjalankan revolusi harus banyak membutuhkan amunisi. Salah satunya adalah membeli pemain yang dibutuhkan. Di bursa transfer musim panas 2021/22, Sarri merasa butuh beberapa Winger untuk mendukung pola 4-3-3 nya.

Ia pun langsung mendatangkan Felipe Anderson, Pedro Rodriguez, serta Mattia Zaccagni. Ketiga Winger itu seketika menjadi tulang punggung tim hingga sekarang. Sedangkan striker sisa peninggalan Inzaghi yang menumpuk seperti Joaquin Correa maupun Felipe Caicedo, ia depak. Sarri hanya menyisakan mesin gol Ciro Immobile sebagai ujung tombak andalan.

Di sektor belakang, Sarri sangat banyak melakukan perubahan. Ia menyulap Manuel Lazzari dan Adam Marusic yang tadinya lebih sering diposisikan sebagai Wing Back di pola tiga bek Inzaghi, kini ditarik menjadi Full Back murni dalam skema empat bek.

Di sektor penjaga gawang, Sarri kehilangan kiper andalan seperti Strakosha dan Pepe Reina. Kendati begitu ia sangat jeli dan menemukan kiper baru, yakni Ivan Provedel yang dibajak dari Spezia. Provedel kini menjadi tembok kokoh di bawah mistar Lazio, sampai-sampai ia sempat dipanggil Roberto Mancini ke Timnas Italia.

Lalu di sektor Center Back. Lazio ditinggal dua tembok kokoh mereka, Acerbi dan Luiz Felipe. Sarri pun langsung mencari penggantinya. Ia mendapatkan Romagnoli yang dibawa dari AC Milan secara gratis. Selain itu, Nicolo Casale dari Verona juga ditebus dengan harga yang murah. Hasilnya, duet Casale dan Romagnoli yang dilapisi oleh Patricio Patric, menjadikan pertahanan Lazio masih terjaga dengan baik hingga sekarang.

Yang jadi catatan pentingnya, transfer yang dilakukan Sarri semuanya cenderung efektif. Artinya, bukan hanya keluar kocek banyak, melainkan pemain yang dibeli juga sesuai apa yang dibutuhkan Sarri. Dan jangan lupa, para pemainnya juga masih perform hingga sekarang dengan sistem Sarri Ball.

Pembuktian Musim Kedua Sarri

Buah dari revolusi itu kini sudah mulai terlihat. Di musim pertamanya, publik Lazio yang pesimis dibuatnya tercengang dengan cepatnya adaptasi Sarri Ball di skuad Lazio.

Buah revolusi itu mengantarkan elang ibu kota finis di posisi ke-5 klasemen Serie A musim lalu. Artinya, lebih tinggi dibanding Simone Inzaghi di musim 2020/21 yang hanya finish di posisi ke-6. Dari segi permainan pun sangat jauh berbeda. Kini Lazio terlihat semakin enak dan indah untuk ditonton dengan sepakbola atraktif, cepat,dan menyerang.

Namun, pencapaian Sarri belumlah terbukti sementereng ketika Lazio dipegang Inzaghi. Catatan Inzaghi yang sudah persembahkan gelar Coppa Italia serta membawa Lazio melenggang ke Liga Champions belum bisa dicapai oleh Sarri. Mungkin, musim inilah saat yang tepat bagi Sarri untuk membuktikannya bahwa ia juga mampu melakukan itu dengan caranya sendiri.

Kini Sarri telah diikat kontrak oleh elang ibukota hingga 2025. Sarri, revolusi Sarri Ball, rokok, dan pakaian training-nya akan selalu diingat sebagian besar publik Lazio sampai kapan pun. Karena bagaimanapun, pelatih nyentrik ini telah menancapkan “Legacy” khusus di lembaran catatan sejarah hidup Gli Aquilotti sebagai pelatih yang sangat “Revolusioner”.

https://youtu.be/i8ZTdz9lw78

Sumber Referensi : theathletic, footballitalia, forbes

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru