Nasib Apes Stefano Lilipaly yang Kembali Tak Dipanggil Timnas Indonesia

spot_img

“Gimana ya, mau bicara tapi pelatih itu memang unik. Kurang bisa menilai kontribusi pemain. Kecuali netizen bicara, baru dia agak panik mungkin.” Meski ditulis dengan nada bercanda, cuitan Nabil Husein selaku presiden klub Borneo FC itu tampaknya jadi sindiran keras bagi pelatih tim nasional Indonesia, Shin Tae-yong.

Nabil menyoroti tak adanya nama Stefano Lilipaly di daftar skuad Timnas Indonesia yang akan berhadapan dengan Brunei Darussalam Oktober kemarin. Doi makin resah karena Lilipaly kembali tak dipanggil untuk laga menghadapi Irak dan Filipina dalam putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Sang presiden menilai pemainnya itu sedang dalam top performa bersama Borneo. Bahkan Lilipaly berperan penting dalam mengantarkan klub asal Samarinda itu memuncaki klasemen sementara Liga 1. Lantas, mengapa Shin Tae-yong tak memberikan kesempatan kepada Lilipaly?

Performa di Borneo FC

Kegusaran Nabil Husein tentunya bukan tanpa alasan. Meski berstatus pemain buangan dari Bali United, Nabil merasa Lilipaly masih menunjukan performa menawan bersama Borneo.

Secara statistik, pemain kelahiran Belanda itu sudah mencetak sembilan gol dan sepuluh assist dari 19 pertandingan di Liga Indonesia musim ini. Dengan torehan itu, ia jadi pemain lokal tersubur di kompetisi tersebut. Catatan tersebut bahkan sudah melampaui jumlah golnya musim lalu, yakni delapan gol.

Tandanya performa Lilipaly belum mengalami penurunan meski sudah berusia 33 tahun. Lilipaly juga berhasil membawa Borneo FC menjadi penantang gelar Liga 1 musim ini. Hingga pekan ke-19, Borneo masih bertengger di puncak klasemen Liga Indonesia dengan perolehan 41 poin.

Kegemilangan Lilipaly pun mendapat pengakuan dari rekan-rekan satu tim. Salah satunya Adam Alis yang justru dipanggil ke Timnas Indonesia. Menurutnya, Borneo sudah kehilangan beberapa pilar penting di akhir musim lalu. Namun, ia tak khawatir karena masih memiliki goal getter jempolan dalam diri Lilipaly.

Adam menambahkan kalau penampilan Lilipaly membuatnya terpukau. Seniornya itu jadi sosok penting yang membuat Borneo menjadi lebih baik dari musim lalu. Mantan pemain FC Utrecht itu muncul sebagai jawaban dari kebutuhan tim dalam menciptakan peluang dan mencetak gol.

Tak Dipanggil Timnas 

Meski menampilkan performa yang konsisten dan menuai pujian dari berbagai pihak, Stefano Lilipaly tetap saja tak membuat Shin Tae-yong tergoda untuk memasukan namanya ke tim nasional Indonesia. Pelatih asal Korea Selatan itu justru masih saja memanggil striker yang timnya sedang berjuang di zona degradasi.

Hal ini pun menimbulkan reaksi, mengingat ini jadi kali kedua Lilipaly tak masuk dalam skuad Timnas Indonesia. Selain tak dipanggil untuk memperkuat Indonesia di putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026, mantan pemain Bali United itu juga tak dipanggil saat Timnas Indonesia dua kali menghadapi Brunei Darussalam kemarin. 

Caps terakhir Lilipaly terjadi pada laga kontra Turkmenistan September lalu. Di laga tersebut ia tampil sebagai pemain cadangan. Meski hanya bermain selama 19 menit, Lilipaly membuktikan diri dengan mencatatkan satu assist untuk gol Egy Maulana.

Terlalu Individual

Untuk menjawab pertanyaan di awal, analis sepakbola, Ardy Nurhadi Shufi telah menyampaikan beberapa alasan mengapa Lilipaly tak masuk skuad Timnas Indonesia. Salah satunya adalah karena sang pemain dinilai terlalu overpower di Liga Indonesia. Loh, bukannya itu baik bagi tim nasional?

Liga Indonesia memang sering mengandalkan kehebatan satu pemain atau individual brilliance. Nah, Lilipaly masuk kategori itu lantaran dirinya menunjukan performa mencolok sehingga terkesan menggendong Borneo FC jadi juara paruh musim. Nah, Shin Tae-yong punya perspektif lain.

