AC Milan tidak salah merekrut Charles De Ketelaere. Gian Piero Gasperini yang sekarang menangani De Ketelaere di Atalanta juga tak menyalahkan Milan ketika gelandang serang 22 tahun itu gagal perform.
“Tahun lalu De Ketelaere dicari oleh separuh Eropa, bukan berarti Milan melakukan kesalahan dalam membeli pemain. Dia mengalami musim yang sulit, namun dia akan menjalani tahun yang baru dengan pelatih yang sangat kuat dan klub yang hebat,” kata Gian Piero Gasperini dikutip dari Sempre Milan.
Musim lalu, AC Milan berjuang mati-matian mengalahkan tawaran Leeds United dan membayar €35 juta kepada kampiun Liga Pro Belgia, Club Brugge untuk merekrut Charles De Ketelaere. Sayangnya, ia gagal membayar pengorbanan Milan.
De Ketelaere dianggap sebagai pembelian gagal setelah tak mampu mencetak satu gol pun dalam 40 pertandingan musim lalu. Performa buruk itu kemudian membuat Milan melepas De Ketelaere ke Atalanta dengan skema pinjaman plus opsi beli.
Catatan statistik Charles De Ketelaere musim lalu tak hanya kontras dengan harga belinya yang mahal, tetapi juga kontras dengan catatan statistiknya bersama Club Brugge dan nama besarnya sebagai salah satu wonderkid paling berbakat di Eropa.
Daftar Isi
Charles De Ketelaere: dari Tenis Menjadi Wonderkid Sepak Bola Belgia
Mendapat julukan “King Charles” dari pendukung Club Brugge, CDK adalah seorang pemain yang punya bakat alami di olahraga. Sebelum terjun ke dunia si kulit bundar, De Ketelaere adalah juara kompetisi judo amatir dan memiliki hasrat yang besar kepada tenis. Ia bahkan termasuk dalam jajaran petenis terbaik di generasinya dan beberapa kali membintangi turnamen junior tingkat regional.
Namun, di usia 7 tahun, De Ketelaere memutuskan untuk mengubur karier potensialnya di tenis dan memilih mengejar mimpinya untuk menjadi pemain sepak bola.
Birger Van De Velde, pencari bakat Club Brugge, adalah sosok yang meyakinkan ibu dari Charles De Ketelaere kalau putranya punya bakat istimewa di sepak bola. Tak butuh waktu lama, De Ketelaere yang rumahnya hanya berjarak 500 meter dari Stadion Jan Breydel setuju untuk bergabung dengan akademi klub idola masa kecilnya itu.
Singkat cerita, Charles De Ketelaere bertransformasi menjadi idola di Club Brugge, disandingkan dengan Kevin De Bruyne, hingga diharapkan jadi The Next Superstar di timnas Belgia.
Akan tetapi, sebelum mencapai titik tersebut, De Ketelaere tidak dianggap sebagai pemain berbakat. Akibat dari pertumbuhan badannya yang menyebabkan masalah cedera, perkembangan De Ketelaere menjadi lambat. Namun, ketika tinggi badannya menyentuh 190an cm di usia 18 tahun, CDK bertranformasi menjadi salah satu wonderkid paling berbakat yang dimiliki Belgia.
Sejak usia 16 tahun, Charles De Ketelaere sudah jadi langganan timnas usia muda Belgia. Gelandang serang kelahiran 10 Maret 2001 itu kemudian mulai dipromosikan ke tim senior Club Brugge pada musim 2019/2020. Perlahan tapi pasti, perfoma CDK makin mekar dari tahun ke tahun.
Di tahun 2020, Charles De Ketelaere meraih penghargaan Belgian Promising Talent of the Year. Sementara di tahun 2022, ia meraih penghargaan Belgian Young Professional Footballer of the Year.
Selama 3 musim berseragam Club Brugge, De Ketelaere 3 kali menjuarai Liga Pro Belgia dan 2 kali juara Piala Super Belgia. Selama membela klub bercorak biru hitam itu, De Ketelaere berhasil mencatat 120 caps dan berkontribusi dengan torehan 25 gol dan 20 asis.
