Mengenang Generasi Emas Republik Ceko di Euro 1996 dan 2004

spot_img

Sebelum generasi emas Belgia, atau bahkan Kroasia, Republik Ceko lebih dulu punya generasi emas. Pada saat itu, kemunculan mereka di ajang Euro 1996 cukup mengejutkan. Lalu, seiring berjalannya waktu, mereka menjadi tim yang diperhitungkan, khususnya di Euro 2004.

Namun, nasib generasi emas Republik Ceko juga seperti halnya generasi emas dari negara lainnya. Mereka tak lebih dari sekadar kuda hitam yang pulang tanpa trofi juara. Lalu, bagaimana kisahnya? Selengkapnya di Football Jack.

Republik Ceko: Titisan Kehebatan Cekoslowakia

Sejarah dari sepak bola Republik Ceko tak bisa dilepaskan dari Cekoslowakia, sebuah negara besar yang pernah berdiri di Eropa Tengah. Saat masih berdiri, Cekoslowakia tak hanya maju secara perekonomian, tetapi juga memiliki tim sepak bola yang kuat.

Di masa lalu, tim nasional Cekoslowakia adalah salah satu yang terkuat. Mereka delapan kali mengikuti Piala Dunia dengan 2 kali menjadi runner-up di edisi 1934 dan 1962. Mereka juga merupakan juara Piala Eropa 1976 dan peraih medali emas Olimpiade 1980. Josef Masopust dan Antonin Panenka adalah salah dua pemain terbesar dari negara tersebut.

Seperti yang kita tahu, Cekoslowakia sudah bubar sejak 1993 dan pecah menjadi dua negara, yakni Republik Ceko dan Slowakia. Nah, di antara dua negara tersebut, Republik Ceko bisa dibilang sebagai pewaris kehebatan sepak bola Cekoslowakia.

Bukti sahihnya langsung terlihat di kualifikasi Euro 1996 yang merupakan keikutsertaan pertama Ceko di ajang internasional. Belum lama terbentuk, timnas Ceko berhasil tampil mengejutkan. Mereka lolos sebagai pemuncak Grup 5 melangkahi Belanda yang lebih difavoritkan.

Akan tetapi, kejutan sesungguhnya baru terjadi di putaran final Euro 1996 yang diadakan di Inggris. Datang sebagai tim yang tidak terkenal, timnas Ceko tampil dahsyat dan membuat banyak orang terkagum-kagum.

Kejutan Generasi Emas Ceko di Euro 1996

Sebelum turnamen, tidak banyak yang tahu tentang skuad asuhan Dusan Uhrin. Dari 22 pemain yang dibawa, hanya 7 pemain yang bermain di luar negeri; 5 pemain dari Liga Jerman, 1 dari Liga Swiss, dan 1 dari Liga Inggris. Sementara 15 sisanya bermain di negaranya sendiri.

Baru terbentuk setelah Cekoslowakia pecah, timnas Republik Ceko juga tidak diunggulkan. Bahkan bisa dibilang tidak dianggap serius oleh lawan-lawannya. Apalagi, mereka tergabung dalam Grup C bersama Italia, Rusia, dan Jerman yang di turnamen tersebut merupakan tim unggulan.

Prediksi Ceko akan langsung tersingkir di fase grup mendekati kenyataan setelah di laga pertama mereka langsung takluk dari Jerman 2-0 di Old Trafford. Namun, di luar dugaan, pasukan Dusan Uhrin merespon dengan luar biasa di laga kedua kontra Italia.

Ceko berhasil mencuri gol cepat di menit ke-5 lewat Pavel Nedved. Italia kemudian membalas lewat gol Enrico Chiesa di menit ke-18. Keberuntungan menghinggapi Ceko di menit ke-29 tatkala bek tengah Italia, Luigi Apolloni mendapat kartu merah.

Keunggulan jumlah pemain mampu dimanfaatkan Ceko dengan baik. Enam menit berselang, Radek Bejbl sukses membuat Ceko kembali unggul. Gol tersebut jadi gol terakhir yang tercipta dan membuat Republik Ceko menang 2-1 atas Italia yang saat itu dilatih oleh Arrigo Sacchi.

Kemenangan atas Italia tersebut menjadi kejutan pertama Ceko di turnamen tersebut sekaligus membuat kans mereka untuk lolos dari babak grup menjadi terbuka. Apalagi, di laga pamungkas, mereka cuma berhadapan dengan Rusia yang sudah dipastikan tersingkir.

Namun siapa sangka, laga sengit justru terjadi di Anfield. Keunggulan 2 gol Ceko di babak pertama sirna di babak kedua. Bahkan, ketika laga menyisakan 5 menit, Rusia berhasil berbalik unggul. Saat harapan untuk lolos dari fase grup mulai memudar, Vladimír Šmicer keluar sebagai pahlawan Ceko lewat gol telatnya di menit ke-88. Laga pun berakhir dengan skor 3-3.

Dewi Fortuna kembali mendukung Ceko. Di laga lain, Italia cuma bermain 0-0 melawan Jerman. Berkat aturan head-to-head, Ceko berhak menemani Jerman lolos ke babak perempat final sebagai runner-up Grup C.

Hasil undian fase gugur kemudian mempertemukan Ceko dengan tim kuat lainnya, Portugal. Menghadapi Portugal yang dibanjiri seniman lapangan hijau membuat Ceko nyaris bertahan sepanjang laga dan hanya berharap dari serangan balik. Lagi-lagi semesta mendukung mereka.

Delapan menit setelah turun minum, Karel Poborsky mendapat bola dari serangan balik. Dikelilingi oleh banyak pemain Portugal, Poborsky yang melihat Vítor Baía terlalu maju dari gawangnya, dengan cerdik melepas bola lob yang menjadi salah satu gol paling ikonik dalam sejarah Piala Eropa.

Gol indah Poborsky mengantar Republik Ceko lolos ke partai semifinal untuk menantang tim kuat lainnya, Prancis yang berisikan skuad yang kelak bakal menjuarai Piala Dunia 1998.

Sekali lagi, semesta mendukung mereka. Setelah laga berjalan antiklimaks hingga babak extra time, nasib kedua tim ditentukan lewat adu penalti. Ketika memasuki babak “sudden death”, Petr Kouba berhasil menggagalkan eksekusi Reynald Pedros. Miroslav Kadlec yang maju sebagai penendang keenam sukses mengirim Republik Ceko ke final Euro 1996.

Di final yang digelar di Wembley, Ceko kembali bertemu dengan Jerman. Saat itu, pasukan Dusan Uhrin dalam kepercayaan diri tinggi. Menyusul kekalahan Inggris atas Jerman di babak semifinal, timnas Ceko mendapat dukungan dari suporter tuan rumah.

Benar saja, Dewi Fortuna seperti kembali mendukung Ceko. Setelah laga berjalan satu jam, Karel Poborsky dijatuhkan Matthias Sammer di dekat kotak penalti. Meski sebenarnya pelanggaran tersebut terjadi di luar kotak penalti, tetapi wasit menunjuk titik putih. Patrik Berger yang maju sebagai algojo sukses menaklukkan Andreas Köpke dan membawa Ceko unggul 1-0.

Ceko tampak sudah di atas angin. Namun, striker pengganti Oliver Bierhoff menjadi momok sekaligus penghancur mimpi mereka ketika berhasil menyamakan skor di menit ke-77 dan mencetak “Golden Goal” bersejarah di babak extra time.

Pada akhirnya, Republik Ceko memang kalah. Namun, perjalanan mereka di Euro 1996 menjadi salah satu kejutan terbesar dalam sejarah turnamen. Dahsyatnya performa Ceko juga membuat banyak pecinta sepak bola terkagum-kagum. Para pemain Ceko yang awalnya datang tanpa nama, pulang dengan membawa nama besar.

Terlebih lagi, performa Republik Ceko di Euro 1996 telah menarik banyak minat dari klub-klub besar Eropa. Tercatat sebanyak 7 pemain Ceko saat itu sukses pindah ke klub baru selepas turnamen berakhir.

Vladimír Šmicer dan Jan Suchopárek pindah ke Prancis untuk membela RC Lens dan Strasbourg. Sementara Radek Bejbl dan Petr Kouba direkrut oleh Atletico Madrid dan Deportivo La Coruna. Lalu Pavel Nedved yang dikontrak Lazio, dan tentu saja Karel Poborsky dan Patrik Berger yang direkrut Manchester United dan Liverpool.

Kedahsyatan generasi emas Republik Ceko 1996 sempat berlanjut di Piala Konfederasi 1997 ketika mereka keluar sebagai juara ketiga. Namun, di tahun yang sama, Ceko gagal lolos ke Piala Dunia 1998.

Seiring dengan mundurnya Dusan Uhrin, performa timnas Ceko ikut menurun. Di Euro 2000, mereka langsung terhenti di fase grup. Untuk kedua kalinya secara beruntun, Ceko juga kembali gagal lolos ke Piala Dunia 2002.

Generasi Emas Jilid 2 Ceko di Euro 2004

Setelah kegagalan menyakitkan di kualifikasi Piala Dunia 2002, Republik Ceko berbenah dan generasi emas yang baru pun lahir di bawah pelatih Karel Brückner. Di 21 pertandingan pertamanya sebagai pelatih, Brückner sukses membawa timnas Ceko mencatat 20 laga beruntun tak terkalahkan dan lolos ke Euro 2004 sebagai pemuncak Grup 3 melangkahi Belanda dan Austria.

Tak seperti keikutsertaan mereka di dua edisi Piala Eropa terakhirnya, Ceko masuk ke Euro 2004 sebagai tim unggulan. Sebelum turnamen, mereka adalah tim peringkat 4 dunia. Oleh karena itu, Ceko juga masuk dalam pot 1 yang berisikan tuan rumah Portugal, juara bertahan Prancis, dan Swedia.

Masuknya timnas Ceko 2004 sebagai tim unggulan adalah sesuatu yang tidak mengejutkan. Selain rekor tak terkalahkan mereka sebelum turnamen, skuad Ceko saat itu dihuni banyak pemain bintang yang dipimpin oleh peraih Ballon d’Or 2003, Pavel Nedvěd.

Di lini belakang, ada Marek Jankulovski, Zdeněk Grygera, René Bolf, Martin Jiránek, Tomáš Ujfaluši, dan kiper muda Petr Čech. Di lini tengah, ada Tomáš Galásek, Tomáš Rosický, Jaroslav Plašil, dan Karel Poborský. Sementara di lini depan, Ceko punya striker raksasa dalam diri Jan Koller, serta dua penyerang Liverpool, Vladimír Šmicer dan Milan Baroš.

Dengan skuad bertabur bintang seperti itu, terbukti Republik Ceko mampu lolos dari fase grup. Namun, perjuangan mereka di Grup D tidaklah mudah.

Di laga pertama melawan tim debutan Latvia, Ceko tertinggal 1-0 di babak pertama. Mereka kemudian membalikkan skor lewat gol Milan Baroš dan Marek Heinz untuk meraih kemenangan 2-1.

Kemenangan dengan cara yang kurang lebih sama kembali Ceko raih di laga kedua melawan Belanda. Ceko tertinggal 2 gol lebih dulu di 20 menit pertama, sebelum Jan Koller, Vladimír Šmicer, dan Milan Baroš membuat laga berakhir 3-2 untuk kemenangan Ceko.

Dengan 2 kemenangan, Ceko sudah dipastikan lolos. Laga terakhir fase grup pun hanya akan menentukan status mereka sebagai pemuncak grup atau runner-up. Lawannya adalah Jerman yang butuh kemenangan untuk lolos dari fase grup.

Laga yang berbau balas dendam bagi Ceko tersebut ternyata juga menyajikan remontada. Michael Ballack membuat Jerman memimpin di menit ke-21. Marek Heinz membalas lewat sepakan free-kick di menit ke-30 yang membuat babak pertama berakhir 1-1. Ceko akhirnya keluar sebagai pemenang berkat gol Milan Baroš di menit ke-77. Dengan sapu bersih kemenangan, Ceko lolos ke fase gugur sebagai pemuncak Grup D.

Di babak perempat final, Ceko dipertemukan dengan Denmark. Setelah laga berjalan buntu di babak pertama, satu gol Jan Koller dan dua gol Milan Baroš membuat Ceko mampu menggilas Denmark 3 gol tanpa balas.

