Liverpool adalah klub dengan nama besar yang sudah tak diragukan lagi sejarah dan prestasinya. Namun, bukan berarti mereka tak pernah dirundung masalah. Salah satu masalah yang kerap mereka alami adalah ditinggal pemain penting. Liverpool bahkan sempat mengalami masa-masa sulit saat mereka tak mampu mempertahankan pemain bintang.
Bahkan sebagian pemain itu sudah dianggap bak seorang dewa saat bermain di hadapan puluhan ribu penonton yang memadati Anfield. Sayangnya, tak semua pemain yang hengkang menemukan klub yang cocok sehingga bisa menampilkan performa terbaik. Beberapa pemain ini karirnya justru merosot setelah meninggalkan Liverpool. Siapa saja mereka?
Daftar Isi
Sadio Mane
Teranyar ada Sadio Mane. Pada masanya, pentolan Timnas Senegal itu jadi salah satu pemain kesayangan publik Anfield. Selain karena sikap yang rendah hati, penampilannya di lapangan juga luar biasa. Bersama Roberto Firmino dan Mohamed Salah, ia membangun trio terbaik di Eropa.
Pemain yang kini berusia 31 tahun itu berhasil menghadirkan beberapa trofi bergengsi seperti Liga Inggris musim 2019/20 dan Liga Champions musim 2018/19. Selain itu, Mane juga berhasil mencetak 120 gol dan 48 assist dalam 269 pertandingan di semua kompetisi untuk The Reds.
Sayangnya, keputusan Mane untuk hengkang ke Bayern Munchen pada tahun 2022 jadi keputusan yang fatal. Ia lebih sering mengalami cedera dan masalah internal. Mane bahkan hanya bertahan setahun dan langsung hengkang ke Arab Saudi menyusul Cristiano Ronaldo di Al-Nassr.
Philippe Coutinho
Pemain yang mungkin paling dikenal kemerosotan karirnya adalah Philippe Coutinho. Liverpool sebaiknya harus berterimakasih banyak padanya. Selain jasa-jasanya yang sempat meningkatkan dimensi permainan Liverpool di kompetisi domestik, uang penjualan Coutinho ke Barcelona juga jadi modal yang sangat cukup untuk Jurgen Klopp membangun kembali tim.
Ya, Coutinho mendapat julukan The Little Magician bukan karena penampilannya di Inter Milan atau Timnas Brazil, melainkan ketika dirinya berkiprah di Liverpool. Dalam medio tahun 2013 hingga 2018 Coutinho jadi nyawa permainan The Reds. Perannya di lini tengah sama halnya dengan Eden Hazard sewaktu di Chelsea atau Bruno Fernandes di MU eranya Ole Gunnar Solskjær.
Namun, transfernya ke Barcelona tahun 2018 mengubah segalanya. Disana, skill olah bola dan tendangan pisang yang jadi andalannya mulai jarang terlihat. Ia bahkan sampai dipinjamkan ke Bayern Munchen sebelum akhirnya hengkang ke Aston Villa tahun 2022. Kembali ke Inggris nyatanya tak mampu mengembalikan sentuhan terbaiknya. Villa bahkan lebih memilih untuk meminjamkannya ke klub Qatar, Al-Duhail.
Fernando Torres
Selanjutnya ada striker legendaris dari Spanyol, Fernando Torres. Pemain yang kini melatih tim muda Atletico Madrid itu juga dianggap sebagai salah satu penyerang terbaik di eranya. Selama tiga setengah musim berseragam Liverpool, Fernando Torres mencetak 81 gol dari 142 penampilan di semua kompetisi.
Namun, ketajaman Torres menurun drastis sesaat setelah bergabung dengan Chelsea pada tahun 2011. Perbandingannya cukup jauh. Selama kurang lebih lima tahun membela The Blues, El Nino hanya mencatatkan 45 gol dari 172 penampilan. Meski begitu, beberapa fans militan Chelsea menganggap kalau Torres nggak gagal-gagal banget. Karena sang pemain sesekali menjadi pahlawan di momen-momen sulit.
Tapi, dengan status Fernando Torres yang datang ke London sebagai pemain termahal Liga Inggris kala itu. Yaaa, wajar-wajar saja kalau beberapa pihak mengharapkan lebih dari Torres. Setelah Chelsea, karir Torres memang langsung meredup. Ia bahkan kesulitan saat dipinjamkan ke AC Milan, dan mengakhiri karir di Liga Jepang, bersama Sagan Tosu.
Michael Owen
Siapa yang tak tahu pemain ini. Michael Owen sudah dianggap bak legenda oleh sebagian besar fans Liverpool. Permainan dan segala yang ia lakukan untuk klub begitu melekat di hati para fans. Meski tak memenangkan Liga Inggris, karirnya hampir sempurna di Anfield. Ia bahkan memenangkan Ballon d’Or saat membela klub asal Inggris itu.
