Sudah banyak pemain bola dari penjuru dunia yang datang ke Inggris untuk mencoba peruntungannya. Tak terkecuali pemain dari Spanyol. Gerard Pique contohnya, yang datang ke Manchester untuk bergabung bersama skuad Alex Ferguson di tahun 2004.
Atau kisah dari Fabregas dan Cesar Azpilicueta yang datang ke Inggris sejak usia muda dan kemudian jadi kapten di timnya masing-masing. Namun, tidak banyak pemain dari Inggris yang merantau ke Spanyol.
Tentu ada nama sukses seperti David Beckham, Steve McManaman, dan Gary Lineker. Namun, sangat sedikit pemain Inggris yang mengikuti jejak mereka. Bahkan hanya untuk pindah dari Premier League ke La Liga.
Hal ini memunculkan pertanyaan. Mengapa pemain Inggris jarang ada yang pindah ke La Liga? Dan mengapa pindah ke Spanyol seolah jadi momok menakutkan bagi mereka?
Daftar Isi
Beda Gaya Permainan
Alasan yang paling masuk akal adalah beda gaya permainan. Pertandingan Premier League banyak mengandalkan permainan fisik dan pergerakan bola yang cepat. Tim-tim dari Liga Inggris juga banyak mengandalkan peran gelandang bertahan yang punya daya jelajah luas sekaligus bisa mengatur irama pertandingan.
Di La Liga sendiri, permainan individu lebih jadi andalan. Skill, taktikal, dan kontrol bola jadi kunci sukses pemain-pemain di Spanyol. Para pemain seolah memberikan ruang bagi lawannya untuk memanfaatkan kreativitasnya mengolah si kulit bundar.
Who started watching Barca again when they signed Ronaldinho?
Most exciting player ever?pic.twitter.com/l6lFHaXViR
— JuiceMonkey EPL 🇬🇧 💙 (@VapesJuice) October 12, 2021
Itulah mengapa banyak pemain dari Amerika Selatan yang bersinar di La Liga. Pemain dari Brazil atau Argentina punya skill individu tinggi yang bisa menggocek bola melewati barisan pemain bertahan lawan.
Akan tetapi, seharusnya ini tidak jadi alasan pemain Inggris tidak mau pindah ke Spanyol. Buktinya banyak pemain Spanyol yang bisa menyesuaikan gaya bermainnya di Premier League.
Selain itu, permainan di Premier League juga tidak terlepas dari skill individu para pemain. Atau mungkin, yang jadi penghalang bukan perbedaan di dalam lapangan, tapi di luar lapangan.
Perbedaan Bahasa
Alasan ini mungkin dianggap sebagai masalah sepele. Namun, nyatanya tidak. Bahasa Spanyol merupakan skill yang sangat penting untuk dimiliki jika bermain di La Liga. Ini jadi penting karena pesepakbola juga membutuhkan komunikasi saat main di lapangan. Para pemain membutuhkan koordinasi yang tepat untuk bisa menciptakan permainan yang sempurna.
Belajar bahasa Spanyol juga sangat berguna untuk kehidupan luar lapangan. Seperti pendapat dari pemain Inggris yang pernah sukses bersama Real Madrid, Steve McManaman.
“Belajar bahasa baru sangat membantu untuk dekat dengan budaya lokal. Jika kamu bergabung di klub untuk waktu lebih dari setahun atau dua tahun, penting untuk menumbuhkan keterikatan dengan budaya lokal sehingga bisa menikmati kehidupan di sana,” katanya.
Michael Owen juga bisa jadi contoh dari pernyataan Steve McManaman itu. Owen yang saat itu membela Real Madrid tidak bisa adaptasi dan menikmati kehidupan di Kota Madrid karena kendala bahasa. Itu jadi salah satu faktor kegagalan Owen di Spanyol.
Memang tidak bisa dipungkiri, belajar bahasa baru memang sulit dilakukan. Apalagi ketika sudah dewasa. Ditambah, Inggris dikenal sebagai negara monolingual atau tidak bisa bahasa selain bahasanya sendiri.
Media Spanyol Terkenal Kejam
Faktor lainnya yang bisa jadi alasan pemain Inggris enggan pindah ke La Liga adalah karena media Spanyol. Sebagaimana masyarakat Spanyol yang suka Telenovela, media sepakbola di sana juga suka dengan drama yang terjadi, baik di dalam maupun di luar lapangan.
Media Spanyol suka menciptakan drama dengan memberitakan apa yang dikatakan pemain di lapangan, atau gestur seperti apa yang mereka tunjukan. Itu mengapa banyak pemain La Liga yang menutup mulutnya ketika berbicara di dalam lapangan. Mereka bersembunyi dari kamera media yang siap menciptakan drama.
David Beckham pun tidak bisa lepas dari masalah itu ketika bermain bersama Los Galacticos. Dirinya lebih sering berada di majalah hiburan daripada berita olahraga. Gareth Bale pun tak lepas dari sasaran.
Terlepas dari kontroversinya, media Spanyol sangat kritis kepada Bale ketika dirinya di Real Madrid. Jika Bale tidak mengoper ke Ronaldo, atau ketika tendangannya meleset, akan langsung jadi bahan kritikan media.
Spanish media be like: “GARETH BALE CAUGHT SITTING AWAY FROM TEAMMATE TENSION IN THE DRESSING ROOM IS THIS THE END????!?!!!!?!!!!!” pic.twitter.com/7fMIsRlCyF
— Managing Madrid (@managingmadrid) June 14, 2020
Bale bahkan berkomentar tentang bagaimana pemberitaan media bisa sangat mempengaruhi seorang atlet. Dikutip dari The Guardian, Bale menyatakan pemberitaan negatif bisa membuat para atlet tertekan.
Masalah Finansial
Jika alasan bahasa dan media masih kurang kuat. Mungkin yang jadi masalah utama adalah keuangan. Pendapatan hak siar televisi yang diperoleh Premier League masih jadi yang tertinggi daripada liga-liga Eropa lainnya. Pada musim 2021/22, Premier League diperkirakan mengumpulkan sebanyak Rp95,3 triliun sedangkan La Liga hanya Rp43,8 triliun. Pendapatan La Liga masih di bawah Bundesliga.
Besarnya pendapatan Premier League dari hak siar televisi berpengaruh dengan besarnya gaji yang diterima para pemain. Liga Inggris total membayarkan Rp58,9 triliun ke para pemainnya, sedangkan La Liga hanya Rp31,7 triliun.
£15 to watch your team on PPV is a disgrace.
Players, broadcasters get rich, supporters get fleeced.
The Premier League and clubs capitalising on this period should be ashamed.#boycottppv #cpfc pic.twitter.com/o1qPNkKmPq
— Holmesdale Fanatics (@ultrascpfc) October 11, 2020
Tentu lain cerita jika bergabung dengan Real Madrid dan Barcelona. Keduanya memang punya uang berlebih sehingga mampu menggaji pemainnya dengan mahal meskipun pendapatan hak siar kecil.
Ini mungkin jadi alasan yang paling realistis. Pemain jelas lebih memilih pindah ke West Ham atau Aston Villa meskipun tim tersebut prestasinya sedang terpuruk, tapi dengan bayaran yang tidak jauh beda atau lebih besar daripada Real Betis yang sekarang menduduki peringkat tiga klasemen sementara La Liga.
Permasalahan uang ini memang pelik. Toni Kroos bahkan ikut berpendapat soal ini. Dilansir Goal, gelandang Real Madrid itu mengkritik tim liga Inggris yang minim prestasi meskipun mendapatkan banyak uang dari hak siar televisi. Ia juga menyinggung pemain yang pindah ke Premier League hanya untuk mengincar uang.
Masalah Historis
Meskipun masalah finansial bisa jadi alasan utama pemain Inggris tidak mau pindah ke La Liga. Alasan lainnya yang tidak kalah penting dan sering terlewati adalah masalah historis. Minimnya nama pemain Inggris yang bersinar di La Liga, menghilangkan motivasi pemain muda Inggris untuk merumput di Spanyol.
Banyak pemain muda Brazil mungkin punya mimpi bisa berlaga di La Liga karena terinspirasi kisah sukses Ronaldo, Ronaldinho, Rivaldo, atau Neymar. Pemain Inggris justru takut nasibnya bakal sama seperti Michael Owen atau Jonathan Woodgate. Pemain muda Inggris lebih bermimpi untuk bermain dengan Liverpool, Arsenal, atau Manchester United. Karena mereka punya kedekatan dan keterikatan secara historis.
Sumber referensi: Sport, Bleachreport, Goal, Walesonlie, As, Guardian, Inside