Menyedihkan melihat Chelsea musim ini. Chelsea yang dua musim sebelumnya menyabet gelar Liga Champions untuk kedua kalinya, di musim ini hancur total. The Blues terperosok dan finis di posisi ke-12 Liga Inggris.
Chelsea musim ini padahal sudah belanja banyak. Namun, belanja banyak pemain ternyata tidak memberi pengaruh besar bagi Chelsea. Hal itulah yang membuat musim ini Chelsea adalah klub pecundang. Mengapa? Berikut alasannya.
Daftar Isi
Aktivitas Transfer Gila-Gilaan
Seperti yang sudah disebutkan tadi, musim ini Chelsea seperti emak-emak rempong yang baru saja mendapat uang kaget. Belanja apa saja. Pokoknya belanja dan yang terpenting timnya bisa bersolek. Menor tiada mengapa.
Buktinya, musim ini Chelsea adalah tim dengan pengeluaran transfer terbanyak dari klub-klub Premier League lainnya. Dikutip Squawka, setidaknya The Blues menghabiskan 480,57 juta poundsterling (Rp9 triliun) musim ini. Itu bahkan lebih dari dua kali lipat pengeluaran Manchester United yang berada di belakangnya dengan 203,34 juta poundsterling (Rp3,8 triliun).
Maka dari itu, dari segi skuad, Chelsea sangatlah mewah. Awal musim dua nama beken seperti Raheem Sterling dan Pierre-Emerick Aubameyang didaratkan ke Stamford Bridge. Pertengahan musim Chelsea juga tidak berhenti menggaet pemain kelas wahid.
✅ Raheem Sterling
— London Is Blue Podcast ⭐️⭐️ (@LondonBluePod) September 2, 2022
✅ Kalidou Koulibaly
✅ Marc Cucurella
✅ Carney Chukwuemeka
✅ Gabriel Slonina
✅ Wesley Fofana
✅ Pierre-Emerick Aubameyang
✅ Denis Zakaria
Are you happy with Chelsea’s first team signings this window? 👀 pic.twitter.com/cOVBoTP9sn
Enzo Fernandez dan Mykhailo Mudryk diangkut ke Stamford Bridge. Enzo gelandang masa depan Argentina, peraih Piala Dunia 2022. Sementara Mykhailo Mudryk, sayap lincah Ukraina yang bisa bergoyang pinggul di setiap laga. Dua-duanya incaran Arsenal. Chelsea membajaknya dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Enzo ditebus sekitar 120 juta euro (Rp1,9 triliun), sedangkan untuk Mudryk, Chelsea rela mengeluarkan 70 juta euro (Rp1,1 triliun). Tak masalah keluar duit banyak, yang penting bisa pamer ke sana-sini. Mempertontonkan bahwa tanpa Abramovich pun, Chelsea bisa membeli pemain mahal.
Pochettino ‘reportedly’ wants to use Mykhailo Mudryk in a similar way to Heung-Min Son at Spurs.
— Chelsea Season (@ChelseaSeason) May 29, 2023
Can he Mudryk have the same impact as Son under Poch?#Mudryk #CFC #Chelsea #Pochettino pic.twitter.com/J2VOSplPtK
Kedalaman Skuad Bagus
Transfer gila-gilaan Chelsea itu bukannya tidak berguna. Sebab, dengan bergerak memboyong pemain, Chelsea punya kekuatan tim yang siap tempur. Kalau tidak juara, ya minimal, bisa masuk lima besar Liga Inggris. Jadi, musim depan bisa lolos ke Liga Eropa.
Kalau dilihat-lihat dan dicermati baik-baik, Chelsea punya kedalaman skuad yang amat bagus musim ini. Di posisi penjaga gawang, ada Edouard Mendy dan Kepa Arrizabalaga. Dua penjaga gawang hebat saat ini, kecuali jika kamu terlalu bodoh membandingkannya dengan Manuel Neuer atau Ederson Moraes.
