Mulai Tersisihkan? STY Berpotensi Coret Mereka dari Timnas Indonesia

spot_img

Tak hanya Timnas Indonesia yang bersaing untuk memperebutkan slot menuju Piala Dunia 2026, para pemain yang ada dalam rombongan tim nasional juga saling bersaing. Kehadiran mereka dalam skuad Shin Tae-yong bukan jatuh dari langit, melainkan sebuah perjuangan tiada henti.

Masuknya Mees Hilgers dan Eliano Reijnders membuat peta persaingan di internal Tim Garuda makin menarik. Beberapa nama bahkan dikabarkan berpotensi tercoret dari skuad STY jelang laga tandang ke Bahrain dan China. Lantas, siapa saja pemain yang terancam tercoret dari Timnas Indonesia tersebut?

 

Hokky Caraka

Penyerang PSS Sleman, Hokky Caraka, menjadi nama kuat pemain yang berpotensi dicoret untuk laga tandang ke Bahrain dan China di bulan Oktober mendatang. Sebenarnya, masuknya nama pemain kelahiran Gunungkidul ke skuad Timnas bulan September lalu juga mengejutkan banyak orang. Sebab, performa Hokky dinilai masih belum layak untuk duduk di jajaran pemain Timnas. Apakah anggapan ini berlebihan? Sepertinya sih tidak juga.

Hokky memang harus bekerja lebih keras lagi untuk membuktikan bahwa masuknya ia ke Timnas bukanlah sebuah kebetulan belaka. Sebab, dalam 5 laga terakhir bersama PSS Sleman, pemain kelahiran Agustus 2004 ini belum sebiji pun mencetak gol. Bahkan sang pelatih, Wagner Lopes, belum pernah memberinya waktu bermain selama satu laga penuh.

Beberapa kali Hokky hanya bermain selama setengah laga saja. Bisa jadi, Hokky hanya dipakai oleh juru taktik Super Elja karena regulasi pemain muda belaka. Tak hanya itu, Sofascore pun mencatat bahwa penyerang yang lebih sering melebar ke sisi kanan ini hanya memiliki rataan satu tembakan per pertandingan di sepanjang musim ini. Kalau sudah begini, berarti Hokky memang butuh usaha ekstra untuk meningkatkan performa.

 

Wahyu Prasetyo

Masuknya nama Mees Hilgers jelas menjadi alarm tanda bahaya untuk pemain belakang Timnas Indonesia, tak terkecuali Wahyu Prasetyo. Mantan pemain PSIS Semarang ini terancam dicoret karena ketatnya persaingan di lini belakang tim racikan Shin Tae-yong. Asanya untuk menambah caps bersama Timnas senior sangat mungkin untuk tertunda.

Sejauh ini, Wahyu baru menjalani 4 laga bersama Malut United dan selalu dipercaya oleh Imran Nahumarury untuk bermain penuh. Sayangnya, catatan apik 84% operan suksesnya tak bisa menutupi fakta bahwa Wahyu sudah kecolongan 2 gol dalam 4 laga.

Tak hanya itu, Sofascore mencatat bahwa mantan pemain Persik Kendal ini hanya memiliki 59% keberhasilan dalam urusan duel merebut bola. Ini harus jadi perhatian khusus bagi Wahyu. Soalnya tugas utama bek adalah menghalau bola, bisa passing dan dribling itu bonus. Kalau beknya tak bisa rebut bola, masa iya Maarten Paes lagi yang harus kerja?

 

Muhammad Ferarri

Setelah sempat mencicipi 10 menit berlaga melawan Arab Saudi, nasib Muhammad Ferarri di Timnas masih menjadi misteri. Sama seperti Wahyu Prasetyo, Ferarri tak boleh berpuas diri dengan performanya saat ini. Amunisi anyar bernama Mees Hilgers bukanlah pemain sembarangan. Meski Ferarri juga termasuk pemain andalan, tapi Hilgers bermain di kompetisi yang lebih jempolan.

Dalam 5 laga terakhir, hanya laga melawan PSBS Biak, Carlos Pena tak menurunkan Ferarri secara penuh. Hasilnya, Persija yang sudah terbobol satu gol di babak pertama harus mengakhiri laga dengan kekalahan 3-1. Setidaknya hingga pekan kelima, Liga 1, Ferarri baru menyaksikan pertahanannya terbobol 2 kali, itu pun yang satu lewat titik penalti.

