Mengenakan kopiah kedodoran, Patrick Kluivert diperkenalkan sebagai pelatih Timnas Indonesia. Konferensi pers yang dihelat Minggu kemarin menjawab segala spekulasi yang beredar. Pertanyaan-pertanyaan yang lalu lalang di pikiran juga sedikit demi sedikit terjawab. Apalagi usai diperkenalkan, Kluivert langsung podcast dengan Najwa Shihab.
Dari apa yang disampaikan mantan pemain Newcastle United itu ada beberapa hal yang patut diperhatikan. Dari sekian banyak hal itu ada yang paling menarik. Patrick Kluivert akan menghapus tiga jejak Shin Tae-yong di Timnas Indonesia. Patrick Kluivert menjanjikan tiga perubahan besar Timnas Indonesia, yang itu tidak ada di era Shin Tae-yong. Apa saja perubahan-perubahan itu, menarik untuk kita telusuri.
Daftar Isi
Pemilihan Pemain
Pertama adalah soal pemilihan pemain. Mantan top skor EURO 2000 itu akan menerapkan strategi baru dalam memanggil pemain ke tim nasional. Dulu, di era pelatih sebelumnya, pemain yang memperoleh menit bermain sedikit di klub masih mendapat kesempatan di tim nasional. Sebaliknya, justru pemain-pemain yang sebetulnya memiliki jam terbang di level klub malah tidak dipanggil.
Orang mungkin akan mudah menyebut misalnya, Pratama Arhan. Lakinya Azizah Salsha tersebut sering dipanggil ke tim nasional. Bahkan dia diturunkan oleh Shin Tae-yong di beberapa kesempatan, walau terkadang Arhan gagal menjawab kepercayaan STY. Padahal Arhan bukan hanya tak mendapat menit bermain banyak, tapi nyaris tidak mendapat menit bermain sama sekali.
Optastrut — Jumlah total menit video reels (non-iklan) yang di-upload Pratama Arhan di Instagram selama 2024 (08:45) hanya selisih sekitar 45 detik saja (~09:30) dari menit bermainnya di Suwon FC tahun ini.
7 reels, 2 penampilan di klub. Tipis. pic.twitter.com/9KprXy7GDR
— Strootsy (@strootsys) October 7, 2024
Konteksnya adalah kemarin, ketika Arhan masih berseragam Suwon FC. Ia bahkan tercatat cuma bermain empat menit saja bersama Suwon FC. Namun, sebetulnya kalau mau fair, bukan cuma Arhan, pemain yang minim menit bermain tapi tetap dipanggil STY. Beberapa pemain diaspora juga begitu.
Ragnar Oratmangoen, Justin Hubner, hingga Rafael Struick kemarin-kemarin juga jarang mendapat menit bermain di klub. Tetapi mereka masih saja dipanggil oleh Shin Tae-yong. Khusus Rafael Struick malah lebih sering dipasang di lini depan, padahal ada striker yang lebih banyak menit bermainnya di klub seperti Ramadhan Sananta.
Nah, Patrick Kluivert tidak akan memanggil pemain yang menit bermain kurang apalagi nggak ada. “Jika para pemain tidak punya playing time di klub, maka dia tidak bisa dapat kesempatan,” tegas Patrick Kluivert.
Para pemain yang punya menit bermain yang minim di klubnya kayaknya gak bakal dapet tempat di skuad Timnas Indonesia 🇮🇩 era Patrick Kluivert 👀
Ini tadi jawaban dari Kluivert waktu ditanya sama pundit DPI @firzieidris. Kluivert pun memberikan pujian untuk pertanyaan ini 👏 pic.twitter.com/lhzgkWA6cQ
— Jebreeetmedia (@jebreeetmedia) January 12, 2025
Yang cukup menarik, Kluivert tidak cuma memberi janji saja seperti politikus, tapi juga langkah-langkah konkretnya. Ia akan memantau, bukan cuma dari segi playing time, lalu dipanggil kemudian datang bermain, tapi juga akan benar-benar mengecek bagaimana para pemainnya berlatih. Apakah si pemain mendapat latihan ekstra di klubnya atau tidak.
PR Klub Liga 1
Wah ini akan jadi PR tersendiri bagi klub-klub, khususnya di Liga 1. Tak dapat dipungkiri, Timnas Indonesia membutuhkan pemain muda selain naturalisasi. Ha mosok mau naturalisasi terus? Sementara para pemain muda, bibit-bibit unggul calon punggawa tim nasional kebanyakan bermain di Liga 1.
Persoalannya, acap kali mereka tidak mendapatkan menit bermain yang cukup di klub. Sekalipun sudah berlabel tim nasional. Jangankan yang muda, yang matang pun kadang menit bermainnya di klub Liga 1 sedikit.
Shin Tae-yong menilai kondisi fisik pemain di Liga Indonesia relatif buruk ketika bermain untuk level Tim Nasional menghadapi lawan dari negara-negara kuat.
STY menilai rata-rata playing time Liga 1 per pertandingan saat ini hanya 35 menit. Sedangkan kompetisi yang baik… pic.twitter.com/8IXRCcgNMi
— Siaran Bola Live (@SiaranBolaLive) February 18, 2024
Shin Tae-yong pernah mengkritik hal itu. Mengutip Tempo, pelatih yang pernah membekuk Jerman di Piala Dunia 2018 itu mengatakan, para pemainnya di Liga 1 hanya memperoleh rata-rata menit bermain 35 menit. Durasi itu, menurut STY, berada di bawah standar, yang mana seharusnya setiap pemain diberikan rata-rata menit bermain 60 menit.
