Presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) Sheikh Salman bin Ibrahim Al-Khalifa sempat mengatakan bahwa setelah tahun 2022, Asia akan menjadi krusial bagi dunia sepakbola. Selain sukses menjadi tuan rumah pesta sepakbola sebesar Piala Dunia, sepakbola Asia berhasil mendatangkan Cristiano Ronaldo, untuk menjadi wajah baru persepakbolaan mereka. Ia dikontrak selama dua tahun oleh klub kaya raya asal Arab Saudi, Al-Nassr.
Saat Ronaldo menyetujui kontrak dengan Al-Nassr, jutaan pasang mata langsung mengalihkan pandangan mereka ke sepakbola Asia. Media-media langsung mengulas tentang dinamika sepakbola Asia. Namun, jauh sebelum Ronaldo, ternyata sudah banyak pesepakbola top yang pindah ke Asia dan mengakhiri karirnya di sana. Siapa saja mereka?
Daftar Isi
Fabio Cannavaro
Fabio Cannavaro jadi nama pertama. Meski sempat diremehkan karena tinggi badannya, karir Cannavaro justru makin gemilang setelah mengantarkan Timnas Italia merengkuh gelar juara dunia pada tahun 2006. Berkat performa apiknya di ajang tersebut, Cannavaro bahkan dianugerahi trofi Ballon d’Or di tahun yang sama. Suatu hal yang jarang seorang bek memenangkan gelar individu paling berharga tersebut.
Setelah Piala Dunia, Cannavaro bergabung dengan Real Madrid dan membantu tim meraih dua trofi La Liga. Setelah tiga musim membela Los Blancos, Cannavaro kembali ke Juventus. Namun, karena cedera lutut yang ia alami, performanya kian menurun. Ia hanya semusim di Juve sebelum akhirnya menepi ke Uni Emirates Arab bersama Al-Ahli tahun 2010.
Al-Ahli bukan satu-satunya klub Asia yang dibela Cannavaro. Setelah kurang lebih satu setengah musim bermain untuk Al-Ahli, ia hijrah ke India dan bergabung dengan Bengal Tuskers. Di sanalah Cannavaro mengakhiri karirnya.
Xavi Hernandez
Selanjutnya ada legenda Spanyol yang kini tengah melatih Barcelona, Xavi Hernandez. Selama hidupnya, Xavi hanya membela dua klub saja yakni Barcelona dan klub Liga Qatar, Al-Sadd.
Debutó en agosto de 1998. Dejó Barcelona en junio de 2015. 17 temporadas, 25 trofeos. Un viaje a Medio Oriente. Como Romário, pero por más tiempo, Xavi 🇪🇸 estuvo Al-Sadd 🇶🇦. Cerró su etapa como jugador y se hizo DT allí. Hasta volver al Barça. pic.twitter.com/tEPdZ2pR28
— VarskySports (@VarskySports) January 3, 2023
Xavi memutuskan untuk meninggalkan klub yang membesarkan namanya itu pada tahun 2015. Kala itu, gelandang asal Spanyol itu mengklaim kalau dirinya sudah tak bisa lagi menampilkan 100 persen kemampuannya untuk Barca. Jadi ia bergabung dengan klub di luar Eropa yakni, Al-Sadd.
Di negara pengekspor minyak itu, Xavi bermain selama empat tahun. Ia berhasil mengantarkan Al-Sadd untuk mendulang berbagai gelar prestisius macam Liga Super Qatar dan Piala Emir. Pasca gantung sepatu pada 2019, Xavi langsung ambil kendali sebagai juru taktik Al-Sadd dan membangun reputasi sebagai pelatih muda potensial.
David Villa
Selain Xavi, mantan rekannya di Barcelona yakni David Villa juga mengakhiri karirnya di sepakbola Asia. Tepatnya di Jepang bersama Vissel Kobe. Selama karirnya, Villa bukan striker sembarangan. Itu terbukti dari capaiannya bersama tim nasional Spanyol.
Villa telah mencetak 59 gol dari 98 kali mentas bersama La Furia Roja. Torehan itu membuatnya berada di puncak daftar pencetak gol terbanyak Timnas Spanyol hingga saat ini. Ia juga tergabung dalam generasi emas Spanyol yang meraih dua trofi Euro pada tahun 2008 dan 2012 serta satu gelar Piala Dunia tahun 2010.
Sedangkan di level klub, nama David Villa harum saat membela Barcelona antara 2010 hingga 2013. Meski hanya tiga musim, Villa sudah mempersembahkan delapan trofi untuk La Blaugrana.
Setelah dari Barca, mantan penyerang Timnas Spanyol itu sempat berseragam Atletico Madrid, New York City, dan Melbourne City, sebelum akhirnya menyusul Andres Iniesta ke Vissel Kobe tahun 2018. Sayangnya, dengan usia yang sudah tak muda lagi, ia pun hanya bertahan satu musim tanpa meraih gelar apa pun di Jepang.
