Satu dekade silam, Malaga CF yang kini terjerembab di divisi 3 Liga Spanyol, pernah mengejutkan Eropa ketika menjadi perempat finalis Liga Champions. Ketika itu, Malaga yang sedang mendadak kaya, juga menjadi kuda hitam di La Liga.
Di tengah performa underdog Malaga di era tersebut, Francisco Román Alarcón Suárez atau yang lebih dikenal sebagai Isco jadi salah satu pemain yang paling menonjol.
Isco adalah peraih Golden Boy Award dan La Liga Breakthrough Player 2012. Setelah meraih dua penghargaan prestisius tersebut, Isco mencapai salah satu penampilan terbaiknya di musim 2012/2013.
Di musim tersebut, Isco mencetak 9 gol dan 1 asis untuk membantu Malaga finish di peringkat 6 La Liga. Sementara di UCL, Isco yang kala itu masih berusia 21 tahun bersinar dengan torehan 3 gol dan 4 asis yang mengantar Malaga melaju sampai babak perempat final.
Penampilan menawannya di musim tersebut berbuah transfer ke Real Madrid. Los Galacticos rela menggelontorkan dana hingga 30 juta euro untuk memboyong Isco dari La Rosaleda menuju Santiago Bernabeu.
Pasang Surut Isco di Real Madrid
Versatilitas Isco yang mampu bermain sebagai playmaker, winger, maupun gelandang sentral membuatnya tak kekurangan menit bermain di Madrid. Bak pesulap, Isco justru menjelma jadi bagian penting dari skuad Los Galacticos yang bertabur bintang. Visi bermain dan kemampuan umpannya bahkan mulai disandingkan dengan Zinedine Zidane.
Isco bisa dibilang telah mencapai puncak kariernya di Real Madrid. 3 trofi La Liga, 1 trofi Copa del Rey, 3 trofi Supercopa de Espana, 3 trofi UEFA Super Cup, 4 trofi FIFA Club World Cup, dan 5 trofi Liga Champions Eropa jadi daftar gelar juara yang ia menangkan selama membela Madrid.
Selama sembilan tahun kebersamaannya dengan Los Blancos, Isco mencetak 53 gol dan memberikan 57 asis dalam 353 caps. Selama periode tersebut, Isco juga jadi langganan timnas Spanyol dan mencatat 38 caps dan mencetak 12 gol.
Akan tetapi, tahun-tahun terakhir Isco di Santiago Bernabeu berakhir kurang baik. Performa dan kontribusinya perlahan menurun. Alhasil, menit bermainnya ikut menipis. Pasca Piala Dunia 2018, Isco pun juga mulai kehilangan tempat di skuad La Furia Roja.
Puncaknya, di akhir musim 2021/2022, Isco memutuskan untuk mengakhiri kontraknya di Real Madrid. Kendati tidak merasa diperlakukan dengan tidak adil dan merasa bahagia selama berbaju Real Madrid, Isco baru-baru ini mengatakan kalau ia seharusnya bisa meninggalkan Los Blancos lebih dini.
“Saya kurang siap secara mental, ada momen ketika alih-alih memberi lebih banyak, saya malah hancur. Saya seharusnya meninggalkan Real Madrid lebih cepat, karena saya merasa tidak dibutuhkan lagi di sana, tapi mengambil langkah meninggalkan klub terbaik di dunia itu rumit.”
Ditendang Sevilla dan Gagal Pindah ke Union Berlin, Isco Kena Mental
Setelah hengkang dari Madrid, Isco yang menolak tawaran dari Arab Saudi, Qatar, dan Italia, menerima tawaran Sevilla di musim panas 2022. Sayangnya, kepindahannya ke Sevilla tidak berjalan mulus.
Pada awalnya, semua baik-baik saja. Adalah Julen Lopetegui yang membawa dan memberi Isco kesempatan untuk kembali menghidupkan kariernya yang redup. Isco bahkan mau menurunkan gajinya hingga empat kali lipat dan membawa pindah keluarga kecilnya ke Sevilla.
Sayangnya, semua berubah setelah Lopetegui dipecat. Setelah Isco pergi, Jorge Sampaoli mengatakan kalau Isco gagal memenuhi ekspektasi. Namun, yang sesungguhnya terjadi tidak demikian.
Ternyata, hanya Lopetegui yang menginginkannya di Sevilla, sementara direktur olahraga Monchi tidak menyetujui perekrutannya. Tanpa berbicara langsung kepada Isco, Monchi langsung menghubungi agen dari Isco untuk membicarakan transfer keluar.
Ketika tahu bahwa Monchi ingin menendangnya, Isco pun langsung meminta klarifikasi. Pasalnya, menurut pengakuan Isco, Monchi telah berbohong. Kepada media, Monchi berkata kalau Isco ingin hengkang. Konflik pun terjadi di antara keduanya. Pada musim panas kemarin, Isco menceritakan semuanya secara detail kepada harian Marca.
“Saya mengatakan kepadanya bahwa dia adalah pembohong terbesar yang pernah saya temui di dunia sepak bola dan dia menyerang saya. Dia mendatangi saya, mencengkeram leher saya. Kami saling menjauh dan mereka harus memisahkan kami sepenuhnya.”
Setelah dicekik lehernya oleh Monchi, Isco yang sesungguhnya ingin bertahan memutuskan untuk segera cabut dari Sevilla dengan cara apapun. Akhirnya, setelah 4 bulan membela Sevilla dan mencatat 19 caps dengan 1 gol dan 3 asis, Isco memutus kontraknya di Sevilla pada 21 Desember 2022.
Setelah berstatus bebas agen, Isco dikabarkan tinggal selangkah lagi berseragam Union Berlin di bursa transfer Januari 2023. Kepada Marca, Isco mengaku menerima tawaran Union Berlin pada pukul 4 sore di hari terakhir bursa transfer. Setelah meninjau selama 5 menit, Isco menerima tawaran tersebut dan langsung terbang sendirian ke Berlin.
Di sana, Isco melakukan sesi foto dan membuat janji untuk melakukan tes medis keesokan harinya. Namun, pada pagi hari ketika akan pergi melakukan tes medis, Isco mendapat kabar bahwa Union Berlin tak bisa mendaftarkannya untuk Europa League. Meski begitu, Isco tetap melakukan tes medis dan dinyatakan lolos.
Namun, dalam perjalanan untuk melakukan tanda tangan kontrak, Isco kembali mendapat telepon. Kali ini, besaran gajinya dikurangi dan tidak sesuai dengan pra-kesepakatan. Sepuluh menit kemudian, Isco kembali menerima telepon yang mengatakan kalau jumlah gajinya untuk musim depan perlu direvisi.
Hanya dalam waktu 15 menit, Union Berlin mengubah setengah dari kontrak Isco yang sudah disepakati bersama. Isco yang merasa tidak dihormati kemudian memilih pulang ke Spanyol dan membatalkan segalanya.
Setelah ditendang Sevilla dan kepindahannya yang gagal ke Union Berlin, kesehatan mental Isco terguncang. Ia akhirnya memilih untuk berhenti sejenak dan meminta bantuan psikolog. Itulah penyebab sesungguhnya yang membuat Isco tidak punya klub dan menganggur cukup lama.
“Saya merasa bahwa setelah semua yang telah terjadi, saya perlu melepaskan diri, menjernihkan pikiran saya. Secara mental, saya tidak siap untuk proyek lain. Saya merasa bahwa saya harus berhenti, melakukan terapi, menjernihkan pikiran, menata hidup dan pikiran saya.”
Isco Lahir Kembali di Real Betis
Setelah lebih dari 8 bulan absen dari sepak bola, Isco akhirnya kembali merumput. Masih di Andalusia, tetapi kali ini Isco membela rival terberat Sevilla, Real Betis.
Pemain kelahiran 21 April 1992 itu bergabung dengan Los Verdiblancos di bulan Juli 2023. Isco mengaku bahwa menerima tawaran dari Betis adalah keputusan yang mudah. Selain bereuni dengan Manuel Pellegrini yang pernah membesarkannya di Malaga, Isco juga merasa cocok dengan Betis.
“Saya yakin bahwa ini adalah tim yang ideal untuk menemukan kembali versi terbaik saya. Saya telah menemukan lingkungan yang sangat baik yang membuat Anda lebih mudah untuk fokus pada sepak bola.”
Dan memang terbukti, Isco seperti lahir kembali di Real Betis. Dribbling-nya yang efisien dan menyulitkan lawan kembali terlihat. Umpan-umpan akurat dan indahnya kembali menghiasi lapangan hijau.
Sejak melakukan debutnya pada 13 Agustus silam, Isco sudah mencatat 13 penampilan sebagai starter di La Liga. Selama itu, ia sudah mencetak 2 gol dan 2 asis.
Isco memang bukan pemain paling menonjol soal urusan gol dan asis di La Liga musim ini. Namun, dengan 41 umpan kunci, gelandang berusia 31 tahun itu menduduki posisi teratas dalam daftar pencetak umpan kunci terbanyak di La Liga musim ini. Bahkan, tidak ada pemain lain di Eropa yang membuat statistik umpan kunci sebanyak Isco.
Statistik lainnya juga menunjukkan kalau Isco adalah pemain Real Betis yang paling berbahaya ketika masuk ke kotak penalti lawan. Buktinya, Isco menjadi pemain yang paling banyak mengirim umpan ke kotak penalti dan menjadi pemain yang paling banyak melepas umpan terobosan di La Liga musim ini.
Tak bisa dipungkiri kalau Isco adalah pemain terbaik Los Verdiblancos musim ini. Dari 13 pertandingan La Liga musim ini, Isco telah terpilih sebagai MVP sebanyak 9 kali.
Isco adalah alasan Real Betis mampu bertengger di peringkat 7 La Liga musim ini dengan koleksi 21 poin. Sumbangan 1 gol dan 1 asisnya dalam 4 pertandingan Europa League juga telah membantu Real Betis memuncaki Grup C.
Fakta-fakta tersebut menjadi bukti kalau Isco yang kita kenal telah kembali. Kapten Real Betis, Andrés Guardado juga berkata, “Saya tidak pernah melihat Isco bermain sebaik yang dia lakukan saat ini – dia memberikan versi terbaiknya.”
Sekali lagi, Isco mungkin bukanlah pemain paling menonjol di La Liga atau Europa League musim ini. Namun, lewat perannya sebagai playmaker dalam formasi 4-2-3-1 Manuel Pellegrini, Isco seperti menunjukkan bagaimana indahnya permainan seorang pemain bernomor 10 yang sudah langka di dunia ini.
Yang pasti, dengan balutan jersey hijau putih Real Betis, senyum Isco telah kembali merekah. Selama situasi tersebut terjaga, kita akan terus bisa menyaksikan versi terbaik dari Isco Alarcón.
Referensi: Forbes, Football Espana, OneFootball, Managing Madrid, Marca, Fotmob, Planet Football, Goal.