Sudah 68 pertandingan terlewati sejak AC Milan merayakan scudetto ke-19 dalam sejarah. Seiring berjalannya waktu, scudetto Milan di musim 2022 tersebut makin terasa seperti sebuah keberuntungan semata.
Adalah Stefano Pioli yang jadi akar masalahanya. Setidaknya, itulah yang ada dalam benak para pendukung Rossoneri.
Pioli adalah allenatore yang berhasil mempersembahkan scudetto ke-19 bagi AC Milan. Namun, Pioli pula yang menyebabkan Milan gagal mempertahankan scudetto di musim lalu. Bahkan, andai Juventus tidak membuat skandal plusvalenza, Milan seharusnya tidak bertanding di Liga Champions musim ini.
Kini, atas performa inkonsistensi yang Davide Calabria cs perlihatkan di atas lapangan, Stefano Pioli kembali disalahkan. Dan, entah untuk keberapa kalinya, tagar PioliOut mulai kembali didengungkan.
4 Laga Serie A Beruntun Gagal Menang, Posisi Pioli Tetap Aman
Dalam kesempatan sebelumnya, Starting Eleven sudah pernah membahas kalau memecat Stefano Pioli pasca kekalahan derby 5-1 dari Inter adalah sebuah hal yang lumrah. Jika tidak, waktu yang ideal adalah menungggu hasil di bulan Oktober. Dan terbukti, bulan Oktober yang padat menjadi batu sandungan Milan.
Dari 5 pertandingan di bulan Oktober, Milan hanya menang sekali, itupun hanya menang 1-0 atas Genoa. Sisanya, Milan ditahan imbang Dortmund dan Napoli, serta kalah dari Juventus dan PSG. Namun, meski memetik hasil buruk, manajemen tetap bertahan dengan Pioli. Hasilnya, Milan takluk 0-1 dari Udinese di giornata 11.
Milan kemudian sempat menang 2-1 atas PSG di matchday 4 Liga Champions. Milan seolah kembali ke jalur kemenangan, tetapi nyatanya mereka kembali tampil inkonsisten tatkala ditahan imbang 2-2 di markas Lecce.
Di laga giornata 12 tersebut, AC Milan kehilangan keunggulan 2-0 di babak pertama. Bahkan, andai VAR tidak membatalkan gol spektakuler Roberto Piccoli di masa injury time, Milan harusnya kalah memalukan.
Ini jadi kali kedua di musim ini Milan kehilangan keunggulan di babak pertama. Sebelumnya, di laga giornata 10 di kandang Napoli, Milan juga sudah unggul 2-0 di babak pertama, tetapi keunggulan tersebut sirna di babak kedua ketika Napoli berhasil mencetak 2 gol penyama kedudukan.
Hasil kontra Lecce itulah yang membuat tagar PioliOut kembali berdengung. Fans Milan seperti sudah kehilangan kesabarannya. Sebab, sudah empat kali beruntun Milan gagal menang di empat giornata Serie A terakhir yang membuat peluang scudetto musim ini menipis.
Ini merupakan start terburuk Pioli sejak menjadi pelatih AC Milan. Di 12 pertandingan Serie A musim ini, Milan hanya meraih 23 poin, 5 poin lebih sedikit ketimbang musim 2020/2021, 9 poin lebih sedikit dari musim 2021/2022, dan 3 poin lebih sedikit dibanding musim 2022/2023.
Sebuah hasil yang pada akhirnya membuat manajemen mulai tersentak. Akan tetapi, sekali lagi pendukung rossoneri harus gigit jari. Jurnalis Luca Bianchin dan Daniele Longo kompak mengabarkan kalau pekerjaan Stefano Pioli di AC Milan tetap aman.
Form AC Milan sebenarnya 11 12 dengan Napoli. Milan di posisi 3 dengan koleksi 23 poin, sementara Napoli tepat di bawahnya dengan jarak 2 poin. Namun, menyusul kekalahan atas Empoli yang jadi kekalahan ketiga mereka musim ini, Napoli sudah serius untuk memecat Rudi Garcia dan dikabarkan tengah bersiap menunjuk penggantinya. Sementara itu, pemecatan Stefano Pioli bahkan tidak jadi wacana di dalam internal Milan.