Tapi Ferarri jangan berbangga hati dulu, sebab catatan dirinya pribadi masih harus terus dibenahi. Meskipun akurasi umpannya mencapai angka 91%, atribut bertahan Ferarri tergolong mengenaskan untuk ukuran pemain bertahan. Selama 5 laga terakhir, Sofascore mencatat persentase kemenangan saat duel bolanya hanya 38% dan 55% saja untuk kemenangan duel udara. Maarten Paes beneran kerja keras dong kalo gini. 

 

Pratama Arhan

Posisi Pratama Arhan di bek kiri sejatinya sudah terancam sejak kedatangan Calvin Verdonk. Arhan yang awalnya hanya bersaing dengan Shayne Pattynama harus menelan kenyataan bahwa Calvin Verdonk adalah seorang pemain jempolan. Menyerang? Bisa. Bertahan? Ya tentu saja.

Ditambah, kenyataan bahwa dua saingannya tadi merupakan andalan di timnya masing-masing, makin membuat Arhan gigit jari. Mantan pemain PSIS Semarang ini bukanlah pemain inti di Suwon FC. Sejak bergabung pun, Arhan hanya bermain sekali. Itu pun, Arhan hanya bermain sekitar 3 menit saja sebelum diusir keluar karena kartu merah. 

Sejak kartu merah itu, pemain yang fenomenal dengan lemparan panjangnya ini tak pernah diberi kesempatan lagi. Sementara di Timnas, Shin Tae-yong memberinya kesempatan dari bangku cadangan pada laga melawan Australia. Namun sayang, penampilannya belum mampu memberikan pengaruh berarti untuk Indonesia.

 

Nadeo Argawinata

Mantan kiper andalan Shin Tae-yong, Nadeo Argawinata, tampaknya makin lama makin tersisihkan. Setelah mendapatkan saingan berat bernama Ernando Ari, kedatangan dan penampilan luar biasa Maarten Paes membuat namanya makin terlupakan.

Padahal performanya di klub tergolong lumayan lho. Hingga laga ke-5 Liga 1, Nadeo selalu tampil penuh di 3 laga awal. Pada laga ke-4, Nadeo terkena kartu merah kala laga baru berjalan 12 menit sehingga ia tak bermain di laga berikutnya. Meskipun begitu, ia baru sekali merasakan jala gawangnya bergetar.

Performanya di kompetisi regional pun masih sempurna, pemain asal Kediri ini belum pernah memungut bola dari gawang Borneo FC. Pun soal rataan umpan suksesnya, Nadeo berhasil mencatatkan 89%. Lalu bagaimana dengan tugasnya sebagai kiper? Aman. Sofascore mencatat Nadeo punya 92% penyelamatan sukses. Sayangnya, performa apik dan ketenangan Nadeo masih akan sulit membuatnya merebut posisi kiper utama dari Maarten Paes.

 

Ricky Kambuaya

Terakhir, ada Ricky Kambuaya. Sama seperti Nadeo, Kambuaya yang juga merupakan andalan STY di masa lalu, perlahan mulai tersisihkan. Performa apik pemain lain dan kedatangan Eliano Reijnders yang serba bisa, membuat Kambuaya rawan tercoret dari daftar pemain tengah Tim Garuda.

Performa pemain yang sudah memiliki 37 caps di level klub pun tergolong mengecewakan. Hanya dalam 5 laga, Kambuaya sudah mengoleksi 3 kartu kuning dan sebuah kartu merah. Semua kartu kuning tadi didapatkannya pada 3 laga pertama dan disempurnakan dengan kartu merah di akhir laga melawan PSM Makassar.

Alhasil, Kambuaya tak bisa bermain di laga ke-4 Dewa United melawan PSIS Semarang. Namun, skill pemain yang dikenal sangat teknikal ini tetap menawan. Sofascore mencatat bahwa Kambuaya memiliki rataan drible sukses sebesar 70% per pertandingan. Tak hanya itu, rataan umpannya per pertandingan juga masih tergolong tinggi, yakni 84%.

Dengan statistik seperti itu, tidak mengherankan jika di masa lalu Kambuaya selalu dijadikan andalan oleh Shin Tae-yong. Namun, zaman sudah berubah. Kini, banyak pemain yang tak kalah berkualitas dari Kambuaya sudah bergabung. Sekarang, tinggal bagaimana Kambuaya meyakinkan STY bahwa dirinya masih layak untuk dibawa.

Sumber: Okezone, TVOneNews, Sofascore, Transfermarkt

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru