Mengapa Messi Sulit Mencetak Gol di Ligue 1 ?

spot_img

Sejak bergabung ke PSG pada musim panas lalu, Messi sepertinya lupa bagaimana caranya mencetak gol. Khususnya di kompetisi domestik Ligue 1.

Pemenang Ballon D’or 7 kali itu sejatinya diharapkan oleh PSG sebagai mesin gol utama. Terutama di Ligue 1 di mana PSG sempat kehilangan mahkota juara di musim 2020/2021 lalu dari Lille.

Namun, apa yang terjadi? Seiring berjalannya waktu, penampilan Messi di PSG sejak debutnya pada Agustus 2021 tidak berjalan lancar.

Apa yang diharapkan PSG dan fans tidak sesuai ekspektasi. Lantas, apa yang membuat La Pulga sering kesulitan dalam mencetak gol di Ligue 1?

Masalah Adaptasi

Lingkungan Paris yang tentunya berbeda dengan Catalonia membuat Messi dituntut untuk beradaptasi dengan cepat.

Hal itu mungkin bisa berjalan mudah seiring banyaknya sesama rekan senegaranya di PSG. Sebut saja seperti Angel Di Maria, Parades, maupun Icardi. Kemudian teman dekatnya sewaktu di Barca, Neymar juga telah terlebih dahulu berada di PSG.

Akan tetapi, tampaknya Messi mulai mengeluhkan kondisi cuaca yang ada di Paris. Suhu dingin yang selalu mendominasi Kota Paris membuat Messi mengaku kesulitan masalah adaptasi cuaca.

Hal itu terungkap seiring curhatnya yang dikatakan oleh teman dekatnya, Luis Suarez. Saking lamanya Messi hidup di Catalunya dan Argentina membuatnya merasa kaget dengan kondisi cuaca yang ada di Paris sehari-hari. Messi juga mengaku dalam menjalani latihan maupun pertandingan, tidak sedikit faktor cuaca berpengaruh pada penampilannya.

Masalah adaptasi pertandingan di Ligue 1 juga menjadi faktor melempemnya Messi. Hal itu diakui Messi bahwa pola pertandingan klub-klub yang berlaga di Ligue 1 sama sekali berbeda dengan apa yang selama ini ia rasakan di La Liga.

Saking lamanya di La Liga membuat Messi pun kagok berlaga di liga baru. Meskipun di Ligue 1 sendiri, di atas kertas klub-klub yang berlaga dari sisi squad tidak merata alias jomplang.

Setelah beberapa pertandingan yang Messi jalani, ia menilai bahwa secara umum Ligue 1 lebih mengedepankan pola permainan fisik bukan taktik. Terlebih fisik Messi sendiri dengan usia yang hampir mencapai 35 tahun kita tahu tidak seprima dulu.

Tuntutan fisik dan individu yang serba keras membuat pola permainan Messi yang cenderung mengandalkan pemanfaatan ruang dan mencari celah antar lini sering kali kesusahan. Messi cenderung lambat dalam duel fisik one on one di usia sekarang.

Kebugaran Messi juga tidak 100% selama dia datang di PSG. Masalah gangguan pada kaki dan tulangnya menjadi lebih rentan apabila beradu fisik dengan pemain-pemain yang ada di Ligue-1. Bahkan, Messi sempat beberapa kali mengalami cedera di PSG.

Masalah adaptasi mungkin menjadi PR penting bagi Messi di PSG. Namun faktor adaptasi pun tidak cukup bagi Messi untuk menunjukan performa apik dengan rentetan gol-nya.

Masalah lain juga dialami oleh Messi ketika ego antarpemain bintang susah untuk dikendalikan. Di lini depan PSG Messi tidak sendirian, di sana sebelumnya juga sudah dihuni pemain bintang lain macam Mbappe dan Neymar.

Ego Trio MNM (Messi, Neymar, Mbappe)

Keberadaan para pemain bintang di PSG tidak sedikit memunculkan percikan di antara mereka. Baik Mbappe maupun Neymar tentu lebih muda usianya dari Messi di PSG. Mereka lagi menggebu-nggebu untuk bisa menjadi sorotan publik dan menjadi bintang di setiap pertandingan demi gelar pribadi seperti Ballon D’or maupun top skor.

Kehadiran Messi membuat Mbappe dan Neymar secara psikologis sedikit terganggu. Pasalnya, dengan kebintangan Messi bakal menutupi sorot publik terhadap Mbappe dan Neymar yang lebih dulu datang.

Trio yang sering disingkat MNM itu, di bawah arahan pelatih Mauricio Pochettino awalnya diharapkan mampu menjadi sebuah kerja tim yang bagus di lapangan.

Akan tetapi, dari pertandingan ke pertandingan sering terlihat kalau ketiganya tidak saling oper. Hal ini tampaknya yang membuat Messi terlihat dibiarkan bermain sendiri dan tidak sering mendapat bola matang baik dari Mbappe maupun Neymar.

Ketegangan ataupun kompetisi terselubung antar trio penyerang PSG tersebut, terkadang tak terlihat jelas secara kasat mata di hadapan media ataupun publik. Akan tetapi, secara permainan hal itu tampaknya berpengaruh terhadap jumlah gol yang dihasilkan trio MNM itu terutama Messi.

Jumlah gol ketiganya yang terbanyak adalah Mbappe dengan 11 gol di liga. Sementara Neymar mencetak 3 gol dan Messi yang baru mampu mencetak 2 gol di liga per awal Februari 2022. Itu berarti porsi gol Mbappe menjadi yang paling mentereng, terlepas dari taktik yang diterapkan pelatih Pochettino.

Taktik Pochettino

Senegara dengan Pochettino, tentu bukan masalah sulit bagi Messi untuk menerima arahan Pochettino. Belum lagi selain senegara, Messi juga dekat dengan sang pelatih. Namun, tampaknya Messi belum bisa nyetel dengan strategi Pochettino.

Sang pelatih sering memakai pola formasi 4-2-3-1 atau 4-3-3 dengan andalan trio tiga didepan. Messi sering ditempatkan sebagai posisi penyerang kanan yang tugasnya masuk ke dalam kotak penalti lawan dengan progresi serta kecepatannya.

Sayangnya, peran Messi di penyerang kanan sering mengalami jalan buntu. Apalagi kecepatan dan penetrasinya perlahan berkurang karena fisik dan usia. Benar saja, selama Messi ditempatkan di kanan penyerangan PSG, Messi selalu kesulitan dalam mencetak gol.

Hal itu mungkin menjadi evaluasi tersendiri dari tim pelatih. Secara data, Messi ketika ditempatkan di penyerang kanan di pakem 4-2-3-1 ataupun 4-3-3, tercatat hanya mencetak 1 gol dan 1 assist di Liga.

Peran baru Messi pun sering kali diubah demi terbukanya keran gol bagi Messi. Ketika melawan Lille di lanjutan pertandingan Ligue 1, Messi ditempatkan pelatih sebagai penyerang tengah.

Hasilnya justru tokcer. Setidaknya, satu gol dan satu assist mampu menambah kepercayaan diri Messi. Ini adalah gol kedua Messi di Ligue 1 dalam 13 pertandingan yang dilakoninya semenjak bergabung di PSG. Hal yang sangat minor bagi karier Messi.

Peran baru Messi pun diamini oleh rekannya di depan, Mbappe. Mbappe mengakui bahwa peran Messi adalah lebih baik jika menjadi penyerang tengah dan bisa leluasa mengontrol jalannya pertandingan.

Pusat permainan Messi di tengah membuat dirinya tidak perlu terus berlari kencang seperti ketika berada di pos flank kanan. Maklum, bagaimanapun Messi sudah berumur.

https://youtu.be/QukQS0eMg9g

Sumber Referensi : mirror, marca, transfermarket

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!

Glory Glory Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Magnificent 7 Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Back Home Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000

Artikel Terbaru