Cesar Azpilicueta kini jadi pemain terlama yang mengabdi di Chelsea. Ia telah berseragam The Blues selama 10 musim. Pria asal Spanyoll itu telah membantu Chelsea sembilan gelar dengan empat gelar domestik, empat gelar Eropa, dan satu gelar Piala Dunia Antarklub.
Satu dasawarsa berseragam The Blues tentu bukan perkara mudah bagi Azpilicueta. Hanya manusia bermental baja yang mampu melewati masa-masa adaptasi, moncer, dipinggirkan lalu bangkit lagi. Bersama Chelsea, pria yang akrab disapa Dave itu menjadi pemain yang kerap bermetamorfosa.
Kisah Kepindahan Azpilicueta dari Marseille ke Chelsea
Dave awalnya datang karena keterdesakan. Marseille yang butuh duit untuk melunasi hutang-hutangnya, membuat mereka harus menjual Dave ke Chelsea. Dan Les Phoceens mau menjualnya dengan harga murah.
Akhirnya, Marseille yang sangat membutuhkan uang untuk membayar utang menjual Dave ke Chelsea pada 2012. Kala itu Cesar Azpilicueta dijual dengan banderol 7 juta pounsterling atau 136,1 miliar saja.
Mercato ex OM : Azpilicueta vers un départ de Chelsea ? – https://t.co/lgCdYgz6dt pic.twitter.com/PtjsOGtngZ
— Football Club de Marseille (@FCMarseille) February 19, 2022
Mengapa biaya Azpilicueta dikatakan murah? Karena uang yang dikeluarkan Chelsea hanya 1/5 nilai transfer Eden Hazard dari Lille ke Chelsea sebesar 35,2 juta poundsterling setara dengan 684,5 miliar rupiah.
Nyetel Sejak Musim Pertama
Kala itu, Chelsea sebetulnya tidak terlalu membutuhkan Azpilicueta. Sebab saat itu posisi full back sudah ada Ivanovic, Paulo Ferreira,dan Ashley Cole. Kemudian di bek tengah juga ada John Terry, Gary Cahill, dan David Luiz. Alhasil, Dave pun harus bersaing dengan para seniornya itu, terutama untuk posisi full back.
Azpilicueta pun mampu menarik kepercayaan pelatih Chelsea kala itu, Rafa Benitez. Ia pun mampu tampil sebanyak 51 kali bersama The Blues, dan sudah menyumbang 6 asis. Dave sanggup tampil bagus karena ia didatangkan dengan harga murah, dan ekspektasi yang tidak berlebihan.
Penampilan Azpilicueta pun makin impresif saat Jose Mourinho datang menukangi Chelsea. Di tangan Mou, Dave justru menjadi pilihan utama di posisi full back kiri. Dari situ akhirnya Dave mencatatkan 106 caps bersama Chelsea. 83 kali di full back kanan, 21 di full back kiri, dan sisanya berposisi sebagai gelandang kanan.
Padahal pada posisi tersebut merupakan pos nya pemain senior Ashley Cole dan pendatang baru Filipe Luis. Pandangan itu ditepis oleh Mourinho dengan alasan Azpilicueta adalah pemain tipe pekerja keras dan mampu menyatu bersama karakter permainan tim.
“Saya menyukai kegigihan Azpilicueta di lapangan dan kepribadiannya di luar lapangan. Jikalau boleh berandai, saya ingin memiliki skuad yang dihuni oleh 11 pemain pekerja keras dan mampu beradaptasi dengan karakter tim seperti Dave,” tutur Mourinho.
Cezar Azpilicueta posts classy message on Facebook after Chelsea sack Jose Mourinhohttps://t.co/PpRs8xxFLt pic.twitter.com/GRW87M33ea
— 101 Great Goals (@101greatgoals) December 17, 2015
Mourinho menilai pria kelahiran Pamplona, Spanyol itu mampu beradaptasi dengan tim karena konsisten dalam proses latihan dan komitmen saat diberi menit bermain. Sebab itulah, ketika Chelsea sudah dilatih Guus Hiddink pada pertengahan musim 2014/15, Dave masih diandalkan.
Bersama Chelsea era Guus Hiddink, Dave mencatatkan 26 caps di posisi full back. Di tahun itu juga, ia berhasil membantu Chelsea merengkuh gelar Liga Inggris dan Piala Carling.
Conte Datang, Azpilicueta Pindah Posisi
Namun, kedatangan Conte ke Chelsea, membuat Azpilicueta harus sedikit bisa beradaptasi. Apalagi pelatih berpaspor Italia itu punya pakem formasi 3-4-3. Jadi, Conte butuh waktu untuk menentukan posisi yang tepat bagi Dave.
Mula-mula memasang Azpilicueta dipasang sebagai gelandang kanan atau kiri. Namun posisi tersebut sudah cocok bagi Marcos Alonso dan Victor Moses. Walhasil, Conte memutuskan Azpilicueta sebagai bek tengah dalam formasi tiga bek. Dave tampil 82 kali sebagai bek tengah dari 99 kali penampilannya di bawah asuhan Conte.
Antonio Conte on Cesar Azpilicueta: "Last season Azpi was one of the most important players for us, for a coach to have him is a dream." pic.twitter.com/DEnE05nf4R
— Squawka News (@SquawkaNews) September 13, 2017
Bagi Conte, pemain bertahan tidak hanya piawai melakukan duel 1 lawan 1, namun juga membangun serangan. Dave memiliki hal itu, lewat kedua kakinya, ia mampu mengalirkan bola bola ke pemain sayap maupun gelandang.
Fase moncer Azpilicueta pun tetap berlanjut meski Conte dipecat dan berganti Maurizio Sarri. Pelatih berkacamata dengan pakem 4-2-3-1 mengembalikan Dave ke posisi full back kanan. Hanya saja penekanan posisi Sarri pada full back kanan untuk menyokong saat tim melakukan serangan dan melakukan trackback saat lawan menjalankan counter attack.
Azpilicueta on rumours of sacking Sarri “We know that in summer, we hear a lot of rumours, we are used to it. What I'm sure of is everyone here is very focussed on the final. Let's see what happens after, my only concern is that everyone is very concentrated on the final”. #CFC pic.twitter.com/ut8vzceXbE
— The Blues (@TheBlues___) May 23, 2019
Fase Dipinggirkan
Performa gemilangnya tidak bisa berlanjut saat Chelsea dilatih Frank Lampard. Azpilicueta sadar sudah beranjak kepala tiga. Super Frank lebih memilih anak-anak muda seperti Reece James pada full back kanan dan Emerson di sisi kiri.
On to the quarter finals! Great to see Frank Lampard, they gave us a tough game. Good luck for the rest of the season, legend 🔵🔵 #CFC pic.twitter.com/eVCY1leXta
— César Azpilicueta (@CesarAzpi) November 1, 2018
Penurunan performa Dave juga disebabkan cedera otot dan terjangkit Covid-19. Tidak heran jika dalam satu setengah tahun di bawah asuhan Lampard, Azpilicueta hanya mencicipi 65 pertandingan di seluruh kompetisi.
Dave menyadari betul akan persaingan di skuad The Blues sedari dulu. Namun kini ia adalah seorang kapten dan pemain senior. Ekspektasi manajemen, pelatih dan fans pun harus dijawab dengan pembuktian di lapangan, bukan dengan opini saat konferensi prematch dan post match.
Kedatangan Tuchel Kebangkitan Azpilicueta
Sampai Tuchel datang ke Stamford Bridge menjadi tukang reparasi instan. Di kepalanya ada taktik “gegenpressing variasi formasi”. Pelatih yang dikenal sering gonta-ganti formasi alias “bunglon” memilih memantapkan formasi 3-4-2-1 bersama Chelsea.
Penggunaan formasi ini memberikan keleluasaan kepada dua wingback untuk melakukan akselerasi menyerang dan menjaga lebar lapangan dalam proses transisi menyerang ke bertahan. Selain itu, bentuk formasi ini mengizinkan satu dari tiga pemain belakang untuk maju ke tengah membantu sirkulasi bola saat tim lawan menggunakan pertahanan blok rendah.
Tuchel on Azpilicueta…
“He embodies everything that Chelsea stands for. Being humble, relentless and a warrior at the same time.
He deserves all his trophies.” pic.twitter.com/kTsFngEYcS
— LDN (@LDNFootbalI) February 18, 2022
Bersama pelatih asal Jerman, Dave tampil 59 kali dan menyegel dua posisi. Pertama sebagai full back tengah dalam 30 kali pertandingan, right midfielder 17 kali, dan sisanya menjadi full back kiri maupun kanan.
Metamorfosa posisi Azpilicueta menjadikannya menjadi versatile di lini belakang Chelsea. Bukan tidak mungkin pula pemain asal Spanyol itu bakal menjadi salah satu legenda di Stamford Bridge. Tentu dengan catatan pihak The Blues segera menyodorkan pembaharuan kontrak di musim ini. Jika tidak, ia bisa jadi bakal pergi dengan gratis ke klub mana pun.
Referensi : The Flanker, LigaLaga, Pandit Football, Absolute Chelsea, Hayters TV