Pemandangan yang unik terjadi di setiap laga Liga Champions yang dilakoni oleh Manchester City. Fans mereka telah lama menyoraki anthem sakral milik Liga Champions yang selalu berkumandang di stadion itu.
Fans City lebih fasih melantunkan lagu Wonderwall milik Oasis atau Hey Jude milik The Beatles. Pasti dong, ada alasan di balik sikap para fans The Citizens tersebut. Lantas, apa saja alasannya?
Why do Manchester City fans boo the Champions League anthem? 🤔#MCIS04https://t.co/vqHI28zLkN
— GOAL News (@GoalNews) March 12, 2019
Daftar Isi
Rasisme Balotelli
Hubungan renggang antara fans City dan pihak UEFA sudah terjadi lama. Kisah kebencian itu dimulai sejak mantan pemain mereka, Mario Balotelli diperlakukan rasis oleh para pendukung FC Porto.
Kejadian itu terjadi ketika City berlaga di laga 32 besar Europa League pada leg pertama melawan Porto di Do Dragao Februari 2012.
Balotelli ketika itu diejek dengan teriakan “mirip monyet” di laga yang berkesudahan 2-1 untuk kemenangan Porto itu. Pihak Manchester City tak terima dan mengajukan protes resmi mengenai hal ini pada UEFA.
📸 En 2012, Les “Supporters” du FC Porto ont fait des cris de singes envers Mario Balotelli. Ce même club qui veut faire passer Bernardo Silva pour un raciste.
— Blue Moon (@FRBlueMoon) December 2, 2020
Ils ont honte de rien. pic.twitter.com/KWS4rKu2rn
UEFA pun melalui Badan Pengendalian dan Disiplin mempelajari protes Manchester City tersebut. Porto akhirnya dijatuhi sanksi oleh UEFA. Namun, sanksi yang dibebankan UEFA pada Porto hanyalah denda senilai 20 ribu saja atau sekitar Rp321 juta. Denda tersebut bahkan jauh lebih kecil dari gaji Wout Faes di Leicester (58 ribu euro) per pekan.
Tentu saja pihak Manchester City kecewa atas hal itu. Mereka berharap kasus seperti rasisme ini layak mendapatkan hukuman yang lebih berat.
Denda Di Lisbon
Setelah peristiwa yang mengecewakan di Porto tersebut, ternyata masalah kembali terjadi di babak 16 besar Europa League kala melawan Sporting Lisbon. Kejadian itu tepatnya pada leg pertama di kandang Sporting Lisbon, Jose Alvalade, Maret 2012.
Laga yang berkesudahan 1-0 untuk kemenangan Sporting Lisbon itu diwarnai aksi “lelucon” ketika babak kedua akan dimulai. Laga itu tiba-tiba ditunda sebentar dengan alasan perangkat pertandingan menganggap tim The Citizens terlambat memasuki lapangan. Padahal sebenarnya, para pemain City itu hanya terlambat 1 menit saja.
Dan apa yang terjadi pasca laga? UEFA menjatuhkan denda sebesar 30 ribu euro (Rp803 juta) kepada City berkat keterlambatannya itu. City kembali kecewa sekaligus marah atas denda tersebut. Sebab, selain sepele, nilai dendanya pun jauh lebih besar dari denda yang dijatuhkan kepada FC Porto.
📌 Manchester City y Sporting de Lisboa solo se han enfrentado una vez en los Octavos de Final de la UEFA Europa League 2011-2012.
— Premier Nation (@PremierNation1) December 13, 2021
👉 Sporting de Lisboa eliminó al equipo Inglés con un marcador de ida 3-2 y 1-0. Esta vez no habrá gol de visitante que valga doble. pic.twitter.com/zcuR0W1MFp
Kasus Financial Fair Play di 2014
Sudah ada dua kasus yang menurut pihak City merugikan. Namun di bulan Mei 2014, mereka kembali terkena kasus. Kasusnya pun kini lebih besar, yakni menyangkut pelanggaran Financial Fair Play (FFP).
Kasus pelanggaran FFP di 2014 itu, tak hanya berlaku untuk City saja. Melainkan ada PSG dan beberapa klub lainnya dengan pelanggaran dan hukuman yang berbeda-beda. City ketika itu didenda 49 juta euro dan beberapa pembatasan
Seperti contohnya, City hanya bisa mendaftarkan 21 pemain saja di Liga Champions musim berikutnya. Mereka juga tak boleh membelanjakan pemain melebihi 60 juta euro. Mereka juga disuruh membatasi kerugian tak boleh melebihi 10 juta euro. City saat itu hanya bisa pasrah dan menerima hukuman karena tak dapat mengajukan banding.
UEFA has warned Manchester City it may reopen its 2014 Financial Fair Play (FFP) investigation into the club. https://t.co/SVe47vV6Rk pic.twitter.com/TcWBGyAu9X
— FootyFans247 (@footyfans247) November 18, 2018
Tak Boleh Hadir Di Moscow
Setelah kasus besar tersebut, tepatnya pada Oktober 2014 mereka kembali “dikerjai” oleh pihak UEFA. Ketika itu kejadiannya di laga tandang Manchester City melawan CSKA Moscow di babak grup Liga Champions 2014/15.
Laga tandang di Moscow itu sedianya akan dihelat tanpa penonton, karena CSKA Moscow masih terkena sanksi atas kasus pelecehan rasial para pendukungnya. Fans City yang sudah kadung ingin berangkat ke Moskow kembali dibuat kecewa atas peraturan itu. Penggemar City menganggap apa yang dialami oleh CSKA Moscow tak ada sangkut pautnya dengan klub mereka.
Manchester City want fans reimbursed with CSKA Moscow’s Uefa fine http://t.co/zvhKy1WdVD (Photo: Action Images) pic.twitter.com/vvRlbCy7sY
— Guardian sport (@guardian_sport) October 22, 2014
Lucunya dan yang membuat fans The Citizens geram adalah 650 pendukung CSKA Moscow tiba-tiba dipersilakan masuk ke stadion dengan atribut sponsor oleh perangkat pertandingan. Melihat hal itu, fans City makin membara amarahnya. Tidak hanya para fans, para pemain seperti Vincent Kompany, Yaya Toure, serta pelatih Pellegrini pun naik pitam. Mereka vokal dan lantang menyuarakan kasus ini.
Berkat akumulasi kekecewaan serta kemarahan pihak City itulah, menurut The Athletic salah satu grup suporter City yang bernama The 1894 Group menyerukan semua bagian dari grup suporter City untuk mem-“boo” atau mencemooh setiap anthem Liga Champions ketika dikumandangkan. Nah, sejak saat itulah para suporter City melakukannya sampai dengan sekarang.
Dikerjain Lagi Di 2016 Melawan Kiev
Sudah mulai menjamurnya siulan atau “boo” dari fans City ketika anthem Liga Champions berkumandang, tak membuat UEFA berhenti mengerjai klub ini. Ada lagi kasus di bulan Februari 2016, tepatnya di babak 16 besar Liga Champions 2015/16. The Citizens akan bertandang terlebih dahulu ke kandang Dynamo Kiev di leg pertama.
Asal tahu saja, pertandingan yang diselenggarakan di Kiev itu sedianya akan tanpa penonton. Pasalnya, Kiev masih menjalani hukuman akibat kasus rasial. Melihat hal tersebut, fans City sadar tidak bisa menonton timnya ke stadion.
Namun beberapa hari sebelum laga dihelat, UEFA mengubah peraturannya dengan mencabut larangan supporter datang ke stadion. Di sinilah, para fans City kembali dibuat geram.
Mereka kembali merasa dipermainkan. Pencabutan larangan itu terkesan mendadak dan fans City tak punya persiapan untuk bertandang ke Kiev. Dan benar saja, laga yang berkesudahan 1-3 untuk kemenangan City itu dihelat dengan melibatkan penonton.
UEFA reduces Dynamo Kiev sanctions ahead of Manchester City clash. https://t.co/at295L6ONx pic.twitter.com/TXS3Qjz7pq
— The Six EPL (@playthesix_epl) February 2, 2016
Kasus Financial Fair Play City di 2019/20
Nampaknya fans City sudah hafal dengan kelakuan UEFA yang terus mengerjai timnya itu. Mereka seolah sadar akan resiko yang harus diterimanya, termasuk kasus besar yang kembali menjerat mereka di musim 2019/20. Ya, mereka kembali diburu pelanggaran Financial Fair Play untuk kedua kalinya.
The Citizens didakwa atas pelanggaran penggelembungan pemasukan sponsor di dalam neraca keuangan mereka selama periode 2012 hingga 2016. Atas dakwaan pelanggaran tersebut, mereka dituntut hukuman tak boleh berkompetisi di Liga Champions selama dua musim, dan denda sebesar 30 juta euro.
Namun City kemudian naik banding ke Badan Arbitrase Olahraga (CAS). Alhasil, setelah mengajukan banding, mereka akhirnya dinyatakan lolos dari hukuman berat tersebut dan hanya kena denda sebesar 10 juta euro saja.
Manchester City were completely exonerated from UEFA’s claims of Financial Fair Play breaches, at the CAS #OnThisDay in 2020! 🥱 pic.twitter.com/jcFvHFTJb5
— mcfc lads (@mcfc_lads) July 13, 2022
Melunak Setelah Juara Liga Champions?
Cemoohan yang selama ini dilancarkan supporter City semakin langgeng dan lantang bahkan hingga Final Liga Champions 2023 di Istanbul melawan Inter. Para penggemar City mencemooh anthem Liga Champions tersebut. Namun, suporter Inter berhasil meredam ejekan tersebut.
“The Champions!” 🔊
— Football on BT Sport (@btsportfootball) February 16, 2022
Inter’s fans are in the mood for the #UCL pic.twitter.com/oQNx5Wi4BR
Nah, kini mereka sudah mendapatkan gelar prestisius kompetisi yang anthemnya selama ini selalu mereka soraki. Pertanyaannya, apakah perilaku mereka musim depan akan berubah? Ataukah justru akan tetap sama? Pasalnya, yang disoraki mereka itu sebenarnya bukan inti dari lagunya, melainkan perilaku yang telah diperbuat oleh UEFA.
Manchester City fans booing the Champions League anthem before tonight’s game against Real Madrid pic.twitter.com/nBNtUIlZ9C
— Football Away Days (@FBAwayDays) May 17, 2023
Sumber Referensi : theathletic, eurosport, theguardian, si.com, dailymail, theguardian