Mengelola sebuah klub sepak bola tidaklah mudah, apalagi ketika sepak bola sudah menjadi sebuah industri. Acap kali, keinginan berprestasi berbenturan dengan kepentingan bisnis.
Situasi bakal menjadi makin pelik tatkala sebuah klub jatuh dan dikelola oleh figur serampangan yang mengabaikan sejarah dan kultur klub tersebut. Akibatnya, kepuasan penggemar yang merupakan nyawa dari sebuah klub kerap dikorbankan demi kepentingan pribadi.
Berikut ini Starting Eleven ulas soal 5 pemilik klub yang paling dibenci fans saat ini. Kehadiran mereka tak hanya membuat fans geram, tetapi juga merusak sejarah klub yang mereka cintai.
Daftar Isi
1. Peter Lim (Valencia)
Di urutan pertama ada pemilik Valencia, Peter Lim. Di bawah kepemilikan pengusaha asal Singapura itu, Los Che dan pendukung setianya seperti berada dalam penderitaan tanpa ujung.
Sejak Peter Lim membeli saham mayoritas Valencia pada 2014 silam, perlahan prestasi Los Che anjlok ke titik nadir. Dengan total 23 trofi mayor, Valencia yang merupakan klub tersukses kelima di Spanyol itu tercatat hanya 3 kali lolos ke UCL dan sekali menjuarai Copa del Rey sejak Lim berkuasa.
Sejarah Valencia benar-benar dirusak olehnya. Pendukung Los Che dibuat geram dengan Peter Lim dan antek-anteknya yang bertindak sesuka hati dalam mengendalikan tim, termasuk hobi memecat pelatih, memecat direktur olahraga, hingga menjual pemain bintang di setiap bursa transfer.
Ironisnya, Valencia juga menderita kerugian finansial. Pada Mei 2022 lalu, The Football Boardroom melaporkan bahwa utang bersih Valencia mencapai €186 juta. Mengingat musim yang sudah berjalan, jumlah tersebut bisa saja telah bertambah.
Temuan lebih miris diungkapkan mantan wakil presiden Valencia, Miguel Zorio. Zorio yang juga pemimpin gerakan anti-Lim, Marea Valencianista, menuduh Peter Lim telah melakukan korupsi dan membuat pembukuan palsu. Rival Javier Tebas itu juga mengklaim telah menerima informasi kalau skuad utama Valencia tidak digaji, sementara di waktu bersamaan CEO Lay Hoon Chan memiliki rumah mewah yang dibiayai oleh klub.
Berbagai nasib naas itulah yang membuat pendukung Valencia menyalurkan kebencian dan kemurkaan mereka dengan melancarkan berbagai bentuk protes dan demo. Sudah begitu banyak aksi protes, demo, dan caci maki yang dilayangkan kepada Peter Lim.
Terbaru, sebelum laga kontra Athetlic Club pada 12 Februari lalu, ribuan fans Valencia kembali menggelar demo besar di depan Mestalla. Selama 20 menit, mereka membentangkan pesan bertuliskan “Lim, Go Home”. Tujuan utamanya adalah agar Peter Lim dan CEO Lay Hoon Chan keluar dari klub.
Namun, meski kini Valencia terancam degradasi untuk pertama kalinya sejak 1986, Peter Lim terlihat masih angkuh dan enggan menjual sahamnya di Valencia. Tak bisa dipungkiri kalau suasana di Mestalla saat ini penuh dengan kemarahan dan kebencian fans yang mulai kehilangan harapan.
2. Farhad Moshiri (Everton)
Berikutnya, di urutan kedua ada pemilik Everton, Farhad Moshiri. Pengusaha asal Iran-Inggris itu membuat Evertonian terancam kehilangan kebanggan mereka setelah mengendalikan Everton dengan serampangan.
Moshiri sebetulnya bukan pemilik yang pelit. Sejak Moshiri bergabung pada Februari 2016, dana tak kurang dari £561,88 juta sudah Everton belanjakan untuk merekrut pemain anyar. Pelatih kenamaan seperti Ronald Koeman, Sam Allardyce, Marco Silva, Carlo Ancelotti, Rafael Benitez, hingga Frank Lampard juga pernah ditunjuk untuk membimbing Everton ke arah prestasi.
Namun, yang didapat justru kemunduran. Sejak dikuasai Farhad Moshiri, prestasi Everton cenderung menurun. Mereka tak lagi jadi pengganggu bagi “The Big Six”. Malahan, dalam dua musim terakhir, The Toffees berubah jadi tim medioker yang berjuang lepas dari jeratan degradasi.
Protes sudah pernah dilayangkan para pendukung Everton kepada Farhad Moshiri. Bahkan, 17 kelompok penggemar sampai menerbitkan sebuah surat terbuka untuk mendesak Moshiri melakukan perubahan besar-besaran di jajaran pimpinan, dewan, dan eksekutif klub. Sementara, Asosiasi Pemegang Saham Everton meluncurkan petisi online yang menyerukan mosi tidak percaya kepada dewan direksi.
Farhad Moshiri pernah diberitakan bersedia menjual saham Everton di harga lebih dari £500 juta. Namun, Moshiri buru-buru membantah kabar tersebut. Ia memang tengah mencari investor baru untuk mendanai pembangunan stadion baru di Bramley-Moore Dock, tetapi ia menegaskan kalau tidak menjual Everton.
3. Lars Windhorst (Hertha Berlin)
Berikutnya di urutan ketiga ada Lars Windhorst. Mirip dengan Farhad Moshiri, apa yang dilakukan Windhorst kepada Hertha Berlin bisa disebut sebagai investasi bodong.
Windhorst, pebisnis kontroversial asal Jerman mulai membeli saham Hertha Berlin secara bertahap sejak Juni 2019. Hingga Oktober 2020, ia memiliki 66,6% saham di Hertha BSC dengan total investasi sebesar €374 juta.
Akuisisi tersebut tidak melanggar aturan 50+1 dengan Windhorst yang dianggap sebagai investor utama. Alhasil, pendukung Die Alte Dame senang bukan main karena klub kesayangan mereka mendadak jadi kaya. Windhorst juga bermimpi untuk menjadikan Hertha Berlin sebagai “Big City Club” yang bersaing untuk trofi Liga Champions.
Namun, yang didapat fans Die Alte Dame kebalikannya. Sejak kehadiran Windhorst, Hertha menghabiskan dana tak kurang dari €177 juta untuk belanja pemain. Beberapa pelatih beken seperti Jurgen Klinsmann dan Felix Magath juga pernah didatangkan.
Akan tetapi, Hertha Berlin tetap menjadi raksasa yang tertidur. Bahkan, alih-alih bersaing di UCL, Die Alte Dame justru makin sering berkutat di zona degradasi, terutama dalam dua musim terakhir. Yang terparah, kini Hertha perlahan mulai tergeser pamornya dengan rival sekota mereka, Union Berlin yang makin berprestasi. Hal itu tentu membuat fans marah, bahkan musim lalu mereka sampai mendatangi sesi latihan tim.
Protes juga dilayangkan kepada Lars Windhorst. Dalam pertandingan kandang kontra Hoffenheim, Oktober tahun lalu, suporter Hertha Berlin membentangkan spanduk dan membagikan selebaran untuk menunjukkan ketidaksukaan mereka terhadap Lars Windhorst.
Protes tersebut dilakukan tak lama setelah Financial Times melaporkan bahwa Lars Windhorst menyewa mata-mata dari perusahaan intelijen swasta Israel untuk melakukan operasi penyamaran guna menggulingkan mantan presiden klub, Werner Gegenbauer.
4. Venky’s (Blackburn Rovers)
Beralih ke urutan keempat. Di sini kita akan berkenalan dengan Venky’s, pemilik dari Blackburn Rovers. Kalian mungkin bertanya-tanya, mengapa Blackburn Rovers tak kunjung kembali ke Premier League. Nah, inilah jawabannya.
Perusahaan asal India, Venky’s London Ltd membeli Blackburn Rovers pada November 2010 dengan kesepatakan yang ditaksir mencapai £43 juta. Perusahaan tersebut merupakan milik Venkateshwara Hatcheries Group alias Venky’s yang dimiliki oleh keluarga Rao, konglomerat asal India.
Sejak awal, akusisi Blackburn oleh Venky’s sudah tak disukai fans. Sebulan setelah kedatangannya, mereka langsung memecat Sam Allardyce dan menggantinya dengan Steve Kean yang memiliki hubungan dekat dengan agen yang memuluskan penjualan klub ke Venky’s. Sejak saat itu, kekacauan terus terjadi di Ewood Park.
Blackburn terdegradasi dari Premier League di akhir musim 2011/2012. Penunjukan dan pemecatan manager secara terus menerus di tiap musimnya membuat The Riversiders sempat terdegradasi semusim ke League One di musim 2017/2018. Berikutnya, dalam 4 musim beruntun, Blackburn cuma sebatas finish di papan tengah klasemen Championship.
Selama di bawah kekuasaan Venky’s, Blackburn kerap menjual pemain bintangnya tanpa persetujuan manager. Meski diperkirakan telah menghabiskan tak kurang dari £200 juta, Venky’s gagal menjadikan Blackburn sebagai merek global seperti yang mereka janjikan.
Venkys tiba ke Ewood Park tanpa memahami sejarah klub. Blackburn Rovers adalah anggota pendiri Football League. Mereka 6 kali menjuarai FA Cup dan 3 kali menjadi kampiun Liga Inggris. Yang paling diingat tentu gelar Premier League 1995.
Sebagai bentuk protes, pendukung Blackburn Rovers kerap mengenakan topi ayam saat menonton pertandingan. Mereka bahkan pernah melepas seekor ayam ke lapangan Ewood Park. Latar belakang VH Group yang memiliki perusahaan pengolahan daging ayam jadi alasan dibalik aksi protes tersebut.
5. Glazer Family (Manchester United)
Di daftar terakhir ada pemilik Manchester United, Glazer Family. Aneh dan tidak afdol rasanya jika tak menyertakan Keluarga Glazer sebagai pemilik klub paling dibenci fans saat ini.
The Glazers berada dalam level dan dimensi yang berbeda. Dalam hal mengecewakan suporter, Manchester United memang sempurna. Dan, penyebab di balik itu adalah Glazer Family.
Sejak awal, Keluarga Glazer sudah dibenci fans MU. Akuisisi pertama mereka oleh Glazer sudah bermasalah. Pebisnis asal Amerika Serikat itu memakai uang hasil ngutang untuk membeli Manchester United. Liciknya, utang itu kemudian dibebankan kepada MU.
Sejak diakusisi penuh oleh The Glazers, sejarah MU sebagai salah satu klub tersukses di dunia memang tidak sepenuhnya rusak. Namun, sejak mereka berkuasa, prestasi Setan Merah menurun. Lebih parah lagi, klub yang bermarkas di Old Trafford itu seperti dijadikan sapi perah.
Bukannya menyumbang kekayaan untuk mendanai klub, The Glazers justru ikut nimbrung demi meraup keuntungan. Berdasarkan temuan Swiss Ramble, selama periode 2015 hingga 2019, MU diduga kuat membayar 209 juta pounds dengan rincian; bunga 120 juta pounds + dividen 89 juta pounds, untuk mendanai struktur kepemilikan Glazer.
Ya, mereka mengalirkan pendapatan Setan Merah ke kantong pribadi mereka. Inilah yang kemudian membuat fans MU, yang sudah tak tergitung melancarkan tagar GlazerOut, senang bukan kepalang ketika Keluarga Glazer bersedia menjual saham Setan Merah.
Namun, siap-siap kecewa lagi ya Manchunian. Mengutip dari The Mirror, Keluarga Glazer berpeluang besar mempertahankan kepemilikan mereka apabila gagal menjual The Red Devils dan lebih memilih pinangan Elliot Investment Management yang menjanjikan investasi.
Referensi: Football Espana, Sportsbrief, Talksport, Football 365, Bulinews, Mirror.