Kita tentu tidak bisa menuntut klub-klub luar negeri mengikuti standar playing time. Tapi kalau di Liga 1, PSSI bisa melakukan itu. Apabila selaras dengan rencana Patrick Kluivert, PSSI bisa mendorong klub Liga 1 memberi menit bermain pada pemain-pemain muda. Ini juga akan bagus dalam pembinaan. Tapi yah, itu bila PSSI masih peduli sama pembinaan.
Bermain Menyerang dan Penguasaan Bola
Setelah pemilihan pemain, yang kedua, Patrick Kluivert bakalan mengubah gaya bermain Timnas Indonesia. Di era Shin Tae-yong, Pasukan Garuda menerapkan gaya permainan yang cenderung bertahan dan mengandalkan serangan balik cepat. Pertunjukkan permainan semacam ini akan dianggap jelek oleh pundit yang punya dua hape.
Kluivert yang taqlid pada Johan Cruyff akan mengubah gaya main Timnas Indonesia menjadi lebih menyerang, dan bermain penguasaan bola. Perkara yang kedua ini, pemain mesti bersiap-siap dengan pola latihan Kluivert. Sang pelatih akan memaksa para pemain agar berani memegang bola.
Patrick Kluivert berbicara di konpers tentang dampak sebagai target jangka pendek dan bermain possession & attacking football.
Menarik untuk menantikan cara beliau meng-install filosofi bermainnya sambil membawa dampak instan kpd tim.
Gak sedikit pelatih yang struggle soal ini. pic.twitter.com/6eu7Eixdcj
— Kevin William (@kevinbahasbola) January 12, 2025
Selama ini para pemain timnas kekurangan keberanian dalam memegang bola. Kendati di era STY, hal semacam itu pelan-pelan mulai terkikis. Mungkin pekerjaan Kluivert akan lebih mudah karena tidak perlu mengajari basic umpan-umpan, karena itu sudah dilakukan oleh STY.
Kluivert memang suka bermain penguasaan bola. Saat menukangi Timnas Curacao, tim ini disulap layaknya Belanda yang bermain total voetbal. Curacao era Kluivert sering mendominasi permainan. Namun yah jangan ditanya hasilnya. Kebanyakan kalah daripada menang.
STY Sudah Pernah Main Penguasaan Bola
Ihwal penguasaan bola, kalau ditelisik kembali, STY juga pernah memakai strategi tersebut. Walau dikenal pelatih pragmatis, hanya mau bertahan dan melakukan serangan balik, tapi sang pelatih pernah meminta para pemain timnas untuk menguasai permainan. Tapi bagaimana hasilnya?
Di laga melawan China, kalah. STY meminta pemain untuk menguasai permainan padahal lawannya adalah China. Alhasil, persentase penguasaan bolanya pun tinggi, yakni 76%. Tapi strategi penguasaan bola itu dikonter dengan mudah lewat negative football Branko Ivankovic.
Indonesia bisa menguasai bola, tapi juga tidak sulit untuk kehilangan bola. Saat itu terjadi, China dengan mudah melakukan serangan balik. Bukan tidak mungkin bila itu diterapkan lagi, resikonya akan sama. Tapi Kluivert yang punya pengalaman di dunia taruhan, pasti memiliki pertimbangan dalam menerapkan sebuah gaya bermain.
Toh, kata Kluivert, gaya bermain ini juga fleksibel. Selain itu, untuk urusan taktik Timnas Indonesia, Alex Pastoor mungkin akan lebih banyak berperan. Kita tunggu saja.
Perubahan Formasi
Karena gaya bermainnya akan berubah, formasi pun ikutan berubah. Demi mengusung permainan ofensif, formasi yang akan dipakai Kluivert adalah 4-3-3. Berbeda dengan Shin Tae-yong. Pelatih asal Korea Selatan itu menerapkan skema 3-4-3 maupun 3-5-2. Walaupun sebenarnya itu cuma di atas kertas. Strategi Shin Tae-yong kenyataannya selalu berubah-ubah.
Secara prinsip mungkin memakai skema tiga bek, lewat varian 3-4-3 maupun 3-5-2 atau 3-4-2-1. Tapi pada praktiknya, kata pundit sepak bola Anton Sanjoyo, tidak bisa terbaca dengan jelas mana strategi yang dipakai oleh STY. Karena taktiknya berubah, formasinya berganti, para pemain mesti menyesuaikan lagi. Akan ada perbedaan memasang tiga bek dengan empat bek di lini belakang.
Namun, kata Anton Sanjoyo, perubahan itu tidak masalah. Toh Kluivert juga Alex Pastoor mungkin tidak akan saklek menggunakan 4-3-3. Bisa jadi 4-2-3-1 atau 4-4-2 yang lebih balance. Kendati perubahan ini tak masalah, menurut pandit yang akrab disapa Bung Joy itu, para pemain, khususnya pemain belakang Timnas Indonesia perlu beradaptasi.
Bung Joy yakin para pemain belakang timnas bisa melakukannya dengan cepat. Ya walaupun di era sepak bola sekarang, tidak perlu terlalu pusing memikirkan formasi. Bergas Agung Brilianto di The Flanker pernah menulis, bahwa sepak bola makin dinamis, taktik tak lagi sebatas formasi apa yang akan digunakan. Hasilnya, sebuah tim akan makin sulit dibaca lawan.
Well, itu tadi perubahan yang dijanjikan oleh Patrick Kluivert. Kita akan tunggu apakah perubahan itu beneran direalisasikan atau sekadar omon-omon. Terlepas dari itu, mari kita tetap mendukung Timnas Indonesia. Ya, kali nggak mendukung?
https://youtu.be/AG2Pf_EUPg8
Sumber: BolaKompas, CNNIndo, Tempo, Viva, Bolacom, TheFlanker, Tempo