Samuel Eto’o
Samuel Eto’o juga mengakhiri karirnya sebagai pesepakbola Asia bersama Qatar SC di usia 38 tahun. Nama Eto’o mulai mencuat ketika ia bergabung dengan Barcelona pada tahun 2004. Bersama tim Catalan, Eto’o bermain selama lima musim dengan memenangi delapan trofi, termasuk dua gelar Liga Champions.
Samuel Eto’o has signed for Qatar SC pic.twitter.com/FwJnMnBtK7
— Football Transfer (@Footy_Transferr) August 15, 2018
Selepas dari Barca, Eto’o pindah ke Inter Milan pada musim 2009/10. Di sana ia sukses meraih treble pada musim pertamanya. Selama lebih dari dua dekade menjadi pesepakbola, mantan striker Everton dan Chelsea itu pernah bermain untuk 13 klub berbeda, dan Qatar SC menjadi klub terakhirnya.
Eto’o hanya menghabiskan satu musim di Qatar. Ia mencetak enam gol dan satu assist dalam 18 penampilan sebelum resmi pensiun dari sepakbola tahun 2019. Setelah pensiun, pemain yang pernah bermain di Mallorca itu menjabat sebagai ketua federasi sepakbola Kamerun sejak 2021 lalu.
Diego Forlan
Selanjutnya ada legenda Manchester United, Diego Forlan. Pemain berkebangsaan Uruguay itu telah membangun karirnya sebagai salah satu bomber kelas atas di Eropa. Klub-klub yang ia bela pun bukan sembarangan. Dari Atletico Madrid, Manchester United, hingga Inter Milan.
Setelah menepi dari sepakbola Eropa, Forlan sempat pulang kampung ke Uruguay dan bergabung dengan Penarol. Ia sempat menjuarai Liga Uruguay selama di Penarol. Forlan bahkan pernah dirumorkan akan bergabung dengan Kalteng Putra.
Namun, Forlan justru bergabung dengan klub India, Mumbai City. Selama bertugas di Mumbai, Forlan mencetak 2 gol dalam 10 penampilan. Dia membantu Mumbai mencapai semifinal Liga Super India.
Setelah India, pada tahun 2017, Forlan menjajal Liga Hongkong bersama Kitchee SC. Selama waktunya di Kitchee, Forlán mencetak 8 gol dalam 15 penampilan dan membantu tim memenangkan gelar Liga Utama Hong Kong. Kitchee pun jadi klub terakhir Forlan sebelum akhirnya pensiun di tahun 2019.
Alessandro Del Piero
Alessandro Del Piero merupakan legenda Italia yang dikenal sebagai sosok yang setia bersama Juventus. Kala klubnya terjerat kasus calciopoli pada medio 2006, ia memutuskan untuk tetap bersama Juve meski tawaran dari beberapa klub datang menghampiri.
On this day in 2012, Italian legend Alessandro Del Piero joined Sydney FC 🇮🇹 pic.twitter.com/V7FitjfuHJ
— Daily Oz Football (@dailyozfootball) September 5, 2020
Kebersamaan pemenang Piala Dunia 2006 bersama Juventus usai pada 2012. Kala itu, ia langsung memutuskan untuk tidak bermain bersama klub Eropa selain Juventus. Maka dari itu, ia langsung mengasingkan diri ke Liga Australia untuk memperkuat Sydney FC selama dua musim. Selama berseragam Sydney FC, Del Piero mampu menyumbangkan 24 gol dalam 48 penampilan.
Setelah dari Australia, ia bergabung dengan tim Liga Super India, Delhi Dynamos dan mencetak 4 gol dalam 14 penampilannya di sana. Namun, waktunya di klub itu berumur pendek karena ia memutuskan pensiun di akhir musim 2014/15.
Marco Materazzi
Satu lagi legenda Italia yang mengakhiri karirnya di sepakbola Asia adalah Marco Materazzi. Peraih trofi Piala Dunia 2006 ini telah membangun karir yang gemilang di sepakbola Italia bersama Perugia dan Inter Milan. Bersama Internazionale lah Marco Materazzi dikenal sebagai salah satu bek tangguh Italia, namun juga erat dengan kontroversi.
Setelah sepuluh tahun bersama, pemain yang sempat bersitegang dengan Zinedine Zidane ini pun berpisah dengan Inter di tahun 2011. Ia tak langsung mencari klub baru, melainkan ia memilih untuk vakum dari dunia sepakbola selama empat tahun lamanya. Sudah tak terdengar kabarnya, tiba-tiba Materazzi muncul di Liga India bersama Chennaiyin FC pada tahun 2014.
Materazzi menandatangani kontrak dua musim dengan Chennaiyin. Di tahun pertamanya, Materazzi langsung mengantarkan klubnya juara Liga Super India. Setelah itu ia menjalani musim keduanya dan memutuskan untuk gantung sepatu di akhir musim.
https://youtu.be/T-US-PupzJs
Sumber: Khelnow, Sportskeeda, Sky Sport, Goal, Daily Post