Menyesakkan memang. Akan tetapi, setelah menganalisis lebih dalam, ternyata masalah AC Milan tidak hanya terletak pada Stefano Pioli saja.
Masalah AC Milan Bukan Stefano Pioli Saja
Di empat giornata terakhirnya, Milan gagal memetik kemenangan. Faktanya, selain gagal menang, gawang Milan juga selalu jebol di babak kedua.
Saat kalah dari Juventus, gawang Antonio Mirante jebol di menit ke-63. Seolah dejavu, gawang Mike Maignan dijebol Roberto Pereyra di menit ke-62 saat kalah 0-1 dari Udinese. Selain itu, saat Milan dipaksa imbang di kandang Napoli dan Lecce, gawang Milan juga jebol di babak kedua. Jarak antar dua gol yang tercipta bahkan tak sampai 10 menit.
Tentu saja, keputusan-keputusan Pioli di masa tersebut perlu dikritisi. Seperti di laga vs Lecce kemarin di mana Pioli lebih memilih Yunus Musah ketimbang Florenzi untuk menggantikan Davide Calabria dan Luka Jovic ketimbang Luka Romero untuk menggantikan Samuel Chukwueze. Hasilnya, Musah membuat kesalahan yang berujung gol Lecce, sementara Jovic tidak memberi impact apapun.
Pendukung milan pastinya sudah kenyang dengan keputusan pergantian pemain yang membingungkan semacam itu. Bahkan beberapa kali pemain Milan juga terlihat mempertanyakan keputusan Pioli. Seperti Olivier Giroud dan Rafael Leao yang tak senang ketika ditarik keluar di laga vs Napoli.
Menurut hemat kami, Pioli tak hanya keras kepala dengan taktiknya yang mulai terbaca, tetapi juga tidak mampu mengambil keputusan bijak di kondisi genting. Namun, melihat gawang Milan yang selalu kebobolan di babak kedua dalam 4 pertandingan Serie A terakhir, berarti ada fokus yang hilang dari para pemain Milan, sehingga para pemain Milan pun harusnya kecewa.
Masalah berikutnya adalah tak adanya “leader” dalam skuad AC Milan musim ini. Davide Calabria dan Theo Hernandez terlihat belum maksimal dalam menjalankan peran sebagai kapten dan wakil kapten. Sementara itu, Olivier Giroud yang diharapkan sebagai pemain senior dalam tim malah terkadang hilang kendali. Contohnya, seperti saat mendapat kartu merah di laga melawan Lecce.
Di 4 musim terakhirnya, harus diakui kalau “leader” sejati dalam skuad AC Milan adalah Zlatan Ibrahimovic. Langkah Gerry Cardinale, orang nomor 1 di RedBird Capital, yang serius ingin menjadikan Zlatan sebagai “super consultant” adalah bukti kalau Milan butuh sosok “leader”.
Kabarnya, Zlatan tidak akan punya peran khusus dalam struktur organisasi, tetapi pemain berusia 42 tahun itu akan membantu tim teknis yang dipimpin oleh direktur olahraga Antonio D’Ottavio dan kepala pemandu bakat Geoffrey Moncada, serta memiliki suara dalam hal transfer, manajemen tim, serta strategi komersial dan komunikasi.
Zlatan tak hanya akan hadir di Casa Milan, tetapi juga akan hadir di Milanello. Rencana serius yang tampaknya akan segera terwujud ini menjadi penguat asumsi bahwa Pioli sepertinya telah gagal memenangkan ruang ganti AC Milan.
Masalah “leadership” ini juga diamini mantan pelatih legendaris Milan, Arrigo Sacchi. Sacchi mengatakan kepada Pioli bahwa ia perlu menemukan sosok pemimpin dalam skuadnya.
Sacchi juga berpendapat kalau kesalahan terbesar Milan yang menimbulkan masalah musim ini dimulai dari banyaknya pemain asing yang didatangkan. Menurut Sacchi, “mereka yang datang dari luar negeri membutuhkan waktu untuk memahami liga dan metode Milan. Mereka tampak kebingungan dan hasilnya, Milan tidak selalu terlihat sebagai sebuah tim.”