Mendy dan Kepa punya prestasinya masing-masing. Mendy setidaknya mengantarkan Chelsea juara Liga Champions 2021. Pria Senegal itu berhasil clean sheets di final melawan Manchester City meski menghadapi satu tembakan ke arah gawang.
Edouard Mendy signed for Chelsea one year ago today. Since joining:
— B/R Football (@brfootball) September 24, 2021
Champions League 🏆
UEFA Super Cup 🏆
2020-21 UCL Keeper of the Year 🏆
29 Clean sheets 🧤 pic.twitter.com/jwWGZzcUz3
Sementara Kepa adalah kiper mahal yang pernah didatangkan Chelsea. Salah satu prestasinya adalah pernah membuat Maurizio Sarri ngamuk di pinggir lapangan karena ia tak mau diganti. Selain Mudryk dan Enzo, jangan lupakan pula Noni Madueke, pemain entah yang berani dibayar 35 juta euro (Rp562,3 miliar) oleh Chelsea.
Kalidou Koulibaly, Wesley Fofana, Marc Cucurella, Denis Zakaria, Chukwuemeka, Joao Felix, sampai David Datro Fofana yang didatangkan semestinya lebih dari cukup membuat lawan bergidik ngeri dan Pep Guardiola kencing berdiri.
Hasilnya?
Sekali lagi, itu semestinya. Namun memang terkadang yang namanya hasil juga doyan mengkhianati usaha. Niatnya sih, bagus. Berdandan dengan kosmetik termahal, tapi hasilnya justru menjijikan. Chelsea mengakhiri musim dengan berada di peringkat 12 Liga Inggris dan tanpa satu pun trofi masuk ke lemari.
Brighton, Aston Villa, Brentford, Fulham, sampai Crystal Palace yang tidak mempunyai kedalaman skuad semewah The Blues justru finis jauh lebih baik. Mau tahu apa yang lebih buruk? Musim ini, Chelsea mencatatkan regresi poin terburuk sejak 2016.
Pertandingan terakhir dan Klasemen akhir Liga Inggris musim 2022/2023.
— Kepa Argawinata (@KepaArgawinata2) May 28, 2023
Liverpool & Chelsea secara mengejutkan gagal lolos ke UCL musim depan, tragisnya lagi bahkan Chelsea gak bisa ikut kompetisi Eropa
Mantan Juara musim 2015/2016 Leicester City secara mengejutkan terdegradasi pic.twitter.com/LGHPfLA2yC
Musim 2015/16, Chelsea pernah mengalami regresi atau penurunan poin sebanyak 37. Dari 87 poin di musim 2014/15 saat meraih juara menjadi 50 poin di musim berikutnya saat mereka finis di bawah Stoke City. Nah musim ini, setelah berada di posisi ketiga musim lalu, dengan 74 poin, Chelsea hanya mengumpulkan 44 poin musim ini. Penurunannya 30 poin.
Masih ada lagi, 44 poin yang diraih Chelsea musim ini menjadi yang terburuk dalam sejarah tim sejak musim 1987/88. Waktu itu Chelsea hanya sanggup mengumpulkan 42 poin. Masih ada lagi, peringkat Chelsea musim ini juga menjadi yang terburuk sejak 1993/94, di mana saat itu Chelsea hanya bisa finis di posisi 14.
Nggak Bisa Cetak Gol
Kedatangan pengumpan hebat seperti Enzo dan para pemain selincah biduan seperti Mudryk dan Madueke juga tidak menjamin Chelsea bisa mencetak banyak gol. Musim ini saja The Blues cuma mencetak 38 gol. Itu hanya lebih unggul dua gol saja dari sang top skor Premier League, Erling Haaland.
Jumlah gol itu juga menjadi yang terburuk sejak 1924. Padahal sejak musim 2010/11, Chelsea tidak pernah mengemas kurang dari 50 gol. Itu artinya, musim ini betul-betul menjadi musim tersulit bagi Chelsea.
Sulit menang, sulit naik ke tangga klasemen, dan sulit mencetak gol. Satu-satunya yang tidak sulit bagi Chelsea musim ini adalah mendatangkan pemain mahal yang kegunaannya untuk menghabiskan anggaran klub saja. Itu Chelsea jagonya.
In 2022/23, Chelsea set a new club record for their lowest points tally *and* worst goal difference in a single Premier League campaign.
— Squawka (@Squawka) May 28, 2023
A season to forget. 🫥 pic.twitter.com/u0WUErb0Lr
Kebebalan Todd Boehly
Chelsea punya pemain-pemain kelas atas, punya pelatih seperti Thomas Tuchel di awal musim. Namun, Todd Boehly, pebisnis yang mengakuisisi Chelsea setelah era Abramovich adalah anak bawang di sepak bola. Sudahlah bau kencur, Boehly juga bebal.
Thomas Tuchel sacked.
— Saddick Adams (@SaddickAdams) September 7, 2022
Shocking but normal.
Todd Boehly continuing with the trusted and established legacy of the club. pic.twitter.com/eHgU6th402
Boehly punya Tuchel, tapi ia malah memecatnya. Hanya karena sebuah friksi, Boehly tak sudi melanjutkan hubungannya dengan Tuchel. Lalu, Boehly menunjuk Graham Potter. Pelatih yang dipujinya sendiri sebagai sosok visioner. Ia mendukung penuh proyek Chelsea di tangan Potter.
Tapi Potter menjadi orang kedua yang dipecat Boehly. Bruno Saltor pengganti sementara. Boehly lantas menunjuk Frank Lampard. Ya, Lampard, pelatih yang medioker saja belum. Setelah rapor buruk yang didapat, Boehly akhirnya menyesal.
Frank Lampard’s 2023:
— B/R Football (@brfootball) April 18, 2023
8 games managed
8 losses
4 goals scored
18 goals conceded
😐 pic.twitter.com/5YGyv59y9E
Dikutip The Sun, Boehly mengakui kalau pemecatan Tuchel adalah kesalahan. Setelah mempekerjakan Potter dan memecatnya serta melihat hasil buruk timnya di tangan Lampard, Boehly dan kolega malah mengakui kualitas Potter dan yakin ia akan sukses di klub Liga Inggris teratas lainnya.
Kebebalan Pelatih
Para pelatih Chelsea musim ini juga bebal. Tuchel bebal karena tidak menurut perkataan Boehly di awal. Apa salahnya sih menuruti perkataan owner? Bukankah Chelsea memang suka memperlakukan pelatih layaknya pegawai? Graham Potter juga demikian.
Conor Gallagher yang begitu-itu mainnya, tetap saja dimainkan. Potter bahkan tidak hanya bebal, tapi ia justru tidak tahu Starting XI terbaiknya. Terbukti Potter kerap bereksperimen. Merotasi pemain dari satu laga ke laga lainnya. Maklum, Potter dihadapkan banyak pemain dengan harga mahal.
Pelatih Chelsea di musim 2022/23:
— FaktaBola (@FaktaSepakbola) April 6, 2023
🇩🇪 Thomas Tuchel.
🏴 Graham Potter.
🇪🇸 Bruno Saltor (1 laga).
🏴 Frank Lampard.
Sejumlah uang yang sudah dikeluarkan Chelsea:
Pesangon Tuchel: £10jt.
Fee transfer Potter dari Brighton: £22jt.
Pesangon Potter: £13jt.
Belum termasuk gaji pic.twitter.com/fz8s6q6MtO
Lumrah bagi seorang manusia bimbang ketika diberi pilihan di mana pilihannya bagus semua. Alhasil semuanya pengin dicoba. Nah, kalau Frank Lampard rasanya tidak perlu panjang lebar menjelaskan bebalnya pelatih yang satu ini. Sebab kita semua pasti sudah tahu.
Intinya, dengan membeli para pemain yang harganya mencekik leher, alih-alih meningkatkan mutu, Chelsea justru selayaknya klub yang baru promosi ke Premier League. Mereka adalah klub pecundang musim ini, sepakat?
Sumber: TheSun, TheAnalyst, TheAthletic, SBNation, Goal, DailyMail, Squawka


