Sergio Busquets, Si Cungkring Kesayangan Pep yang Dihina Seperti Kura-kura

spot_img

Sungguh keberkahan yang luar biasa bagi Barcelona menemukan talenta pada diri Sergio Busquest. Dirinya tak tahu kalau sedang diperhatikan asisten manajer Pep Guardiola yang melihatnya dengan sebelah mata.

Tito melihat gaya main Sergio Busquest yang sepertinya membiarkan pemain lain untuk tampil lebih dominan. Tak ada yang istimewa dan berkesan pada anak muda usia 19 tahun itu.

Bahkan Tito mengejek kalau permain ini layaknya hewan laut kura-kura yang berjalan sangat lambat. Hanya menang tinggi badan saja dibanding lainnya.

Namun ternyata Pep Guardiola menginginkan pemain yang masih bermain di Barcelona B itu untuk masuk sekuat tim senior Barcelona.

Seperti apa kehebatan Sergio Busquets sampai bisa menggeser dominasi gelandang Yaya Toure dan Seydo Keita di Barcelona?

Bakat dan Takdir yang Sudah Digariskan

Semua berawal dari Sabadell, kota terbesar kedua di Comarca Valles Ocidental Barcelona lahir seorang anak yang tak banyak bicara. Dia adalah Sergio Busquets yang lahir pada 16 Juli 1988.

Seperti kata pepatah yang populer buah jatuh tak jauh dari pohonnya terbukti pada diri Sergio Busquest. Ayahnya yang seorang pemain sepakbola, Busquets junior juga mengikuti jejaknya.

Ayah Sergio Busquest yaitu Charlos Busquest pernah bermain untuk tim Catalunya antara musim 1990-1999. Selama bermain untuk Barca, Charles Busquest ini cukup menyita perhatian.

Charles Busquest ini meski sebagai penjaga gawang tapi dia memiliki kemampuan pengolahan bola yang baik. Oleh pelatihnya Johan Cruyff, dia dijadikan sebagai kiper pengganti Andoni Zubizarreta.

Dikenal sebagai seorang anak dari Charlos Busquest memberikannya semacam privlige tersendiri. Ibarat kata, bapaknya sudah dikenal sebagai pemain penting Barca era 90-an meski sebagai kiper.

Kelak, anaknya Sergio Busquest menjelma sebagai seorang yang dikenal pemain yang dapat diandalkan. Mengikuti jejak bapaknya yang disukai oleh pelatihnya. 

Bukan hanya namanya saja yang menurun kepada dirinya, tapi pemahaman sepakbola juga. Nah, Sergio Busquest mewarisi apa yang dimiliki ayahnya. Lincahnya memainkan bola di lapangan sekaligus ketenangannya sebagai penjaga gawang. 

Berjuang dari Bawah

Meski ayahnya adalah seorang tersohor di Barca, tak lantas membuat Sergio Busquets tinggi hati. Sikapnya biasa saja dan terus memperbaiki caranya bermain sepakbola di lapangan.

Memang tidak dimulai dari 0 kalau kata orang bilang. Sergio Busquets bisa kita ibaratkan dia mulai di angka 3 atau bahkan 5. Tak lain dan tak bukan dari ayahnya Charlos Busquest yang disukai oleh Johan Cruyff. Dia tinggal memolesnya sedikit lagi untuk jadi sempurna.

Tentu, tanpa usaha dan hanya mengandalkan koneksi ayahnya dengan petinggi Barca, itu adalah tindakan yang bodoh. Sergio Busquets merangkak dengan bergabung ke tim lokal Badia del Valles. Dia membutuhkan waktu 3 tahun dari 2003 hingga 2005 hingga akhirnya dilirik oleh Pep Guardiola.

Kabar baiknya Sergio Busquets mendapat promosi untuk masuk akademi Barca. Dipilih bukan karena Pep berteman dekat dengan Charlos Buesquest. Namun karena ketenangan dalam memegang kendali bola ketika di kakinya serta mampu menganalisis ruang kosong dan kemudian memanfaatkan kelengahan lawan.

Percobaan Demi Percobaan

Untuk meyakinkan pelatih dan jajaran manajemen Barcca, Sergio Busquets harus menjalani serangkaian percobaan. Kala itu usia nya masih 17 tahun dan percobaan ini untuk menentukan apakah layak menjadi seorang pesepakbola rumput hijau atau pemain sepakbola jalanan.

Di akademi La Masia dia bekerja keras untuk bisa masuk ke tim divisi tiga atau tim utama Barcelona. Hingga akhirnya mendapat promosi masuk ke tim utama Barcelona.

