Malaysia Sibuk Hina Diks & Idzes? Urusin Saja Sepakbolamu Yang Makin Amburadul!

spot_img

Di tengah hingar bingar pesta sepakbola Eropa yang kembali digelar, ada satu entitas dari negeri seberang yang berusaha mengganggu mood para pecinta sepakbola Indonesia. Media-media Malaysia mulai geger dan mencari kesalahan dari Indonesia. Entah itu dari PSSI-nya, Super League-nya, atau bahkan setiap individu yang berkaitan dengan sepakbola Indonesianya.

Terlalu sibuk nyinyir dan merendahkan Indonesia, Malaysia tampaknya lupa terhadap pepatah lama yang cukup populer di sini. “Ketika satu jari menuding orang lain, empat jari lainnya justru mengarah ke diri sendiri”. Malaysia kerap cepat melontarkan tuduhan, hinaan, dan cibiran terhadap sepakbola Indonesia. Tapi lupa bercermin pada kaca retak di dalam rumahnya sendiri.

Maka dari itu, publik Malaysia sekali-kali harus diingatkan kalau mau ngurusin dapuran orang lain tuh, minimal dapur sendiri udah beres. Dan berikut adalah bukti bahwa sepakbola Malaysia sama sekali tak lebih baik dari Indonesia.

Nyinyir

Tak akan ada asap jika tak ada api. Konten ini muncul karena media Malaysia mulai recall-recall di base Indonesia. Mau bukti? Ayo kita bedah satu-satu. Mimin sampai bingung mau bahas yang mana dulu. Karena saking banyaknya. Okey, kita mulai dari respons media Malaysia terhadap transfer Jay Idzes ke Sassuolo dulu. 

Mereka tak sepenuhnya memuji kepindahan Jay Idzes ke Sassuolo. Beberapa reaksi media Malaysia justru bernada sindiran. Misal saat media X yang bernama Onefootball.my. Melalui akun sosial medianya, mereka secara tersirat menyindir transfer Jay Idzes dengan menyatakan bahwa Serie A tak lebih baik dari La Liga.

Konteksnya adalah, mereka ingin membandingkan pemain naturalisasi Malaysia, yakni Facundo Garces yang berkarir di La Liga bersama Deportivo Alaves. Onefootball.my mempertanyakan apakah tetap bertahan di Serie A bersama klub yang berstatus promosi benar-benar prestise yang setara dengan La Liga?

Setelah itu, mereka juga menyinggung Kevin Diks yang kini berkarir di Bundesliga, bersama Borussia Monchengladbach. Mengutip dari Bola Okezone, ada media Malaysia bernama Ekor Harimau Malaya yang menyebut Bundesliga sebagai kompetisi membosankan. Bahkan meski sudah ada Kevin Diks di situ, Bundesliga tetap tak memiliki daya tarik.

Tak berhenti di situ. Yang terbaru adalah soal kepindahan Sandy Walsh ke Buriram United. Mengutip dari Bola Okezone lagi, ada media Malaysia yang menyebut level Sandy Walsh masih di bawah bek Timnas Malaysia, Dion Cools. 

Beda dengan Walsh yang pindah dari Jepang ke Thailand, Dion justru pindah dari Buriram United ke Cerezo Osaka musim panas ini. Publik Malaysia ngga inget kali ya, kalau Cerezo Osaka tuh cuma dijadiin tempat magang Justin Hubner doang.

Hampir Disanksi FIFA

Media-media Malaysia juga lupa kalau mereka juga masih memiliki banyak luka sepakbola yang belum kering. Yang sebelumnya pernah dibahas oleh Starting Eleven Story misalnya. Soal kasus kontroversi transparansi data pemain naturalisasi. 

Federasi sepakbola Malaysia menjadi sorotan publik setelah mengambil langkah cepat dalam proses naturalisasi beberapa pemain berdarah Amerika Selatan. Proses tersebut dikritik karena dinilai terlalu tertutup dan tidak melibatkan keterbukaan informasi mengenai asal-usul para pemain yang diproses.

Dilansir Jawa Pos, pengacara olahraga Malaysia, Zhafri Aminurrashid, menekankan bahwa kurangnya akses publik terhadap dokumen-dokumen terkait pemain naturalisasi meningkatkan risiko pelanggaran aturan FIFA. Berkat kisruh ini, Malaysia pun nyaris kena sanksi berat. 

Kala itu, Malaysia berpotensi dikenai sanksi larangan ikut kompetisi resmi hingga 2027 dan denda hingga puluhan miliar rupiah. Untungnya, rumor ini dengan cepat diredam oleh Ketua Umum FAM, Joehari Ayub. Dirinya menegaskan bahwa proses naturalisasi telah melalui verifikasi oleh FIFA, dan sang pemain memiliki dokumen yang sah sesuai aturan internasional.

Timnas U-23 Dihujat

Bukan cuma tim nasional senior saja yang tersandung permasalahan, Timnas Malaysia U-23 pun ikut kena hujat oleh publik sendiri. Dikutip dari CNN Indonesia, Malaysia U-23 menjadi sasaran kritik pedas dari netizen negaranya sendiri setelah gagal melaju ke semifinal Piala AFF U-23 2025.

Di awal turnamen, Timnas Malaysia U-23 datang ke Piala AFF U-23 2025 dengan dada membusung. Target semifinal bahkan gelar juara sudah digembar-gemborkan. Tapi alih-alih tampil garang, Harimau Malaya justru terlihat ompong. Mereka dipastikan tersingkir usai hanya bermain imbang 0-0 melawan Timnas Indonesia U-23 dalam laga terakhir Grup A.

Hasil tersebut membuat Tim Harimau Muda finis di peringkat ketiga klasemen Grup A, dengan catatan satu kemenangan, satu hasil seri, dan satu kekalahan. Fans yang udah kadung jumawa dan tebar pesona pun malunya setengah mati. Biar nggak malu-malu banget, akhirnya mereka melampiaskan emosi kepada skuad Harimau muda.

Para fans yang tak puas ramai-ramai meluapkan kritik mereka di kolom komentar media sosial resmi Federasi Sepak Bola Malaysia. Beberapa dari mereka menyoroti gaya bermain tim Malaysia yang dianggap pasif dan tidak menunjukkan semangat juang.

Tak Didanai?

Kena hujat dan kritik begitu, bukannya introspeksi diri atau meminta maaf, FAM justru dikabarkan bakal mengeluarkan kebijakan nyeleneh. Mengutip berita dari Superball, tim muda Harimau Malaya berpotensi tidak akan menerima bantuan biaya dari pemerintah lagi untuk berkiprah di turnamen regional selanjutnya.

Menurut laporan yang ada, turnamen yang dimaksud adalah SEA Games 2025 yang akan diselenggarakan di Thailand. Hal ini menyusul pernyataan Presiden Dewan Olimpiade Malaysia (OCM), Tan Sri Mohamad Norza Zakaria. Ada beberapa pertimbangan mengapa pemerintah akan mengambil opsi ini. Salah satunya adalah minimnya prestasi Malaysia di SEA Games.

Berita yang mendadak ini jelas memicu perdebatan. Para pemain muda disinyalir bisa patah semangat karena merasa dianak tirikan oleh pemerintah setempat. Jika mental dan kepercayaan diri mereka turun, ini bisa saja mengganggu persiapan pemain jelang Kualifikasi Piala Asia U-23 yang akan diselenggarakan September nanti.

Dicap Tak Profesional

Beberapa pekan sebelum kontroversi ini meledak, nama baik sepakbola Malaysia pun sudah tercoreng lantaran mundur dari Turnamen CAFA Nations Cup 2025 secara mendadak. Dilansir Bola.com, turnamen ini akan diselenggarakan pada Bulan September mendatang. Awalnya Harimau Malaya akan terlibat sebagai tim undangan. Tapi, tiba-tiba FAM menarik diri.

Pelatih Harimau Malaya, Peter Cklamovski, mengungkapkan alasan Malaysia untuk tidak terbang ke Tajikistan karena mengumpulkan pemain dan memastikan mereka siap bermain di luar kalender FIFA itu tidak realistis. Mantan pelatih FC Tokyo tersebut juga melihat masalah logistik, pemulihan pemain, dan faktor-faktor lain yang melibatkan perjalanan tim sebagai faktor yang mempengaruhi keputusan. 

Sialnya, sikap ini justru diartikan lain oleh pihak penyelenggara. Pihak CAFA merasa bahwa ini adalah alibi saja. Sebab Malaysia dari awal sudah setuju saat diberitahu kalau sebagian laga turnamen itu digelar di luar kalender FIFA. Keputusan Malaysia untuk mengundurkan diri secara mendadak dianggap telah mencederai profesionalitas di sepakbola.

Banyak Klub Krisis Keuangan

Bukan cuma tim nasional saja, di level klub pun kondisi Malaysia tak kalah memprihatinkan. Menurut laporan Superball, sejumlah klub Liga Malaysia saat ini tengah menghadapi masalah keuangan hingga kesulitan membayar gaji pemain. Berdasarkan data yang dicatat oleh AFC, sedikitnya ada lima tim Liga Super Malaysia yang menunggak gaji para pemainnya. 

Saat ini, rata-rata pemain di klub tersebut menghadapi tunggakan gaji yang berlangsung hingga enam bulan. Beberapa klub bahkan telah membatalkan keikutsertaan mereka di Liga Super Malaysia musim depan. Contohnya seperti Perak FC. Mereka gagal memenuhi gaji pemain, staf, dan pekerja lain yang sudah menunggak sejak musim lalu. Kabarnya, Perak FC hanya mampu membayar 20% dari gaji mereka musim lalu.

Karena kehabisan dana, akhirnya Perak FC pun pamit dari kompetisi musim 2025/26. Dari sini pun jelas terlihat bahwa Malaysia masih memiliki banyak pekerjaan rumah di sektor sepakbolanya sendiri. Jadi, sebelum media dan publik Malaysia sibuk menghina, merendahkan, atau nyinyir soal Indonesia, minimal ngaca dulu nggak sih? Malu tauuuu

Sumber: Superball, CNN Indonesia, Jawapos, Republika

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!

Glory Glory Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Magnificent 7 Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Back Home Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000

Artikel Terbaru