Dari data transfermartk, jumlah pemain asing dalam skuad Milan musim ini mencapai 75%, jauh lebih banyak dari Inter yang hanya mencapai 64% dan Juventus yang hanya mencapai 53,7% saja. Pemain lokal dalam skuad Inter dan Juve juga banyak yang berlabel timnas, sementara di Milan, kini hanya Davide Calabria yang masih dipanggil Gli Azzurri.
Atas banyaknya pemain asing dalam skuad Milan, tentu saja sporting director Antonio D’Ottavio, kepala pemandu bakat Geoffrey Moncada, dan CEO Giorgio Furlani perlu ikut bertanggung jawab. Sebab, cukup miris melihat susunan starting eleven AC Milan musim ini yang nyaris tidak ada pemain Italia.
Masalah “leadership”, banyaknya pemain asing, dan fokus yang kerap hilang di babak kedua adalah beberapa bukti kalau masalah AC Milan tidak hanya terletak pada Stefano Pioli saja. Untuk itulah, memecat Pioli bukanlah solusi tunggal.
24 Kasus Cedera Sejak Awal Musim
Manajemen pun sadar akan risiko tersebut. Menunjuk pelatih di pertengahan musim akan menimbulkan masalah baru. Dengan kontrak Pioli yang masih sampai 2025 juga akan membuat Milan mengeluarkan pesangon yang tidak sedikit.
Asal kalian tahu saja, Milan akhirnya bisa mencatat profit di akhir musim 2023 kemarin. Itu menjadi kali pertama sejak tahun 2006 ketika Milan masih dipimpin Silvio Berlusconi. Bisa dibayangkan kan betapa hematnya rossoneri?
Manajemen Milan pun dikabarkan lebih ingin menunjuk pelatih permanen ketimbang pelatih interim. Selain itu, manajemen juga melihat masalah yang lebih besar ketimbang pemecatan Pioli, yakni badai cedera yang terus menggerogoti skuad.
Cedera jadi masalah serius yang menyebabkan Milan tampil inkonsisten. Sejak awal musim kemarin, sudah terjadi 24 kasus cedera yang dialami Milan. Jumlah yang jauh lebih banyak dari Inter yang hanya punya 7 kasus cedera maupun Juventus yang mengalami 10 kasus cedera.
Masalahnya lagi, jumlah kasus cedera di Milan terus naik dari musim ke musim. Dan kebanyakan adalah cedera otot. Di musim 2020/2021 terdapat 4 kasus cedera otot, jumlah ini naik menjadi 11 kasus di musim berikutnya, kemudian naik lagi menjadi 17 kasus, dan di musim ini sudah terjadi 21 kasus cedera otot.
Menurut laporan Tuttosport, Giorgio Furlani bisa melakukan intervensi untuk memecat staf AC Milan yang tak sanggup dilakukan sendiri oleh Stefano Pioli. Kini, semua staf AC Milan tengah dievaluasi untuk menemukan penyebab dari badai cedera yang terus terjadi. Pelatih fisik Matteo Osti yang sudah beberapa kali dikritik karena metode latihannya yang terlalu keras jadi salah satunya.
Selain Osti, kepala departemen medis Milan, Stefano Mazzoni yang sudah bekerja sejak 2011 silam juga harusnya segera diganti. Milan bisa mencontoh Real Madrid yang baru-baru ini memecat kepala medis Niko Mihic dari jabatannya gara-gara kasus cedera yang dialami Arda Guler.
Jadi, sekali lagi, tagar PioliOut bukanlah solusi tunggal. Selama Milan masih ditangani figur yang sama di ranah medis, fisik, dan sports science, maka badai cedera rasanya akan terus jadi momok bagi Milan di tiap musimnya, tak peduli siapa pelatihnya.
Akan tetapi, meskipun pekerjaan Stefano Pioli di AC Milan masih aman, Calciomercato melaporkan kalau posisi Pioli tetap berada dalam tekanan. 5 pertandingan ke depan melawan Fiorentina, Dortmund, Frosinone, Atalanta, dan Newcastle United akan jadi bahan evaluasi untuk menentukan masa depannya. Mungkin, itulah satu-satunya kabar baik yang ingin didengar oleh para pendukung AC Milan saat ini.
Referensi: GFN Italy, SempreMilan, Goal, SempreMilan, Football Italia, SempreMilan, Calciomercato.