Bahwa Manchester City adalah klub kaya baru, itu adalah fakta yang tak terbantahkan. Praktis, The Citizens baru bisa mengklaim sebagai salah satu klub terbesar Inggris sejak diakuisisi Sheikh Mansour pada 2008. Cuma sedekade lalu.
Bandingkan dengan Manchester United yang sudah menjadi klub papan atas eropa di era Sir Matt Busby lima puluh tahun lalu, atau kejayaan tak terperi bersama Sir Alex Ferguson hingga beberapa tahun lalu.
Fans Manchester United punya sindiran halus kepada para penggemar dadakan City. Ya, jumlah penggemar City jelas semakin meningkat seturut terus meroketnya prestasi klub dalam sepuluh tahun terakhir. Fans United akan bertanya, “Di mana kalian saat tim kalian (Manchester City) masih busuk?”
Di kalangan fans City sendiri, terutama bagi fans yang lebih senior, ada ucapan yang begitu membanggakan. Kalimat ini diucapkan terutama bagi fans muda yang akrab dengan raihan trofi bersama Roberto Mancini hingga Pep Guardiola. Kalimat tersebut berbunyi, “Aku ada di sini (mendukung Manchester City) dulu saat masa-masa gelap.”
Pertanyaannya adalah, kapankah saat yang disebut fans United sebagai “Masih busuk”? (“were shit”), dan yang disebut fans City “masa-masa gelap”? (dark times).
Jawaban dari pertanyaan tersebut ialah era 1990-an. Mereka tak pernah memenangi trofi sejak 1976. Mereka juga terdegradasi beruntun dari Premier League. Maine Road, stadion mereka, sudah kuno. Meski tak terlalu parah, klub juga dililit utang selama bertahun-tahun.
Yang terparah adalah pada musim 1998/99. Saat itu mereka berada di Divisi Dua (sekarang League One), dua kasta di bawah Manchester United. Pada Desember 1998, mereka baru saja dikalahkan York City dengan skor 2-1, hingga terjerembab ke posisi 12. Koran lokal Manchester Evening News bahkan melabeli hari itu sebagai “Hari tergelap dalam sejarah Manchester City.”
Saat itu, City masih ditukangi Joe Royle. Ia menangani City saat hari tergelap itu, dan ia pula yang membawa City keluar dari masa itu. Di akhir musim, Riley membawa City hingga ke play-off promosi. Lawan mereka adalah Gillingham, yang diasuh Tony Pulis.
Orang-orang mungkin menyebutkan bahwa gol Sergio Aguero di detik terakhir musim 2011/12 ialah gol paling berpengaruh dalam sejarah City. Gol tersebut memang berkonrtibusi langsung dalam kesuksesan City mencaplok gelar liga untuk pertama kali.
Pada pertandingan yang akan menentukan masa depan mereka tersebut, City justru tertinggal 2-0 hingga menit 89. Skor ini mengejutkan mengingat laga masih seimbang 0-0 hingga menit 80.
Namun, bagi fans yang lebih senior, gol yang tercipta di laga play-off kontra Gillingham bisa jadi amat berpengaruh bagi masa depan klub. Kevin Horlock memperkecil kedudukan menjadi 1-2 pada menit 90. City masih tertinggal satu gol saat wasit memberikan tambahan waktu sebanyak lima menit.
City menyerang, dan gol tercipta lagi 18 detik jelang laga usai. Pelakunya adalah Paul Dickov. Laga berlanjut hingga perpanjangan waktu, lalu diakhiri dengan adu penalti. City unggul dengan skor 3-1. Seharusnya, nama Sergio Aguero ditaruh di bawah Paul Dickov.
Berkat gol detik terakhir Dickov, City berhak promosi ke Divisi Satu (sekarang Championship) pada musim 1999/00. Joe Royle langsung menargetkan promosi ke Premier League. Ajaibnya, target tersebut tercapai. Nasib mereka musim itu ditentukan hingga laga terakhir di Blackburn Rovers.
Seantero Inggris mendukung Manchester City agar promosi. Hasilnya, mereka menang 4-1. Paul Dickov juga mencetak gol. Pelatih Royle membawa City promosi beruntun ke Premier League. Sir Alex Ferguson bahkan meneleponnya untuk menyelamati. Ia mengatakan tak sabar menjalani derbi lagi di Premier League musim berikutnya.
Kelanjutan dari momen tersebut kurang lebih begini: Royle gagal mengoperasikan skuad penuh bintang yang baru promosi, yang saat itu sempat kedatangan mantan pemain terbaik dunia George Weah. City langsung terdegradasi di musim pertama. Royle lantas dipecat.
Penggantinya, Kevin Keegan, hanya dalam semusim mampu membawa City promosi kembali. City menjadi partisipan permanen Premier League sejak musim 2002/03.
Pada 2006, miliarder Thailand Thaksin Shinawatra datang.
Pada 2008, giliran Sheikh Mansour mendarat.
Sisanya adalah sejarah.