Ceko pun melaju ke semifinal untuk menghadapi tim kejutan, Yunani. Di babak inilah perjalanan dahsyat generasi emas 2004 Republik Ceko berakhir.

Di laga yang dipimpin oleh Pierluigi Collina itu, Dewi fortuna benar-benar berpihak kepada Yunani. Di menit ke-2, sepakan Tomáš Rosický sudah membentur mistar. Lalu, sebelum turun minum, kapten Pavel Nedvěd harus meninggalkan lapangan karena cedera. Peluang-peluang dari Milan Baroš dan Jan Koller di sepanjang babak kedua hingga memasuki perpanjangan waktu juga seperti tak menemui sasaran.

Hingga akhirnya, situasi yang mirip dengan final Euro 1996 kembali dirasakan timnas Ceko. Jika dulu mereka kalah karena “Golden Goal”, kini mereka kalah karena “Silver Goal”. Dalam aturannya, apabila sebuah tim mampu mencetak gol di 15 menit pertama extra time, mereka akan keluar sebagai pemenangnya. Namun, tak seperti “Golden Goal” yang membuat laga langsung berakhir, aturan “Silver Goal” membuat laga akan diteruskan hingga waktu habis.

Sayangnya, di laga yang berlangsung di Estadio do Dragão itu, Traianos Dellas mencetak satu-satunya “Silver Goal” yang tercipta di pertandingan internasional di menit ke-106. Sudah tak ada waktu yang tersisa di babak pertama extra time. Laga pun berakhir dan terhenti sudah langkah Republik Ceko di Euro 2004.

Meski berakhir antiklimaks bagi Ceko, tetapi 3 pemain mereka, yakni Petr Čech, Pavel Nedvěd, dan Milan Baroš terpilih dalam UEFA Team of the Turnament. Berkat 5 golnya, Baroš juga mendapat Golden Boot.

Belum Ada Lagi Generasi Emas dari Ceko

Euro 2004 juga bukan menjadi akhir generasi emas 2004 Republik Ceko. Selepas Piala Eropa, mereka mampu mendapat hasil baik di babak kualifikasi Piala Dunia 2006. Menjadi runner-up Grup 1, Ceko lolos ke Piala Dunia pertama mereka dalam sejarah setelah memenangi laga play-off melawan Norwegia.

Di dalam skuad Piala Dunia 2006, masih terdapat 18 alumni Euro 2004. Pelatih Karel Brückner juga masih menjadi nahkoda. Namun, meski Ceko masuk ke Piala Dunia dengan status tim peringkat 2 dunia, tetapi langkah mereka di turnamen akbar sejagad tersebut langsung berakhir di fase grup.

Ceko sebenarnya mengawali perjalanan mereka di Grup C dengan kemenangan meyakinkan 3-0 kontra Amerika Serikat. Namun, tanpa Jan Koller dan Milan Baroš yang cedera, Ceko takluk 2-0 di tangan Ghana di laga kedua. Butuh kemenangan untuk lolos dari fase grup, Ceko menelan kekalahan 2-0 dari Italia.

Pertandingan itupun menjadi akhir bagi generasi emas jilid 2 Republik Ceko. Setelah Piala Dunia 2006, Ceko belum lagi mampu lolos ke edisi Piala Dunia berikutnya. Sementara itu, meski terus lolos di tiap edisi Piala Eropa, tetapi hasil terbaik Republik Ceko hanya sampai perempat final.

Setiap kisah dongeng pasti punya akhir. Dan bagi Republik Ceko, Euro 1996 dan Euro 2004 jadi akhir bagi generasi emas mereka. Hingga hari ini, belum ada lagi generasi emas yang dilahirkan oleh Republik Ceko.

Mungkin, ketika mereka punya pemain yang setara Pavel Nedvěd, atau punya stiker setajam Jan Koller, atau punya kiper sehebat Petr Čech di masa mendatang, hari di mana Republik Ceko punya generasi emas lagi akan tiba.


Referensi: Inews, 442, idnes, BBC, These Football Times, Golden Times.

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!

Glory Glory Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Magnificent 7 Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Back Home Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000

Artikel Terbaru