Satu-satunya keputusan yang mengganggu karirnya adalah ketika ia memutuskan untuk hengkang dari Anfield dan bergabung dengan proyek galacticos di Real Madrid. Datang sebagai penyerang Inggris yang haus gol, tak membuat Owen menjadi pilihan utama di lini depan El Real. Ia bahkan harus rela menjadi pilihan ketiga di belakang Ronaldo Nazario dan Raul Gonzalez.
Dari situ lah karirnya mulai meredup. Saat dirinya minta dikembalikan ke Liverpool, Madrid justru melepasnya ke Newcastle. Kembali ke Inggris performanya sedikit membaik. Ia bisa mencetak dua digit gol bersama The Magpies. Namun, keputusannya untuk bergabung ke Manchester United justru kian menenggelamkan karirnya.
Emre Can
Pemain yang kini berseragam Borussia Dortmund itu awalnya menjadi pemain andalan Liverpool. Namun, ia sempat ragu dengan masa depan klub di bawah asuhan Jurgen Klopp. Maka dari itu saat Liverpool menawarkan perpanjangan kontrak, ia menolak dan memilih untuk bergabung dengan Juventus secara gratis pada tahun 2018.
Emre Can mengira, pindah ke ke salah satu klub tersukses di Serie A adalah sebuah peningkatan karir. Nyatanya itu salah besar. Liverpool justru memenangkan banyak trofi termasuk Liga Champions setelah ia pergi. Sementara karirnya di Turin berujung bencana. Baru setahun bergabung, Can malah dicoret dari skuad Liga Champions.
Merasa tak dihargai, Can akhirnya menuntut Juve untuk membiarkan pergi. Beruntung, Dortmund mau menampungnya. Kini, nasibnya sedikit lebih baik di Jerman. Yaa daripada di Juve lah ya. Tapi, namanya sudah tak setenar waktu ia masih bermain untuk Liverpool. Konon, Can sempat menyesal meninggalkan Liverpool terlalu dini.
Georginio Wijnaldum
Selain Emre Can, Georginio Wijnaldum juga menapaki karir yang luar biasa bersama Liverpool. Berbeda dengan Can yang tak sabar, Wijnaldum tergabung dalam skuad yang mencetak sejarah. Pemain berkebangsaan Belanda itu membantu The Reds meraih beberapa trofi bergengsi, termasuk Liga Inggris dan Liga Champions.
Namun, dengan alasan mencari tantangan baru, Wijnaldum memutuskan untuk hengkang. Beberapa bulan sebelum berpisah dengan Liverpool, sebelumnya ia selalu dikaitkan dengan Barcelona. Namun, PSG tiba-tiba datang dengan tawaran gaji yang lebih tinggi untuk menikung Barca di menit-menit akhir.
Kepindahan ini nyatanya jadi awal mimpi buruk Wijnaldum. Dirinya tak mampu menampilkan performa terbaik seperti apa yang ia tunjukan di Inggris. Gini bahkan cukup kesulitan untuk mengamankan posisinya di skuad utama Les Parisien hingga akhirnya dipinjamkan ke AS Roma. Sayangnya, hasilnya sama-sama buruk. Wijnaldum tak membaik sedikit pun. Kini, ia hanya bermain di Arab Saudi bersama Al-Ettifaq.
Divock Origi
Pemain terakhir yang bisa dibilang karirnya meredup setelah meninggalkan Liverpool adalah Divock Origi. Okey, Origi memang tak selalu menjadi pilihan utama di Liverpool. Ia bahkan sempat dipinjamkan ke beberapa klub sebelum akhirnya dikenal sebagai super sub yang mampu membawa perubahan di saat Liverpool mengalami deadlock.
Momen yang mungkin paling diingat adalah Liga Champions musim 2018/19 saat Origi membantu Liverpool bangkit dari ketertinggalan 3-0 di leg pertama dari Barcelona. Atau saat golnya mengunci kemenangan 2-0 atas Tottenham di partai puncak Liga Champions musim tersebut. Itu jadi momen yang membuat Origi begitu dihargai oleh fans dan kolega.
Namun, setelah delapan tahun di Anfield, Origi memutuskan meninggalkan Liverpool dan bergabung dengan AC Milan di tahun 2022. Sayangnya, Origi memang tak mampu berperan sebagai mesin gol utama. Ia hanya mencetak dua gol dari 36 pertandingan di semua kompetisi. Origi kemudian kembali ke Premier League untuk bergabung dengan Nottingham Forest dengan status pinjaman.
Sumber: Sempre Milan, Juventus, Sky Sport