Dari awalnya hanya 2 gol dan 2 asis di musim pertama, menjadi 5 gol dan 8 asis di musim kedua, hingga akhirnya mencapai performa terbaiknya di musim 2021/2022 dengan 18 gol dan 10 asis. Sebuah prestasi yang kemudian membuat AC Milan mengejar setengah mati untuk mendapat tanda tangan “King Charles”.
Gagal Total di Milan, Apa Salah De Ketelaere?
Dengan biaya €35 juta, Charles De Ketelaere datang ke San Siro dengan predikat rekrutan termahal keenam dalam sejarah Rossoneri. Pindah ke Milan juga membuat Charles De Ketelaere yang sebelumnya telah disandingkan dengan Kevin De Bruyne, menjadi disandingkan pula dengan legenda Rossoneri, Kaka. Tak hanya karena parasnya saja, tetapi juga karena postur tubuh dan gaya mainnya.
Inilah beberapa alasan yang disinyalir membuat De Ketelaere tak bisa perform bersama Milan musim lalu. Wajar saja, sebab ia dibebankan dengan ekspektasi dan tanggung jawab yang sangat besar.
De Ketelaere sendiri pernah bilang kalau lingkungan di Milan sangatlah berbeda dan level sepak bolanya sangat tinggi. 1 asis yang ia buat di laga vs Bologna serasa percuma, sebab para fans Milan sendiri punya ekspektasi yang jauh lebih tinggi ketimbang sebuah asis.
Penyebab lainnya mungkin karena sifat yang dimiliki De Ketelaere. CDK adalah pribadi yang pemalu dan cukup perfeksionis. Sifatnya inilah yang mungkin membuat perkembanganya terhambat.
Stefano Pioli tak kurang memberi kesempatan bermain kepadanya. Namun, karena gagal membayar kepercayaan Pioli dengan sumbangan gol, De Ketelaere kemudian malah jatuh ke dalam lubang keterpurukan yang lebih dalam. Dalam beberapa pertandingan terakhir musim lalu, fighting spirit CDK terlihat makin menurun.
Performa buruknya di Milan ternyata juga berdampak di timnas Belgia. Setelah mencetak 1 gol ke gawang Italia di bulan Oktober 2021, De Ketelaere tak lagi mampu menyumbang gol maupun asis. Ia pun tak hanya dikritik oleh media-media Italia, tetapi juga mendapat kritik dari media-media Belgia.
Charles De Ketelaere Punya Peluang Besar Untuk Bangkit di Atalanta
Charles De Ketelaere sebenarnya bukan pribadi yang mudah menyerah, itu mengapa ia pada awalnya ngotot untuk bertahan dan kembali membuktikan diri di Milan. Namun, nasib berkata lain. Milan memutuskan melego Charles De Ketelaere ke Atalanta dengan biaya pinjaman €3 juta plus opsi beli tidak wajib seharga €23 juta dan bonus €4 juta.
Menyebrang ke Bergamo memang pilihan yang bijak untuknya. Dan bukan kebetulan ia langsung bisa membuka keran golnya di pekan pertama Serie A musim ini. Masuk sebagai pemain pengganti, De Ketelaere langsung mencetak 1 gol kala membantu La Dea menang 2-0 atas Sassuolo.
Penampilan apik kembali ia tampilkan di pekan ketiga tatkala menyumbang 1 asis untuk gol Ederson saat Atalanta menang 3-0 atas Monza. 1 gol dan 1 asis dalam 3 pertandingan menjadi catatan CDK sejauh ini. Sebuah statistik yang membuat beberapa fans menilai kalau Milan dan Pioli telah membuat kesalahan.
Namun terlepas dari hal tersebut, Charles De Ketelaere memang punya peluang besar untuk bangkit di bawah arahan Gian Piero Gasperini. Pasalnya, Gasperini sepertinya paham betul bagaimana cara merevitalisasi performa seorang pemain dan punya rekam jejak bagus dalam membangkitkan performa pemain.
Ketika pertama kali mendarat di Bergamo, Gasperini langsung meyakinkan Charles De Ketelaere, sembari mengingatkan fans La Dea untuk tidak terlalu berekspektasi kepadanya. Yang lebih krusial lagi, taktik Gasperini sepertinya cocok dengan gaya mainnya dan De Ketelaere sendiri sudah mengakui hal tersebut.
“Sistem ini sangat cocok untuk saya. Saya berada di jalur yang benar, saya secara bertahap menemukan versi terbaik dari diri saya,” kata De Ketelaere dikutip dari rtbf.
Posisi terbaik Charles De Ketelaere memang berada di nomor 10 alias playmaker. Namun, selain itu, ia juga bisa bermain sebagai winger dan striker. Posisi terakhir itulah yang tidak ia rasakan di Milan, tapi kemudian kembali ia nikmati di Atalanta.
Salah satu pihak di Atalanta pernah bilang kalau mereka melihat Charles De Ketelaere bisa memainkan peran yang sama seperti Josip Ilicic, yakni sebagai “inside forward”. Terbukti, ketika ia dimainkan sebagai penyerang kedua yang mendampingi Gianluca Scamacca, CDK mampu mencetak 1 gol dan 1 asis.
Versatilitas adalah bukti kecerdasan Charles De Ketelaere. Di SMA, CDK memperdalam matematika dan sains. Sementara sebelum fokus di sepak bola, ia adalah mahasiswa hukum di Ghent University.
Inteligensi itu ia bawa ke sepak bola. Dalam kondisi prima, pemain bertinggi badan 192cm itu punya banyak kemiripan dengan De Bruyne, yakni dalam akurasi passing, dribbling, dan visi bermain. Dan fakatnya, dengan ditempatkan sebagai penyerang kedua atau false nine, CDK punya kontribusi gol yang lebih banyak.
Posisi dan peran tersebut tak didapatkannya di Milan. Pioli lebih banyak mencobanya di posisi nomor 10 atau winger kanan. Lebih dari itu, jangan-jangan CDK memang lebih cocok memakai seragam biru hitam ketimbang merah hitam.
Adakah Ruang Untuk CDK Kembali ke Milan?
Lantas, apakah ia masih punya ruang untuk kembali ke San Siro?
Berkaca dari kasus Jens Petter Hauge dan dengan opsi beli yang dimiliki Atalanta, peluang CDK kembali ke AC Milan terbilang kecil. Apalagi jika musim depan Milan berniat menambah skuadnya, sudah tidak mengagetkan bila De Ketelaere bakal diuangkan. Terlebih lagi, kini Stefano Pioli sudah mengubah formasi Milan dari 4-2-3-1 menjadi 4-3-3.
Akan tetapi, tak ada yang tidak mungkin dalam sepak bola. Jika Charles De Ketelaere masih berhasrat untuk membuktikan diri di Milan, ia masih punya peluang untuk kembali. Namun, apabila ternyata ia memang lebih cocok dengan seragam biru hitam, bertahan di Atalanta juga bukan pilihan yang buruk.
Memang masih terlalu dini untuk menilai kalau Charles De Ketelaere mampu terus tampil impresif sepanjang musim ini. Namun setidaknya, tanda-tanda kebangkitan itu mulai terlihat.
Jika melihat polanya, CDK memang butuh waktu lama untuk berkembang. Bertahun-tahun ia habiskan untuk beradaptasi dari tenis ke sepak bola. Ketika tubuhnya mulai mendukung bakat alamiah yang ia miliki, CDK juga butuh waktu untuk memaksimalkannya. Dan ketika berseragam Club Brugge, CDK juga baru mekar di tahun keduanya dan akhirnya mencapai top perform-nya di tahun ketiga.
Kini, pola yang sama mulai terlihat kembali terulang. Setelah 1 tahun yang buruk di Milan, CDK mulai membuka keran gol dan asisnya di tahun keduanya di Serie A sebagai pemain pinjaman Atalanta. Jika pola ini berlanjut, bakal ada lebih banyak gol dan asis yang akan tercipta dari Charles De Ketelaere. Sebuah pembuktian yang sudah lama diharapkan terjadi.
Referensi: AC Milan, Sempre Milan, Goal, Football italia, BBC.