Tak langsung ujug-ujug menjadi starter, ia masih jadi penghuni bangku cadangan. Kesempatan itu pembuktian ini datang, ia diuji kemampuannya saat Barca melawan melawan Racing Santander, tepatnya pada 13 September 2008. Meskipun tidak berhasil memenangkan pertandingan, tapi berakhir imbang 1-1.

Sergio Busquest kembali dimainkan lagi untuk melihat seberapa cakapnya sebagai pemain sepakbola. Tentu bukan untuk meremehkan, tapi untuk memastikan saja. 

Kesempatan itu tak disia-siakan Busquets, Barca berhasil membotaki FC Basel di kandangnya Stadion Jakob Park 5-0 pada 22 Oktober 2008. Lalu diuji lagi saat melawan Sakhtar Donetsk di Liga Champions UEFA pada awal Desember 2-3, tragisnya Barca kalah.

Untungnya nasib baik masih berpihak pada Sergio Busquets. Dia berhasil mencetak gol di menit-menit krusial yaitu menit ke-83. Dimana posisi Barca ketinggalan dua gol dari tim Ukraina Sakhtar Donetsk. Gol yang tak berhasil menyelamatkan Barca itu malah jadi penentu masa depannya.

Pep Kepincut Gaya Main Sergio Busquest

Meski tampil cukup baik dari 3 pertandingan bersama Barca, Busquets bisa meraih satu kemenangan, satu imbang dan satunya kalah. Tito yang saat itu bersama Pep Guardiola berkelakar.

“Lihat itu pemain buruk ini,” kata Tito Vilanova menunjuk Sergio Busquets yang sedang bermain. Bermain pelan seperti kura-kura. Memang Sergio Busquest tak seperti yang lainnya yang memiliki kecepatan.

Tetapi dari sini Pep melihatnya dengan cara yang beda. Walau Busquest tak memiliki skill berlari cepat, tapi dia tahu situasi dan kondisi.

Pemain yang kelihatan cungkring ini seakan menyihir mata Pep Guardiola. 

“Saya tidak membutuhkan pemain yang kuat. Tapi saya membutuhkan pemain yang tahu cara keluar dari tekanan,” kata Pep Guardiola.

Seperti orang jatuh cinta, tahi kucing saja jadi rasanya cokelat. Pep Guardiola bahkan mempromosikan Sergio Busquest ke tim senior Barcelona. Alih-alih meragukan kemampuan bocah yang baru lulus SMA kala itu. 

Tapi karena itu sudah jadi keputusan sang Manajer Pep Guardiola, Tito sebagai asisten bisa apa. Ini semua hanya perbedaan prinsip saja. 

Kemampuan Diri dan Kecocokan Pelatih

Baik Sergio Busquets maupun ayahnya Charlos Busquest memilki kedekatan terhadap pelatihnya. Kala itu Charlos Busquets mampu memberikan penampilan yang terbaik. Membuat kagum Johan Cruyff pelatih Barca kala itu.

Hal yang sama pun terjadi pada Sergio Busquest. Pep Guardiola melihat mentalitas anak Charlos Busquets ini cocok dengan skema taktik yang dimilikinya. 

Kemampuan diri yang baik pasti akan segera dilirik oleh sang pelatih. Itulah yang terjadi pada ayah dan anak ini seperti mengulang sejarah saja. Tanpa adanya kemampuan, tak mungkin dia dipilih untuk memperkuat Barcelona.

Akhirnya Sergio Busquets menandatangi kontrak pertamanya dengan Blaugrana pada 22 Desember 2008. 

Kehadirannya Menggeser Yaya Toure dan Seydou Keita

Debutnya dimulai di musim 2008-2009, Busquets belum menjadi pemain inti Barcelona. Namun kehadirannya membawa harapan baru bagi Blaugrana. Pasalnya musim itu pemain-pemain belakang di Barca didera cedera. Kondisi ini membuat Pep Guardiola harus memainkan pemain cadangan dan kebetulan ada Busquets. Padahal kala itu Barcelona sedang berat-beratnya melawan tim-tim besar.

Di lini belakang ada Gerard Pique dan dan Puyol yang sedang cedera. Yaya Toure pun diminta jadi bek tengah saat itu. Sementara Sergio Busquets jadi seorang gelandang bertahan. Sedari itu Pep Guardiola mengandalkan Busquets ketimbang pemain hebat internasional seperti Yaya Toure dan Seydou Keita. 

Laga final UEFA Champions League Pep Guardiola mencoba memainkan Busquets karena kosongnya lini belakang Barca. Padahal saat itu harus melawan MU di laga final.  Sergio Busquets membayarnya dengan penampilan apik bersama Xavi dan Andreas Iniesta.

Meski pada awal penampilannya rawan kesalahan, tapi Busquets berhasil menutupinya dengan gaya mainnya yang serba bisa. Bila dibutuhkan bertahan, dia bisa. Ketika harus membantu penyerangan, dia mampu. Bahkan menciptakan assist yang berujung gol.

Akhirnya laga dimenangkan Barca yang saat itu melawan MU dengan skor 2-0. Pep Guardiola terkesan akan pertunjukkan sepakbola Busquets yang mampu berkolaborasi dengan Xavi dan Andreas Iniesta.

Karir Busquets makin cemerlang di musim-musim selanjutnya. Menjelma sebagai pemain inti yang diandalkan Pep Guardiola.

Sementara Yaya Toure kehilangan perannya di tim Barca. Hingga pada akhirnya Pep menyetujui penjualan Yaya Toure di musim 2010-2011 senilai 24 Euro.

Pep tak salah pilih karena Busquet bermain sangat baik di musim pertamanya. Busquets bermain untuk menciptakan peluang demi peluang.

Tidak peduli dengan pendapat para Fans Blaugrana yang menganggap itu keputusan yang berani. Menurut mereka Yaya Toure dan gelandang Seydo Keita lebih kompeten, apalagi ini laga final.

Si Suka Diving yang Terlihat Mengintip

Seperti kata Pep, Busquets adalah karakter pemain yang menggunakan otaknya. Saking pintarnya dia memanfaatkan daya pikirnya itu untuk mengelabui wasit.

Thiago Motta adalah satu dari sekian pemain yang pernah menyaksikan aksi Diving Sergio Busquets. Pemain Inter Milan ini karena kehilangan kesebarannya harus mendorong Busquets saat laga Liga Champions UEFA.

Kronologinya antara Thiago Motta dan Sergio Busquets ini sedang duel memperebutkan bola atas. Seperti biasa sapuan tangan digunakan untuk mendapatkan bola atas.

Tak dinyana, tangan Thiago Motta menyapu sedikit muka Sergio Busquets. Sebenarnya tak menjadi masalah, namun anehnya Busquest berguling-guling. Aksi konyolnya ini terlihat oleh mata kamera yang membuat siapa saja tersenyum sinis.

Saat itu wasit Frank de Bleeckere meyakini kalau akting diving Busquets ini bukan rekaan. Tetapi publik melihat Sergio Busquets sedang pura-pura terjatuh.

Sergio Busquets terlihat mengintip ke arah kamera!

Sayang sekali dalam karir sepakbolanya harus dinodai dengan hal yang tidak fair. Tak hanya dibenci oleh beberapa pemain, ia juga masuk dalam pemain yang suka diving sepanjang sejarahnya menurut Wikipedia. Tentu rekor ini tak sepadan dengan kemenangan atas Inter Milan 1-0.

Pemain yang Intuitif dan Cerdik

Ya, namanya juga manusia selalu ada hal baik dan buruk yang menyertainya. Manusia bukan malaikat yang serba baik dan sempurna perilakunya. Sergio Busquets memang sering membuat pemain lawan dongkol oleh aktingnya di lapangan.

Tapi terlepas dari itu semua, pemain kepercayaan Pep Guardiola untuk memainkan Tiki-taka ini punya sisi terbaiknya sebagai pesepakbola. Dia memiliki intuisi yang tajam saat di lapangan.

Hal itu diakui oleh gurunya Pep Guardiola sendiri yaitu Johan Cruyff. Dalam artikel el-Periodico.com Cruyff mengatakan kalau Busquets ini tahu kapan harus berlari mencegat bola dengan berlari secukupnya. Dengan dan tanpa bola dia bertindak sebagai layaknya veteran.

“Dengan bola dia membuat hal sulit jadi mudah,” kata Johan Cruyff. 

Tekel yang Mematikan

Selain skilnya yang menawan dan jago diving, Busquets juga memainkan apa yang dilakukan pemain bek legendaris Barca. Kemampuan tekelnya hampir sama seperti Puyol yang menekankan pada bola. Meski tak seganas Puyol gerak-geriknya.

Ketika lawan sedang memegang bola, Busquets dengan sigapnya mentekel. Tentu ini mematahkan serangan balik lawan yang sedang dibangun. Kemampuan tekel bersih Busquets membawa timnya meraih gelar juara berkali-kali.

Pemain Barca yang Tak Tergantikan

Selama 722 pertandingan, dirinya mampu mengantarkan Barcelona ke berbagai kejuaraan. Debutnya bersama Barca dari 2008-2023 menorehkan namanya dalam sejarah kejayaan Blaugrana. 

Total dirinya mengoleksi 18 gol dan 40 assist selama di Barca.

