Hanya butuh waktu 90 menit bagi Sheriff Tiraspol untuk lolos ke Liga Champions Eropa. Bahkan tanpa harus susah payah mencetak gol ke gawang Dinamo Zagreb pada leg kedua babak play off. Sheriff Tiraspol menahan imbang Dinamo Zagreb 0-0 di Kroasia, setelah di leg pertama menang 3-0.
Munculnya klub Sheriff Tiraspol di Liga Champions musim ini memunculkan banyak sekali pertanyaan. Semua orang ingin tahu, siapa sebenarnya klub asal Moldova yang berbasis di wilayah sempalan bernama Republik Pridnestrovia atau Transnistria tersebut. Namun sebelum itu perlu dicatat, bahwa Transnistria bukanlah bagian dari negara Moldova.
Ia merdeka secara de facto. Namun negara yang mendeklarasikan diri pada 25 Agustus 1991 tidak diakui secara de jure. PBB tidak mengakui Transnistria sebagai negara. Lalu, kenapa tim berjuluk The Yellow-Black itu bisa masuk ke Liga Moldova?
Sejarah Sheriff Tiraspol
Pertama kali lahir sejak 1996, klub ini mula-mula bernama FC Tiras Tiraspol. Pada 4 April 1997, seorang polisi rahasia Uni Soviet, Victor Gusan pendiri sebuah perusahaan ke keamanan di wilayah Transnistria datang ke FC Tiras Tiraspol. Kedatangannya bukan untuk bercengkrama dengan pemain saja, tapi sekaligus mencengkram klub tersebut dengan menjadi sponsor utama.
Bedasarkan sebuah kesepakatan, nama klub pun diganti. Kata “Tiras” diganti dengan “Sheriff”. Dan lahirlah klub yang sekarang membuat fans Tottenham kaget, lantaran kesuksesannya menembus Liga Champions, dan sanggup mengalahkan klub yang dulu mengalahkan The Lily White.
Oleh sebab tidak diakuinya negara Transnistria oleh PBB, membuat The Yellow-Black masuk ke dalam Liga Moldova. Sejak di tangan Gusan, Sheriff Tiraspol makin menjulang tinggi. Mereka bahkan sukses menguasai kompetisi sepak bola di Moldova. Sheriff Tiraspol mengemas 19 gelar Liga Utama Moldova dari 21 musim.
Today is the day. Sheriff Tiraspol is 90 minutes away from the Champions League group stage. Surely one of the biggest surprises in the history of the competition. Absolutely massive achievement. What a story this is. What a story! Unbelievable! pic.twitter.com/OUU5dhqE9l
— Emanuel Roşu (@Emishor) August 25, 2021
Bergelimang Harta
Kendati berada di wilayah miskin, Sheriff Tiraspol bukanlah klub miskin yang tidak bisa mengembangkan sepak bola. Gusan memanfaatkan kekosongan kekuasaan setelah bubarnya Uni Soviet untuk “merampok” perusahaan-perusahaan di wilayah Transnistria, yang sebelumnya menyumbang sekira 60 persen pemasukan untuk Moldova. Berkat bisnis haram Gusan keuangan klub pun sangat melimpah.
Nyaris seluruh sektor perekonomian di Transnistria dikuasai oleh bos Sheriff Tiraspol tersebut. Bank, surat kabar, media online, kredit, jasa keamanan, pompa bensin, jaringan telepon seluler, minuman keras, transportasi, perusahaan kontruksi, restoran, dan masih banyak lagi aset Gusan di tanah sempalan itu.
Amazing achievement from Sheriff Tiraspol to reach the group stages of the Champions League! First team from Moldova and also first from an unrecognised state (Transnistria) to qualify for this stage. pic.twitter.com/u05yJECFEL
— Paul Watson (@paul_c_watson) August 25, 2021
Karena itulah, membangun stadion yang pantas bukanlah sesuatu yang mustahil bagi Sheriff Tiraspol, walaupun kapasitas penontonnya 14 ribuan, tak lebih banyak dari GBK. Tidak hanya itu, sebuah kompleks pelatihan juga didirikan. Jadi total biaya yang dikeluarkan untuk dua itu saja sebesar USD 200 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun. Nominalnya jauh lebih banyak daripada pendapatan wilayah tersebut saban tahun yang hanya USD 3 ribu atau sekitar Rp 43 jutaan.
Menurut Transfermarkt, nilai skuad Sheriff Tiraspol hanya berkisar 12,98 juta euro atau Rp 219,9 miliar. Kendati The Yellow-Black menjadi tim paling miskin di Liga Champions musim 2020/2021, tapi klub di sebuah negara sempalan itu boleh dibilang nggak miskin-miskin amat. Apalagi, Gusan bukanlah pebisnis kacangan. Lewat jaring bisnisnya yang luas, di tangan Gusan, Sheriff Tiraspol boleh jadi menjadi salah satu tim kaya di Eropa. Nasser Al-Khelaifi harus bersiap-siap, nih.
Kekuatan Sheriff Tiraspol
Klub yang berbasis di perbatasan antara Moldova dan Ukraina sebenarnya sudah beberapa kali tampil di babak play off Liga Champions. Namun dari ketiga kali penampilannya di babak play off, Sheriff Tiraspol kalah dari Olimpiakos, Basel, dan Legia Warsawa.
Namun, untuk Liga Champions musim ini Sheriff Tiraspol tampil mengesankan sejak babak kualifikasi. Mereka sanggup menghancurkan tim Albania, Teuta. Lalu membekuk juara Armenia, Alashkert. Sebelum memasuki babak play off, Sheriff Tiraspol menghentikan langkah mantan juara Eropa dari Serbia, Red Star Belgrade.
Pada babak play off, mereka harus menghadapi sang kuda hitam asal Kroasia, Dinamo Zagreb. Akan tetapi, klub raksasa dari Kroasia itu justru dipermalukan 3-0 di depan pendukung Sheriff Tiraspol, dan membuat fansnya murung karena tak mampu memetik kemenangan di laga “balik kloso”.
After defeating Dinamo Zagreb 3-0 on aggregate Keston Julien’s club, FC Sheriff Tiraspol, has become the first Moldovan team to qualify for the UEFA Champions League group stage. Keston will be the first player from Trinidad and Tobago to feature in the UCL since 2011/12. 👏 pic.twitter.com/NmNKgLIijS
— Soca Warriors 🇹🇹 (@socawarriors) August 25, 2021
Di Liga Moldova, Sheriff Tiraspol adalah klub yang sangat produktif dalam mengoleksi gelar. Dari musim 2015/16, The Yellow-Black tak pernah absen menjadi kampiun di Liga Moldova, Divizia Nationala. Bahkan mulai musim 2014/15 tim ini rajin menambah koleksi gelar Piala Moldova yang kini menjadi 10 gelar, dan Piala Super Moldova dengan 7 kali juara.
Tak mengherankan jika Sheriff Tiraspol lolos ke putaran final Liga Champions Eropa. Bagi pemain, pelatih, staff, dan bahkan Gusan itu sendiri, masuk Liga Champions adalah anugerah yang patut dirayakan. Mumpung masuk, yang penting bereuforia terlebih dahulu. Soal nanti bakal jadi lumbung gol, itu bisa diurus belakangan.
Setelah menerima anugerah, petaka mungkin akan menimpa Sheriff Tiraspol. Apalagi The Yellow-Black satu grup dengan Inter Milan, Real Madrid, dan Shaktar Donetsk di Liga Champions. Setelah sebelumnya satu pot dengan Wolfsburg, AC Milan, Malmo, Besiktas, dan klub-klub tidak diperhitungkan lainnya.
💫 Real Madrid have been drawn into the Group D in the UEFA Champions League alongside Inter, Shakhtar Donetsk and Sheriff Tiraspol. #HalaMadrid pic.twitter.com/KCKncSdPzi
— 𝗥𝗠𝗢𝗻𝗹𝘆 (@ReaIMadridOnly) August 26, 2021
Menjadi kuda hitam? Ah, Sheriff Tiraspol belum tentu sampai ke tahap itu. Apalagi tim “bau kencur” Moldova itu baru sanggup mengalahkan klub yang sekadar digadang-gadang sebagai kuda hitam. Ditambah satu klub mantan juara Eropa.
Meski begitu, kita tetap perlu bertepuk tangan atas kedatangan Sheriff Tiraspol di kancah tertinggi kompetisi antar klub di Benua Biru. Setidaknya, mereka berhasil menembus Liga Champions, di saat klub-klub medioker masih berpangku tangan dan hanya bisa meratapi nasib akibat tak lolos ke Liga Champions.
Sekalipun tak lolos ke fase gugur, skuad asuhan Yuriy Vernydub telah mencatatkan sejarah sebagai klub Moldova pertama yang bermain di Liga Champions Eropa. Sekaligus membuat semua orang tahu bahwa di Eropa ada negara bernama Moldova dan wilayah sempalan bernama Transnistria.
Sumber referensi: sportslumo.com, goal.com, libero.id, laswordonsports.com, transfermarkt.com