Tipikal permainan Coach Shin adalah soal membangun sistem yang terintegrasi dan mengandalkan kerjasama tim. Jadi, pemain yang menjadi spotlite bukan prioritasnya. Namun, menurut analisis tadi, bukan berarti Lilipaly nggak bisa bermain mengikuti sistem. Tapi, gaya permainan Borneo membuat sisi kualitas individu Lilipaly terlihat lebih menonjol. 

Yaaa, sebelas dua belas dengan gaya bermain Persikabo beberapa tahun lalu yang menitikberatkan permainan kepada Ciro Alves. Sebagai perbandingan saja, Dimas Drajad tak begitu moncer musim ini. Ia bahkan belum mencetak satu gol pun di liga. Meski begitu, Coach Shin menilai kalau Dimas adalah striker yang bisa bermain mengikuti sistemnya.

Posisi Bermain

Berbicara soal sistem akan berkesinambungan dengan peran Stefano Lilipaly di skuad Timnas Indonesia. Oleh Coach Shin, pemain berusia 33 tahun tersebut biasanya dipasang sebagai pemain nomor 10 atau bahkan striker tengah. Itu beberapa kali terjadi saat bermain melawan Kuwait dan Burundi. 

Perlu dicatat, di era Luis Milla Lilipaly juga bermain di posisi itu, tapi dengan peran yang sedikit berbeda. Milla memberikannya kebebasan bergerak dan selalu jadi pusat permainan. Lagi-lagi apa? Ya, Milla mengandalkan individual brilliance dari Lilipaly. Sedangkan Coach Shin enggan melakukan itu

Ngomong-ngomong soal posisi, Lilipaly bukanlah seorang striker. Ia merupakan pemain sayap murni. Nah, di Borneo FC, Pieter Huistra biasanya memasang Lilipaly di posisi terbaiknya atau sebagai second striker apabila dibutuhkan. Jadi, jika Coach Shin ingin memaksakan Lilipaly bermain di sayap akan mubazir karena Indonesia punya stok pemain sayap yang melimpah.

Untuk laga kontra Irak dan Filipina saja, Shin Tae-yong memanggil beberapa pemain yang bisa bermain di sektor sayap macam Egy Maulana Vikri, Witan Sulaeman, dan Saddil Ramdani. Bahkan, Dendy Sulistyawan juga bisa bermain di sektor sayap. Maka dari itu, dari Borneo, STY lebih pilih Adam Alis yang seorang gelandang daripada Lilipaly.

Regenerasi

Regenerasi juga jadi alasan mengapa Coach Shin tak memanggil Lilipaly. Pelatih kelahiran Yeongdeok itu ingin memangkas generasi sepakbola Indonesia dan mengorbitkan pemain-pemain muda. Tak heran jika kita melihat banyak wajah baru di timnas senior era kepelatihannya.

Kebijakan visioner ini sempat menimbulkan pro dan kontra. Para pecinta sepakbola tanah air merasa masih banyak pemain senior yang menampilkan performa konsisten, salah satunya Stefano Lilipaly. Namun, perlahan proyek Shin Tae-yong membuahkan hasil. Pemain-pemain muda macam Ramadhan Sananta, Marselino Ferdinan, hingga Arkhan Fikri jadi idola baru.

Dilansir Bolanas, Coach Shin seperti memiliki aturan tak tertulis kalau dia hanya akan memanggil pemain yang berusia tak lebih dari 31 tahun saja. Maka dari itu, Lilipaly yang sudah menginjak 33 tahun tak masuk standar Coach Shin. 

Lilipaly bernasib sama dengan pemain Madura United, Fachrudin Aryanto. Meski telah jadi andalan Timnas Indonesia sejak era almarhum Alfred Riedl, ia tak lagi dipanggil karena usianya sudah 34 tahun. Di laga kontra Brunei kemarin Fachrudin sempat dipanggil, tapi itu juga karena Jordi Amat sedang cedera.

Bisa Menimbulkan Kecemburuan?

Setelah kembali tak masuk skuad Timnas Indonesia, Lilipaly memberikan respons yang mengejutkan. Dia mengungkapkan kekecewaan melalui postingan di akun Instagram pribadinya. “Seseorang yang bijak pernah berkata, ‘Lebah tidak membuang waktu mereka untuk menjelaskan kepada lalat bahwa madu lebih baik daripada kotoran.’ Baca itu lagi.”

Proyek jangka panjang Shin Tae-yong yang ingin menyiapkan skuad siap bertarung dalam lima bahkan sepuluh tahun ke depan tampaknya belum bisa diterima oleh sebagian orang. Padahal munculnya sindiran-sindiran semacam itu justru memperburuk citra sang pemain itu sendiri.

Sumber: Suara Merdeka, Suara, Pandit Football, Jawa Pos

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru