Dongeng indah Leicester City menjadi juara Liga Inggris telah lama terlupa. Kini The Foxes hanya berlaga di kasta kedua Inggris Championship, setelah terdegradasi dari Liga Inggris musim lalu. Banyak pemain pilarnya yang memilih pergi.
Tapi menariknya, justru para pemain yang setia untuk rela berkorban demi Leicester, kini mampu mendongkrak performa klub. Belum lagi ditambah pemain baru dan racikan pelatih barunya. Dengan itu, apakah Leicester layak untuk kembali lagi ke Liga Inggris musim depan?
Your Leicester City team! 💙 pic.twitter.com/yadNyo2i8t
— Leicester City (@LCFC) October 5, 2023
Daftar Isi
Banyak Pilar Pergi
Leicester ini nasibnya kasihan, sudah terjerembab ke lubang degradasi, masih ditambah ditinggal para pemain pilarnya seperti James Maddison, Harvey Barnes, maupun Youri Tielemans.
Tak hanya pemain kunci tersebut, mayoritas pemain Leicester musim lalu juga hengkang. Seperti Soyuncu, Bertrand, Amartey, Evans, Nampalys Mendy, maupun Timothy Castagne. Lalu siapa dong yang tersisa di Leicester musim ini?
If leicster City is to relegated this season, these players will almost definitely leave:
— Chris Watson (@news_today_1) May 26, 2023
1.Harvey Barnes
2.Youri tielemans
3.James maddison
4.Calgary Soyuncu pic.twitter.com/xyHzDlcRPi
Kedalaman skuad Leicester mau tidak mau harus dibangun kembali dari nol. Banyak juga pemain Leicester yang juga akan habis kontrak di tahun 2024 nanti. Jadi, mereka harus benar-benar berpikir mana saja pemain yang dipilih untuk bertahan.
Pilar Yang Bertahan
Untungnya, Leicester ini mendapat berkah dari sikap para pemainnya yang masih setia bertahan. Mereka di antaranya adalah Ricardo Pereira, Wout Faes, Vestergaard, Ndidi, Justin, Albrighton, Dewsbury Hall, Iheanacho, maupun “The One and Only” Jamie Vardy. Terkhusus Vardy, padahal ia diiming-imingi uang segepok lho dari klub Arab Saudi. Namun ia tetap menolaknya.
Celebrations direct from the Vardy playbook 📖 😄 pic.twitter.com/5K0nvbH48I
— Leicester City (@LCFC) October 8, 2023
Ya, jiwa kesetiaan para pemain tadi patut diacungi jempol. Mereka tak gengsi turun kasta. Meski setia, tapi tak asal setia. Mereka menunjukkan betapa berpengaruhnya mereka dalam membangkitkan performa Leicester musim ini.
Tren Positif Awal Musim
Di awal musim ini, The Foxes tampil oke di Championship. Mereka masih memimpin klasemen sampai pekan ke-11 dengan raihan 30 poin. Leicester juga menjadi tim yang paling sedikit kebobolan di Championship musim ini. Yakni 6 gol saja dalam 11 laga.
Leicester City have matched the Championship record for the best start to a season after 10 games, winning 27/30 points. 🦊 pic.twitter.com/SPS6RyyfdM
— Squawka (@Squawka) October 4, 2023
Solidnya pertahanan The Foxes tersebut salah satunya berkat pemain yang tergolong setia seperti empat bek Wout Faes, Vestergaard, James Justin, maupun Ricardo Pereira. Keempat bek tersebut masih dipakai sebagai pilar utama Leicester musim ini. Lima kali clean sheet dari 11 laga, juga jadi bukti lain kesolidan mereka.
Tak hanya soal bertahan. Di lini penyerangan pun para pemain yang masih setia seperti Vardy maupun Iheanacho terbukti jadi mesin pendulang gol. Jamie Vardy sementara ini jadi top skor klub dengan 5 gol, sedangkan Iheanacho 4 gol.
Goals from Wout Faes, Jamie Vardy, Kelechi Iheanacho and Kiernan Dewsbury-Hall earn Leicester City victory away at Blackburn Rovers and send Enzo Maresca's side back to the top of the Championship. #LCFC pic.twitter.com/rRt17VdOz7
— The Athletic | Football (@TheAthleticFC) October 1, 2023
Tak hanya mereka saja sebenarnya, pemain tengah seperti Dewsbury Hall maupun Ndidi nyatanya cukup produktif meski berposisi sebagai gelandang. Dewsbury Hall sementara sudah mencetak 5 gol, sedangkan Ndidi 3 gol.
🇳🇬 Wilfred Ndidi for Leicester City across all competitions this season :
— H/F (@hfworld_) October 9, 2023
• 14 games
• 9 starts
• 3 goals
• 4 assists
He has now registered an assist in each of his last three games. 🪄 pic.twitter.com/2FJM30USu7
Faktor Pemain Baru
Selain itu, peran para pemain yang baru didatangkan musim ini juga berpengaruh bagi performa Leicester. Misal kiper Denmark Mads Hermansen yang baru dibeli dari Brondby. Kiper bertipe build up ini sering menjadi bagian penting dari sistem permainan Leicester. Catatan di Fbref, sentuhan bolanya lebih menonjol yakni 50.40 (98%) per 90 menit. Ia sering terlibat dalam fase build up.
Two clean sheets ahead of the break 🧤 pic.twitter.com/q4PsSAGUxa
— Leicester City (@LCFC) October 9, 2023
Tak hanya kiper yang baru stok lini belakang mereka juga ditambah dengan materi pemain seperti Callum Doyle, Harry Souttar, maupun Conor Coady. Artinya, kedalaman skuad di lini belakang The Foxes musim ini, benar-benar diperhatikan serius.
Di sektor gelandang, ada muka baru seperti pemain terbaik Piala Dunia U-20 dari Italia, Cesare Casadei. Tak lupa juga ada mantan pemain Spurs, Harry Winks. Yang asing di telinga mungkin para serdadu lini penyerangan mereka seperti Stephy Mavididi, Yunus Agyun, maupun Abdul Fatawu. Khusus untuk Mavididi, pemain yang gacor bersama Montpellier musim lalu itu, sementara ini sudah mengoleksi 2 gol dan 2 assist.
Leicester City ace Stephy Mavididi vs Southampton:
— The Championship Chat Podcast (@Champchatpod24) September 15, 2023
⚽️ Goals: 1️⃣
🅰️ Assists: 1️⃣
🦶 Touches: 4️⃣6️⃣
🤝 Passes: 2️⃣6️⃣
👌 Passing accuracy: 7️⃣6️⃣.9️⃣%
🔑 Key passes: 2️⃣
🥅 Shots: 5️⃣
🎯 Shots on target: 3️⃣
🏃♂️ Dribbles: 4️⃣
𝑷𝒐𝒍𝒊𝒔𝒉𝒆𝒅. 👏#CCP | #LCFC pic.twitter.com/ZZoNkUbzAI
Jangan lupakan juga rising star dari akademi mereka yang sudah mencetak 5 gol sejauh ini. Ia adalah Kasey McAteer. Tak ada yang tau pemain 21 tahun itu beberapa kali moncer ketika dipercaya sebagai starter. Ia kini banyak dielu-elukan publik King Power Stadium sebagai calon bintang masa depan.
We will be back. 💙 @kasey_mcateer pic.twitter.com/qcpZXSgLF0
— Jack (@JackWhitman_7) October 1, 2023
Faktor Sentuhan Pelatih Baru
Moncernya para pemain Leicester, baik yang setia maupun baru, tak ujuk-ujuk bisa tampil baik tanpa sentuhan dari sang pelatih. Leicester musim ini tak kaleng-kaleng dalam mendatangkan juru taktik. Mereka mendatangkan mantan asisten Pep Guardiola musim lalu, Enzo Maresca.
One year ago 𝘁𝗼𝗱𝗮𝘆, Enzo Maresca returned to #ManCity as part of Pep Guardiola's backroom staff, with Rodolfo Borrell stepping up to assistant coach…
— City Xtra (@City_Xtra) July 4, 2023
𝗧𝗼𝗱𝗮𝘆: Enzo Maresca is now the Leicester City manager, while Rodolfo Borrell is sporting director at Austin FC. 💔 pic.twitter.com/ypDqh69pfW
Pelatih Italia tersebut adalah pelatih yang membantu City akhirnya meraih treble winner musim lalu. Maresca ditunjuk langsung oleh The Foxes setelah meraih trofi Liga Champions. Ia diharapkan mampu membawa perubahan bagi Leicester musim ini.
Maresca tak malu levelnya turun kasta ke Championship. Ia mengatakan bahwa menjadi pelatih adalah tantangan tersendiri ketimbang menjadi asisten. Pasalnya, ia selama ini masih penasaran untuk sukses sebagai pelatih kepala. Ia pernah gagal sewaktu melatih Parma.
Pelatih 43 tahun itu sangat mengimpikan bahwa dirinya musim depan akan berada di Liga Inggris sebagai pelatih. Menurutnya, itu adalah mimpinya. Dan Leicester, menurut Maresca bisa menjadi kendaraannya.
Enzo Maresca’s Leicester city🦊💙
— Rice🦊 (@LCFC_Rice) October 7, 2023
🥇1st in the Championship
🏆30/33 points possible
🏔️10 points clear of 3rd
(🥇) Highest goal difference (+17)
(🥇) Fewest goals condeded (6)
(🥇) Most cleansheets (5)
(🥇) Highest possession (63.7%)
This Leicester redemption arc is beautiful🔥 pic.twitter.com/xMHrOMnwmZ
Sistem Permainan Leicester Yang Baru
Sistem permainan yang lebih progresif dan berpendekatan menyerang ala Pep Guardiola, ia turunkan ke Leicester. Menurut Coaches Voice, “pergerakan” adalah dasar utama yang ia bawa pada setiap pemain.
Su @LCFC 🦊 comenzó con pie firme la @SkyBetChamp 🏴. Revisa con nosotros el análisis táctico de Enzo Maresca 🇮🇹.
— The Coaches' Voice en español (@CoachesVoice_es) October 3, 2023
🔋 @wyscout
Sistem permainan Leicester musim ini sangat berbeda jauh dengan musim-musim yang lalu. Leicester musim ini adalah bentuk Leicester yang baru. Sistem build up dari bawah, umpan-umpan pendek, dan rajin melakukan penguasaan bola, kini jadi trademark bagi Leicester.
Terlihat beberapa inovasi juga yang dilakukan Maresca, seperti apa yang diperlihatkan Coaches Voices. Mengadopsi formasi 4-3-3, akan tetapi di lapangan sering berubah menjadi 3-2-2-3 jika dalam fase build up. Ricardo Pereira sebagai full back kanan, ditugaskan jadi inverted full back menemani Harry Winks di lini tengah.
Enzo Maresca’s Leicester City
— MT (@MT_Analysis) August 8, 2023
· 3-2-2-3 Build up Shape (+ GK)
· Doyle – Vestergaard – Faes Back 3
· Ricardo Pereira Inverted FB
· Ndidi's Advanced Role
· Out Of Possession Issues
[THREAD] pic.twitter.com/HotGnHNmOq
Ketika mode bertahan pun, seperti ditunjukan Coaches Voices, pemain Leicester seketika bisa dengan sigap membentuk pola 4-4-2 di lapangan. Pola tersebut bisa lebih rapat saat diserang lawan.
Peluang Leicester
Ya, sistem permainan yang serba baru tersebut nyatanya tak butuh waktu lama untuk menuai hasil. Terbukti mereka hanya kalah sekali hingga pekan ke-11 Championship. Permainan mereka juga terlihat sudah sangat cair dan kompak.
Kini, tinggal menguji seberapa kuat mental anak asuh Maresca tersebut untuk konsisten sepanjang musim. Mengingat saingannya untuk mencapai promosi atau juara, juga ketat. Ada klubnya Elkan Baggot. Ipswich Town. Ada juga klub seperti Preston. Dan jangan dilupakan juga tim-tim seperti Sunderland, Soton, Norwich, maupun Leeds.
Untuk itu, Maresca juga mengatakan tak ingin larut dengan sanjungan performanya di awal musim ini. Ia menilai perjalanan masih jauh. Leicester masih butuh kerja keras sampai benar-benar mewujudkan mimpi Maresca melatih di Liga Inggris. Teruslah maju The Foxes. Kami rindu dongengmu yang dulu di Liga Inggris.
Top of the league ✅
— Leicester City Xtra. (@XtraLeicester) October 8, 2023
Six wins in a row in the league ✅
The fact we can really rotate and bring quality of the bench ✅
Ten points clear of 3rd place ✅
Squad all singing from the same hymn sheet ✅
Leicester City pic.twitter.com/fyoYPacCJV
Sumber Referensi : coachesvoice, theathletic, bbc.com. theathletic, onefootball, transfermarkt