Sebagai liga yang paling kompetitif di dunia, bakat saja tak cukup bagi seorang pemain untuk sekedar bertahan di Premier League. Banyak yang malah jadi flop. Dan karena tuntutan yang lebih berat, tak sedikit pula yang malah bersinar di liga lain. Contohnya 8 pemain berikut ini.
Daftar Isi
Diego Forlan, Manchester United
Well, masih bisa diperdebatkan apakah Diego Forlan adalah flop atau tidak saat di Manchester United. Yang jelas, ia tidak terlalu bersinar. Apalagi kalau dibandingkan dengan saat Forlan pindah ke liga Spanyol.
Manchester United membeli Forlan di tahun 2002 dari klub Argentina, Independiente. Usianya masih 22 tahun saat itu dan ia tidak bisa berbuat banyak di musim pertamanya. Forlan semakin tak terpakai mengingat MU sudah punya penyerang sekelas Van Nistelrooy, Solskjaer, dan juga Wayne Rooney.
It's 20 years to the day since Diego Forlan achieved #MUFC cult hero status with a brace against Liverpoolpic.twitter.com/a8QkMbo4aT
— Planet Football (@planetfutebol) December 1, 2022
Meskipun begitu, ia sempat menciptakan momen tak terlupakan. Yaitu saat ia jadi pahlawan dengan mencetak dua gol di laga lawan Liverpool. Tapi catatan total golnya tidak mengesankan. Ia bertahan 4 tahun di Old Trafford. Mencatatkan 97 penampilan dan hanya mencetak 17 gol. Forlan pun dijual ke Villarreal di tahun 2004.
Setelah datang ke La Liga, ia seperti terlahir kembali. Forlan mencetak 59 gol dari 126 penampilan di Villareal sebelum pindah ke Atletico Madrid di tahun 2007. Di klub ini ia benar-benar meledak. Forlan bahkan dapat penghargaan sepatu emas eropa di musim 2008/09. Juga siapa yang bisa lupa penampilannya di Piala Dunia 2010?
Angel Di Maria, Manchester United
Masih di Old Trafford, loncat ke tahun 2014. Kasus Angel Di Maria sebenarnya hampir mirip dengan kasus Diego Forlan. Masih bisa diperdebatkan apakah ia flop di Man United atau tidak. Tapi sekali lagi, yang jelas Di Maria jauh lebih baik saat tampil di luar Premier League.
Dibeli dari Real Madrid di tahun 2014, Di Maria menyandang status sebagai raja assist terbaik di Eropa. Itu sebabnya United rela memecahkan rekor transfer 75 juta euro untuk memboyongnya. Dan tidak butuh waktu lama baginya untuk membuktikan itu harga yang pantas. Di Maria mencetak 3 gol dan 3 assist di 5 pertandingan pertamanya.
Tapi setelah itu banyak masalah yang terjadi. Cedera yang cukup parah membuatnya meredup. Kemudian rumahnya sempat mengalami perampokan. Juga hubungannya dengan Louis Van Gaal yang memperburuk keadaan. “Dia adalah pelatih terburuk yang pernah saya temui” Itu kata Di Maria soal Van Gaal.
Ia hanya bertahan satu musim di Old Trafford. Mencetak 4 gol dan 12 assist dalam 32 pertandingan. Ia kembali mendapatkan magisnya saat dijual ke PSG. Bahkan masih tetap bersinar saat berada di Juventus. Performa Di Maria juga sama sekali tidak menurun di timnas. Hingga ia bisa dapat Piala Dunia 2022.
Radamel Falcao, Manchester United dan Chelsea
Sebenarnya banyak pemain MU yang pantas masuk daftar ini. Yah, tapi kita bahas yang ikonik-ikonik saja. Salah satunya adalah Radamel Falcao. Di tahun 2011-2013, Falcao adalah penyerang yang sangat mematikan. Ia membawa Atletico Madrid menjuarai La Liga, Europa League, UEFA Super Cup. Sayangnya ia mengalami cedera ACL saat pindah ke AS Monaco.
Dan itu diperparah saat ia menjalani masa peminjaman di Premier League selama dua musim. Pertama di Manchester United, kedua di Chelsea. Falcao tumpul. Selama dua musim itu ia hanya mencetak 5 gol.
Semua orang mengira masa Falcao sudah habis. Tapi ia kembali ke performa puncak saat pulang ke Monaco. Bahkan mampu mengantarkan Monaco sampai semifinal Liga Champions 2016/17.
Juan Cuadrado, Chelsea
Chelsea membeli Juan Cuadrado dari Fiorentina di tahun 2015 dengan harga 31 juta euro. Saat itu banyak yang sudah meragukan kecocokan gaya bermain Cuadrado dengan permainan Jose Mourinho. Ia bermain 14 laga di musim pertamanya. Tapi sama sekali tidak memberikan pengaruh seperti saat dirinya di Fiorentina.
Setelah Chelsea mengganti Jose Mourinho dengan Antonio Conte, Cuadrado masih tidak terpakai. Ia akhirnya dipinjamkan ke Juventus dimana ia mengaku merasa lebih bahagia di Turin.
Cuadrado returns to Chelsea—like a new signing or a waste of space? #CFC pic.twitter.com/QhVqs843NZ
— B/R Football (@brfootball) July 16, 2016
Cuadrado jadi andalan Massimiliano Allegri di Juventus. Ia bisa bermain di posisi mana saja di sisi kanan. Dari penyerang, sayap, sampai bek sayap. Itu menjadikannya sebagai bagian penting dari dominasi si nyonya tua di Italia. Bersama Juve ia mendapatkan 5 scudetto berturut-turut dari musim 2015/16 sampai 2019/20. Serta 4 Coppa Italia dan 2 Supercoppa Italia. Juga membawa Juventus sampai final Champions League 2017.
Jerome Boateng, Manchester City
Tidak banyak yang ingat Jerome Boateng pernah bermain untuk Manchester City. Ya wajar saja, itu karena Boateng tidak ngapa-ngapain di City. Ia juga tidak lama tinggal di Etihad Stadium.
Boateng pindah ke Manchester biru dari Hamburg SV dengan harga 12,5 juta euro di tahun 2010. Ia dibeli berbarengan dengan Kolarov, David Silva, dan Yaya Toure. Ketiga pemain itu jadi legenda City. Hanya Boateng yang dinilai flop.
Boateng hanya semusim bertahan di Etihad. Di tahun 2011 City melepasnya ke Bayern Munchen. Boateng pun jadi salah satu bek terbaik di dunia. Bahkan membawa Jerman juara Piala Dunia 2014. Sedangkan City menghabiskan banyak waktu dan uang untuk mencari bek tengah top penggantinya.
Iago Aspas, Liverpool
Awalnya kopites berharap banyak pada transfer Iago Aspas di tahun 2013. Ia adalah talenta menjanjikan dari Spanyol dan memakai nomor punggung 9 di Liverpool. Tapi nyatanya Aspas tidak lebih dari sekedar lelucon bagi para penggemar Liverpool. Yang bisa mereka ingat hanyalah insiden Corner Kick lawan Chelsea yang konyol itu.
10 years ago today, Iago Aspas signed for the Reds… 🥵
— Boss Liverpool Goals (@BossLFCgoals) June 23, 2023
pic.twitter.com/2ZlsWahZAa
Diproyeksikan sebagai penyerang, Aspas malah hanya mampu mencetak sebiji gol. Itupun lawan Oldham Athletic di fase awal kompetisi FA Cup. Tak mampu berikan kontribusi, ia pun dipinjamkan ke Sevilla. Ia bisa kembali menikmati sepak bola setelah pulang ke La Liga. Meskipun hanya jadi pelapis di Sevilla, Aspas masih bisa mencetak 10 gol di musim 2014/15.
Setelah itu ia pulang ke klub lamanya, Celta Vigo. Dan disitu Aspas kembali jadi penyerang yang sangat mematikan. Aspas juga jadi dapat tempat di timnas Spanyol sejak tahun 2016.
Suso, Liverpool
Suso dibeli Liverpool sebagai pemain muda dari akademi Cadiz di tahun 2010. Awalnya ia bisa tampil menjanjikan. Tapi Suso tidak cukup konsisten untuk bisa masuk tim utama. Ia pun masuk ke tim U21 Liverpool.
Di musim 2012/13, Brendan Rodgers yang baru menjabat memberikan Suso kesempatan untuk bermain di tim senior. Ia pun mencatatkan 14 penampilan di Premier League. Tapi Liverpool finis di peringkat ketujuh dan ia tak mampu memberikan impresi yang cukup.
Selama 5 musim ia tercatat sebagai pemain Liverpool. Tapi Suso hanya memiliki 21 penampilan di tim utama. Di tahun 2015, ia pun memilih pindah ke AC Milan. Di pertengahan musim 2015/16 ia dipinjamkan ke Genoa. Tapi setelah kembali ke Milan, ia mulai menunjukkan kemampuannya.
Ia pun dapat tempat utama di skuad Rossoneri dan mencatatkan 153 penampilan selama 6 musim di San Siro. Juga mendatangkan trofi Supercoppa Italia di musim 2016/17. Suso akhirnya pindah ke Sevilla. Dimana ia masih jadi andalan dan memperoleh dua gelar Europa League.
Joselu, Newcastle dan Stoke
Joselu memang merupakan lulusan Real Madrid Castilla. Ia bahkan sempat beberapa kali diberikan kesempatan bermain di tim utama. Tapi di tahun 2012, ia memilih pindah ke Hoffenheim. Ia berkelana di beberapa klub Jerman lain seperti Frankfurt dan Hannover.
Sampai akhirnya Joselu hijrah ke Premier League. Pertama Stoke City kemudian ke Newcastle. Kedua periode itu sama-sama tidak mengesankan. Selama 2015 sampai 2019 bermain di Premier League, Joselu hanya mencetak total 7 gol untuk kedua klub itu.
Ia pun di pulangkan ke Spanyol. Tapi kali ini ke Deportivo Alaves. Tiga tahun bertahan di Alaves ia mencetak 36 gol dan 11 assist dari 113 laga. Espanyol pun memboyongnya di musim 2022/23. Di musim itu ia mampu mencetak 16 gol di La Liga. Menjadikannya pencetak gol terbanyak ketiga di La Liga, hanya kalah dari Benzema dan Lewandowski.
👊 @JoseluMato9 👊#JoseluIsBack pic.twitter.com/9Jcjk2narg
— Real Madrid C.F. (@realmadrid) June 19, 2023
Di akhir musim 2022/23, Real Madrid dibuat pusing karena harus mencari pengganti Benzema yang pindah ke Liga Arab. Los Blancos pun memilih Joselu dan memulangkannya dengan status pinjaman. Joselu memang tidak diharapkan bisa langsung menggantikan peran Benzema. Tapi di usianya yang sudah 33 tahun, ini adalah pencapaian yang cukup baik.
Sumber referensi: Planet, Planet 2, Squawka, B/R, Daily, Mirror, Mirror 2, Goal