Gelar kejuaraannya langganan tiap tahun. Diantaranya 8 gelar Laliga, 7 Copa Del Rey, 7 Piala Super Spanyol, 3 juara Liga Champions UEFA, 3 piala Super UEFA dan 3 piala dunia Antar Klub FIFA. Belum lagi debutnya saat memperkuat timnas Spanyol sebanyak 143 kali. 

Busquets seakan mengubah mindset yang selama ini jadi anggapan banyak orang kalau pemain gelandang itu harus sat-set. Justru Busquets ini malah meruntuhkan itu. 

Memberi warna baru pada Barca yang kala itu pemainnya cenderung pendek seperti Lionel Messi, Xavi Hernandes dan Andreas Iniesta. Dan, Busquets bertubuh tinggi sampai 189 cm.

Sepeninggal pelatih Pep, Busquets masih menjadi pilihan penting bagi Barca. Hal ini diakui pelatih Xavi hernandes yang selalu mengandalkan peran Sergio Busquets. Xavi bahkan menyayangkan kalau Busquets harus meninggalkan Barca.

“Saya ingin dia melanjutkan. Secara taktik dia yang terbaik.” kata Xavi.

Barca di Ujung Kebangkrutan

Raihan gelar juara menjadikan Barca jadi salah satu klub elite Eropa. Membuat masa depan pemain Barca menjadi lebih panjang karena mereka berjasa untuk pemasukan klub. Namun itu tak berlangsung lama.

Sebab Agustus 2022 adalah mimpi buruk bagi Barca. Manajemen klub melaporkan utangnya yang mencapai 1 milar Euro. Kondisi finansial Barca yang buruk ini berdampak pada masa depan Sergio Busquets.

Permintaan pengurangan gaji terhadap beberapa pemain bergaji tinggi pun terpaksa dilakukan. Tak terkecuali sang kapten Sergio Busquets. Tentu ini hal yang sulit untuk diterima pemain-pemain yang telah berjasa untuk klub.

Tawaran gaji lebih murah harus disetujui Sergio Busquets jika ingin tetap melanjutkan kiprahnya di Barcelona. Ia menolak menandatangani tawaran itu dan lebih memilih pindah ke klub lain.

Media kala itu sudah berspekulasi kalau Busquets akan mengikuti jejak rekannya Lionel Messi saat di Catalan. Rekan setim yang telah menemaninya selama 2008 hingga 2021.

Sampai selesainya masa kontrak Busquets, tak ada lagi masa depannya di Barca. Sergio Busquet pun akhirnya menerima tawaran untuk bergabung ke Inter Miami pada pertengahan musim 2023.

Perpisahan dengan Barcelona Setelah Sekian Lama

Era Sergio Busquets berakhir. Barca kini tidak lagi memiliki gelandang sehebat Busquets. Alasan finansial klub harus mengakhiri masa depannya.

Perpisahan pun digelar dan disebarkan lewat akun Twitter FC Barcelona yang memberikan pesan khusus pada diri Busquest saat bertemu pertama kali. Anak muda berbakat meski banyak yang meremehkannya.

Dalam acara pelepasan Sergio Busquest yang digelar di Stadion yang bersejarah bagi dirinya selama 15 tahun. Bukan waktu yang sebentar bagi Busquets. 

Cukup meriah dengan dihadiri rekan setim, manajemen klub duduk menonton Busquets. Tak terkecuali Pep juga hadir meski melalui via online.

“Ibumu, orang tuamu sangat beruntung memilikimu. Selamat atas karir Anda di klub ini. Aku sangat mencintaimu. Saya tahu Anda akan menjadi pelatih suatu saat nanti. Saya menantang Anda untuk berada di bangku kepelatihan.” 

Musim 2023-2024 adalah akhir dari segalanya. Busquets meninggalkan Camp Nou dan menuju Inter Miami untuk menjajal kembali hal baru. 

Dari Busquest, kita belajar tentang bagaimana  menjadi diri sendiri.

“Merupakan suatu kehormatan, mimpi, sumber kebanggaan dan sangat berarti untuk mempertahankan dan mewakili lambang ini selama bertahun-tahun. Meskipun itu bukan keputusan yang mudah, saya pikir waktunya telah tiba,” kata Busquets.

Busquest, jasamu untuk Blaugara sangat trengginas sampai mengantarkan klub juara berkali-kali. Impianmu di Barcelona sudah tercapai, sekarang lanjutkan petualanganmu.

Pada akhirnya kita belajar bahwa privilage tanpa usaha untuk mengimbangi dengan kemampuan, maka tak ada gunanya. Mau sehebat apapun orang tua kita. Sergio Busquets memberi pelajaran yang besar itu pada kita semua.

Sumber: Vavel, Sportskeeda, Wikipedia, Bleacherreport, grantland, fcbarcelona, el-periodico.com, relevo, goal, eurosport, espn, the guardian,

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru