Menilik Kembali Cara Jerman Mendominasi Piala Dunia 2014

spot_img

Pada tahun 2014, tim nasional Jerman membuat sejarah bagi negaranya. Mereka berhasil menjuarai Piala Dunia di Brasil. Mereka merupakan tim pertama yang pernah menang Piala Dunia di Benua Amerika. Tidak hanya menjuarai Piala Dunia, Die Mannschaft tampil sangat mendominasi di turnamen tersebut. Mereka lolos sebagai juara di fase grup yang berisikan Ghana, Amerika Serikat, dan Portugal. Jerman tidak pernah mengalami kekalahan di laga fase grup.

Mereka juga mengalahkan tim-tim besar di babak gugur. Setelah mengalahkan Prancis di perempat final, mereka mengalahkan tim tuan rumah Brasil dengan skor 7-1 di babak semifinal. Padahal Brasil selalu meraih kemenangan di fase grup dan menjadi tim favorit juara tahun itu. Jerman juga menghancurkan mimpi Lionel Messi dan semua warga Argentina di partai final. Meskipun Jerman tampil memalukan di Piala Dunia 2018, tapi catatan Jerman di 2014 tidak bisa dilupakan begitu saja. Dan bagaimana mereka bisa meraih juara dunia itu bisa menjadi pelajaran bagi negara-negara lain. Lalu bagaimana cara Jerman bisa mendominasi Piala Dunia 2014?

 

Pemain Berkelas di Semua Lini

Salah satu alasan jelas mengapa Jerman bisa menang Piala Dunia 2014 adalah pemain berkelas yang mengisi setiap lini timnas Jerman. Meskipun mereka tidak punya talenta fenomenal seperti Lionel Messi, Neymar, atau Ronaldo, skuad Joachim Low bekerja sangat efektif bagaikan mesin. Skuad mereka diisi oleh pemain-pemain yang fungsional, efektif, dan punya banyak suku cadang. Dalam artian, kualitas mereka terasa sampai bangku cadangan. Alhasil, Joachim Low bisa bongkar pasang formasi tanpa harus mengkhawatirkan penurunan performa.

Susunan pemain Jerman saat itu juga diisi dengan memadukan pemain muda bertalenta dengan pemain senior penuh pengalaman. Mereka punya pemain veteran seperti Bastian Schweinsteiger, Miroslav Klose, dan Philipp Lahm. Jerman saat itu juga dipenuhi oleh pemain muda yang kreatif dan bisa diandalkan seperti Muller, Mesut Ozil, Toni Kroos, Jerome Boateng, dan Andre Schurrle. Tidak pula ketinggalan Mario Gotze, yang saat itu masih berusia 22 tahun dan menjadi pahlawan Jerman di partai final.

Joachim Low mungkin tidak punya pemain superstar, tapi susunan pemainnya punya kualifikasi lengkap untuk jadi juara Piala Dunia. Philipp Lahm bahkan memberikan alasan mengapa timnya bisa menjuarai Piala Dunia 2014. Kapten Jerman itu berkata “Entah kita punya pemain terbaik maupun tidak, yang pasti kita punya tim terbaik. Dan pada akhirnya kita berdiri sebagai juara dunia”.

Manuel Neuer

Selain memiliki pemain berkualitas, gawang Jerman saat itu juga dijaga oleh tembok kokoh tak tertembus bernama Manuel Neuer. Ia sudah dibicarakan sejak sebelum Piala Dunia 2014. Neuer menjadi perdebatan apakah ia adalah kiper terbaik di dunia saat itu. Banyak yang mempertimbangkan Keylor Navas dari tim kuda hitam, Kosta Rika adalah kiper terbaik. Namun setelah menjuarai Piala Dunia, dan mendapatkan Golden Glove, hal itu tidak jadi perdebatan lagi. Apalagi dengan penampilannya di turnamen tersebut. Semua orang setuju Neuer adalah kiper terbaik saat itu.

Neuer yang bisa menjaga kebugaran dan tampil prima di Piala Dunia 2014 adalah aset berharga bagi Joachim Low. Neuer selalu jadi pilihan utama penjaga gawang Jerman di Piala Dunia 2014. Ia hanya kebobolan empat kali selama turnamen itu. dua kali di fase grup, dan dua kali di babak gugur.

Tidak hanya menjadi shot-stopper yang baik, Neuer juga telah mengatasi kelemahan lini belakang Jerman. Neuer mengisi celah bek jerman yang dikenal terlalu lambat dan tidak bisa lari. Neuer tidak ragu untuk selalu berlari ke depan dan menyapu bola dengan kaki atau kepalanya. Jerman memang menang Piala Dunia sebagai tim, tapi Neuer bisa berbangga hati karena telah menjadi bagian yang krusial bagi penampilan Der Panzer.

Juru Taktik Joachim Low

Yang jadi bagian paling penting bagi kesuksesan Jerman di Piala Dunia 2014 adalah sang pelatih Joachim Low. Terlepas dari produktifnya lini depan Jerman mencetak gol, atau kuatnya pertahanan Hummels dan Neuer, Jerman sangat patut berterima kasih dengan sang pelatih dan bagaimana ia meracik taktik di setiap pertandingan.

Masih bisa diingat bagaimana Joachim meracik formasi pada laga melawan Prancis. Ia merubah formasi 4-3-3 ke 4-2-3-1 di tengah pertandingan. Namun, tidak hanya kejeniusannya dalam merancang strategi yang perlu diapresiasi. Tapi juga bagaimana pergantian pemain yang ia lakukan berjalan sangat efektif.

Contohnya seperti Schurrle yang selalu dimainkan dari bangku cadangan, tapi selalu membuat kerepotan lawan di menit-menit akhir. Juga bagaimana Joachim melakukan rotasi antara Schweinsteiger dan Sami Khedira untuk menjaga kebugaran kedua pemain itu. Dan tentu saja, memasukan Mario Gotze di laga final melawan Argentina, jadi keputusan terbaiknya.

Persiapan yang Matang

Benih tim juara Jerman sudah dipersiapkan sejak bertahun-tahun sebelumnya. Pada gelaran Euro 2000, Jerman tidak bisa lolos dari babak penyisihan grup. Mereka hanya meraih satu poin dari tiga pertandingan di Grup A yang berisikan Portugal, Inggris, dan Romania. Membuat Die Mannschaft duduk di dasar klasemen menjadi juru kunci Grup A.

Pada momen itulah, Jerman membulatkan tekad untuk memperbaiki tim. Agar kejadian memalukan itu tidak akan terulang lagi di masa depan. Harus ada yang diubah supaya Jerman bisa kembali jadi pusat kekuatan sepak bola dunia. Dan yang mereka lakukan adalah berinvestasi di akademi. Memperbaiki sistem latihan sejak para pemain Jerman masih berusia sangat muda.

Mereka berusaha lebih banyak mengembangkan pemain yang punya teknik tinggi. Hasilnya, di generasi itu Jerman bisa memproduksi pemain seperti Mesut Ozil, Marco Reus, Mario Gotze, Toni Kroos, dan Thomas Muller. Mereka adalah pemain yang punya teknik bermain bola tingkat tinggi.

Orang yang paling bertanggung jawab dalam pengembangan akademi sepakbola di Jerman adalah Jurgen Klinsmann. Ia adalah sosok penting dibalik German Renaissance atau masa-masa pencerahan sepakbola Jerman. Sebelumnya Klinsmann sudah terkenal berani mempercayakan pemain muda seperti Philipp Lahm dan Bastian Schweinsteiger untuk menggantikan posisi pemain senior di Jerman.

Lahm dan Schweinsteiger pun menjelma jadi pemain paling penting di timnas Jerman. Tanpa mereka, Jerman akan lebih kesulitan untuk bisa menjadi juara dunia. Dengan gebrakan Klinsmann, ia sudah menetapkan standar untuk tim Jerman. Dan Joachim Low membawa standar itu lebih tinggi lagi di Piala Dunia 2014.

Kesuksesan timnas Jerman di Piala Dunia 2014 datang dari persiapan matang untuk membangun sistem dan filosofi yang tepat. Jika diingat dari sisi itu, tidak mengherankan bagi Jerman untuk bisa menjadi juara dunia di tahun 2014. Tapi sangat disayangkan melihat timnas Jerman yang kembali terpuruk di Piala Dunia 2018.

 

Sumber referensi: B/R, Matters, Bundesliga, UEFA

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru