Layaknya bocah yang sedang berdiri di panggung pentas seni, Lamine Yamal yang memang masih “bocah” jadi sorotan di panggung EURO 2024. Di usia yang belum cukup untuk mendapatkan KTP itu, Yamal sudah menjadi pemain kunci di skuad Spanyol.
Menjadi bintang lapangan di usia muda memang sebuah cita-cita bagi anak-anak seusianya. Namun, untuk menjadi seorang Lamine Yamal ternyata tak semudah yang kita kira. Ada suka-duka yang menyertai langkah bocah 16 tahun itu. Lantas, apa saja suka dan duka menjadi pemain hebat di usia 16 tahun?
Sebelum kita bahas bersama, kalian bisa subscribe dan nyalakan lonceng terlebih dahulu agar tak ketinggalan konten terbaru dari Starting Eleven.
Daftar Isi
Rekor Yamal
Setelah beberapa tahun mengenyam pendidikan sepakbola di La Masia, Lamine Yamal akhirnya mencatatkan menit pertamanya di skuad utama Barcelona pada tahun April tahun 2023. Tepatnya di laga kontra Real Betis. Kala itu, Yamal mencatatkan debutnya di usia 15 tahun. Itu jadi rekor baru sebagai pemain termuda Barca yang debut di La Liga.
Dirinya juga menjadi pemain termuda di beberapa hal lain. Seperti pemain termuda yang tampil di Liga Champions, mengalahkan Celestine Babayaro dari Anderlecht. Babayaro debut di UCL pada usia 16 tahun dan 86 hari. Lebih tua tiga hari dari Yamal. Yamal juga mencatatkan rekor sebagai pemain termuda yang mampu mencetak gol di La Liga dengan usia 16 tahun 87 hari.
Selain itu, ia juga menjadi pemain termuda yang mencatatkan assist di La Liga. Pemain termuda yang bermain di El Clasico. Pemain termuda yang tampil dan mencetak gol di Piala Super Spanyol. Serta belasan rekor lain yang sudah dicatat rapi.
Tak cuma di level klub, bersama Timnas Spanyol, Yamal pun mencatatkan rekor fantastis. Yamal sudah panen dua rekor sekaligus di laga pembuka melawan Kroasia. Yang pertama, dirinya tercatat sebagai pemain termuda yang pernah tampil di Euro dengan usia 16 tahun 338 hari. Di laga yang sama, wonderkid Barcelona itu juga menjadi pemain termuda yang menorehkan assist di EURO.
Kemunculan Lamine Yamal di sepakbola adalah salah satu anugerah yang sangat disyukuri oleh Spanyol. Dirinya langsung dibanding-bandingkan dengan Lionel Messi. Bahkan, mantan pemain Timnas Spanyol, Fernando Llorente menyebut bahwa di usia yang sama, Messi tidak akan mampu melakukan hal yang sama seperti Yamal.
Ekspektasi
Namun, sorotan berlebih justru jadi pisau bermata dua bagi Yamal. Banyaknya dukungan memang bagus untuk memotivasi. Tapi, di sisi lain hal itu justru mendatangkan ekspektasi yang tinggi.
Agaknya terlalu dini apabila mengharapkan Yamal untuk mencapai level yang sama seperti Messi. Di usianya yang masih muda, Yamal harusnya lebih fokus pada pengembangan diri dan pendidikan ketimbang membangun reputasi di sepakbola karena sudah kadung mendapat sorotan.
Peran orang tua sangat penting untuk menjaga Yamal tetap pada jalurnya. Tak sedikit pemain muda yang keblinger lantaran mendapat sorotan yang berlebih di usia muda. Contohnya seperti Mario Balotelli, Alen Halilovic, Ravel Morrison, hingga Mason Greenwood.
Manajemen emosi juga sangat penting dalam perkembangan karir Lamine Yamal. Jika Yamal tak bisa mengendalikan ekspektasi dan tekanan yang datang dari fans maka tidak menutup kemungkinan, mentalnya akan terganggu. Karena di usia Yamal cukup rentan untuk mencapai titik frustrasi ketika menemui kegagalan.
Ansu Fati 2.0?
Apalagi memulai karir profesional lebih awal tak menjamin usia karirnya akan lebih panjang. Usia 13 sampai 16 tahun menjadi rentang usia yang paling penting dalam perkembangan pemain. Mereka akan mengalami perkembangan dari segi postur tubuh, kekuatan tulang, dan kekuatan otot.
Maka dari itu, memainkannya di skuad utama sangat tidak direkomendasikan. Jika tujuannya untuk melatih mental, sesekali tidak apa. Tapi, jika pemain berusia di bawah 17 tahun justru dipaksa untuk terus bermain dengan para pemain dewasa, benturan akan berakibat buruk bagi tulang dan otot sang pemain yang belum terbentuk sempurna.
Sedangkan di musim ini Yamal justru sudah tampil lebih dari 50 laga dan mencatatkan lebih dari 3000 menit bermain di semua ajang baik dengan Spanyol maupun Barcelona. Okelah Yamal adalah pemain penting bagi Barca dan Spanyol. Tapi itu jumlah laga yang sangat banyak untuk pemain seumurannya.
Ini jadi tugas Barcelona untuk mengatur menit bermain Yamal. Jika La Blaugrana kembali teledor dalam mengurus menit bermain talenta mudanya, maka jangan kaget jika Lamine Yamal akan bernasib sama seperti Ansu Fati atau Pedri yang sering bermasalah dengan cedera otot.
Difitnah
Di luar itu, menjadi pemain hebat di usia belia membuat Lamine Yamal tak lepas dari fitnah dan prasangka buruk dari haters. Yang paling menggemparkan jagad media sosial adalah soal isu memalsukan umur. Beberapa media mengabarkan bahwa Yamal berusia 19 tahun, bukan 16 tahun.
Isu ini muncul pada Maret 2024. Saat itu, ada diskusi di media online yang menimbulkan keraguan mengenai usia Yamal. Perdebatan ini dipicu oleh sebuah foto surat kabar yang diduga berasal dari tahun 2015. Surat kabar itu mengklaim Yamal sudah berusia 10 tahun pada tahun 2015. Jelas ini menimbulkan tanda tanya, mengingat Yamal dilaporkan lahir tahun 2007.
Penyelidikan pun sempat dilakukan oleh pihak La Liga. Hasilnya, ditemukan bahwa foto yang menampilkan Lamine Yamal menggunakan jersey Barcelona musim 2015/16 itu berasal dari tahun 2017, bukan 2015. Sehingga, kabar burung itu pun dapat terbantahkan. Lamine Yamal pun hanya tersenyum getir saat ditanyai soal kasus ini.
Bermasalah dengan Peraturan di Jerman
Meski tuduhan itu tidak benar, berusia 16 tahun tetap saja menghadirkan masalah bagi Lamine Yamal. Seperti di EURO 2024 misalnya. Bild menyebut bahwa Spanyol bisa mendapat didenda sebesar 30 ribu euro apabila memainkan Lamine Yamal di laga malam hari. Itu karena adanya peraturan yang mengatur tentang jam kerja.
Spanyol disebut bisa melanggar peraturan negara Jerman yang tidak memperbolehkan anak di bawah usia 18 tahun, baik warga lokal atau asing, untuk bekerja setelah pukul 20.00. Aturan itu memuat pengecualian untuk atlet muda yang diperbolehkan bekerja sampai pukul 23.00 waktu setempat.
Sementara Yamal selalu dimainkan di tiga laga penyisihan grup. Tak terkecuali di laga melawan Albania yang dimainkan pada jam 21:00 waktu setempat. Yamal memang tidak bermain penuh. Tapi apabila ditambah waktu bersih-bersih dan kewajiban menemui media, Yamal bekerja untuk Spanyol sampai lewat jam 23.00.
Namun tenang, menurut Football Espana, otoritas Jerman tidak akan menindak Spanyol dengan alasan tersebut. Sebab, regulasi tersebut dimaksudkan untuk mengatur keselamatan dan kesejahteraan tenaga kerja yang masih di bawah umur. Nah, keberadaan Yamal di skuad Spanyol pada laga malam hari di EURO 2024 dirasa tidak akan mengancam keselamatan jebolan akademi La Masia itu.
Masih Anak Sekolah
Soal jam malam, Yamal bisa lepas dari sanksi dan tetap bisa bermain untuk La Roja kapan pun. Tapi, statusnya sebagai murid sekolah menengah atas tak bisa ditinggalkan begitu saja. Yamal saat ini berada di tahun keempatnya di ESO, sekolah menengah di Spanyol yang diperuntukan untuk anak di usia 12 tahun hingga 16 tahun.
Bersamaan dengan EURO, sekolah Yamal belum memasuki waktu libur. Maka dari itu, Yamal masih terikat sebagai siswa yang harus hadir di kelas daring dan menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Cukup ribet ya, membela tim nasional tapi sambil sekolah? Terlihatnya seperti itu, tapi Yamal berusaha profesional.
Sebagai seorang pelajar dan pesepakbola, Yamal berusaha untuk tetap menyeimbangkan kedua hal tersebut. Dia pun membawa PR ke Jerman agar bisa lulus dengan nilai yang baik. Selain itu, di sela-sela sesi latihan pun Yamal sering melipir untuk mengikuti kelas daring. Semua dilakukan demi tidak mendapat teguran dari sang guru. Ada-ada saja ya. Di usia 16 tahun, kalian sudah ngapain aja guys?
https://www.youtube.com/watch?v=pNTjFDx8SX0&t=0s
Sumber: Goal, FC Barcelona, Uefa, Tribuna