Singgah di negeri Matador, menyaksikan pertempuran klasik klub penguasa ibu kota melawan klub pemberontak Catalan adalah hiburan yang memanjakan mata bagi pecinta sepakbola di seluruh dunia. Pertempuran sengit yang sering dikenal dengan sebutan “El Clasico” itu, telah menjadi bagian sejarah yang ikonik dari persepakbolaan Spanyol.
Saling bunuh untuk menjadi yang terbaik di tanah Spanyol, menjadi gengsi yang selalu diperebutkan tiap musimnya oleh Real Madrid dan Barcelona. Namun yang menarik, pertempuran epik El Clasico selama ini hanya sebatas di level domestik saja. Lalu bagaimana di kancah Eropa?
Ya, pada faktanya laga El Clasico jarang tersaji di pentas Eropa. El Clasico pun juga belum pernah terjadi di final UCL. Lantas, bagaimana ceritanya sih laga se-ikonik El Clasico belum pernah terjadi di final UCL?
The path to the Champions League final has got us dreaming of El Clásico in Munich 👀🏆✨ pic.twitter.com/eIi9WNPtJf
— OneFootball (@OneFootball) March 3, 2025
Daftar Isi
El Clasico Di UCL
Penting bagi fans sejati Real Madrid dan Barcelona untuk mengerti bagaimana sejarah pertemuan keduanya di kancah Eropa. Sebab, selain jarang terjadi, pertemuan keduanya di ajang Eropa juga kerap meninggalkan cerita tersendiri bagi kedua tim.
Fyi nih football lovers, selama ini laga El Clasico tersaji di Liga Champions dalam empat musim. Kalau ditotal dari empat musim itu, ada delapan laga. Mari kita mulai dari cerita laga El Clasico pertama di Liga Champions yakni musim 1959/60.
Kala itu, Real Madrid dan Barcelona dipertemukan di babak semifinal. Musim tersebut adalah musimnya El Real. Ferenc Puskas, Alfredo Di Stefano, dan Paco Gento, teramat superior bagi Barcelona yang saat itu dibesut Helenio Herrera.
Dalam dua leg, Blaugrana digulung dengan skor identik 3-1. Los Blancos pun dengan mulus melenggang ke final. Di partai puncak, mereka akhirnya ditahbiskan menjadi raja Eropa. Wakil Jerman, Eintracht Frankfurt mampu mereka tumbangkan di Hampden Park, Glasgow.
Namun bukan Barcelona namanya, kalau tak punya jiwa pemberontak. Tim Catalan itu kembali melawan, ketika dipertemukan kembali di babak pertama Liga Champions musim 1960/61.
Aroma balas dendam pun makin menyengat. Barcelona yang diarsiteki Ljubisa Brocic, sukses menjalankan misi balas dendam kekalahan mereka di musim sebelumnya. Dalam dua leg, aksi Marti Verges dan Evaristo membuat Ferenc Puskas dan Alfredo Di Stefano tak berkutik.
Tak hanya mampu jungkalkan El Real saja, di musim itu Blaugrana bahkan berhasil melangkah jauh hingga ke final menantang Benfica. Namun sayang, mereka tak bisa menyamai pencapaian El Real. Di final yang berlangsung di Bern, Swiss, Los Cules menyerah atas Benfica.
Real Madrid Ulangi Pencapaian 1960
Aroma balas dendam antara Barcelona dan Real Madrid di Liga Champions tak sampai di situ. Di era milenium, persaingan sengit itu kembali tercipta. Setelah melewati penantian selama 41 tahun, laga El Clasico akhirnya kembali tersaji di Liga Champions 2001/02.
Bak dejavu di tahun 1960. Laga yang terjadi di tahun 2002 itu adalah di fase semifinal. Kondisinya, saat itu gelar Liga Champions amat sangat penting bagi Real Madrid dan Barcelona. Sebab, kondisi kedua tim di liga domestik lagi nggak karuan. Bayangkan, Real Madrid dan Barcelona, musim itu dikangkangi oleh Valencia dan Deportivo La Coruna di papan klasemen La Liga.
Barcelona punya keuntungan karena menggelar laga pertama di depan publik sendiri, Camp Nou. Alih-alih memanfaatkan kondisi itu, pasukan Carles Rexach justru oleng. Minus Rivaldo, lini depan Blaugrana hanya bertumpu pada punggawa De Oranje seperti Marc Overmars maupun Patrick Kluivert.
Dengan kondisi seperti itu, menghadapi pasukan El Real yang dikenal dengan “Los Galacticos”, bukan perkara mudah. Apalagi pemain top seperti Zinedine Zidane, Roberto Carlos, hingga Raul Gonzalez, diracik dengan apik oleh sang empunya strategi, Vicente del Bosque.
Benar saja, gempuran Patrick Kluivert dan kolega, tak mampu menembus tembok kokoh El Real yang digalang Ivan Helguera. Yang ada Barca justru kecolongan dua gol saat asyik menyerang.
Apa boleh buat, ketertinggalan dua gol di leg pertama membuat kans Blaugrana lolos makin menipis. Ya benar, leg kedua di Santiago Bernabeu benar-benar dituntaskan oleh El Real untuk membalaskan dendam kekalahan mereka di tahun 1961.
Melaju ke partai puncak, cerita indah El Real pun berlanjut di Hampden Park, Glasgow. Zinedine Zidane dan kolega, mampu mengulangi pencapaian Ferenc Puskas dan kolega menjadi juara Liga Champions di Hampden Park tahun 1960. Gol indah Zidane lewat tendangan spektakulernya ke gawang Leverkusen, telah menjadi saksinya.
Barcelona Tuntas Balas Dendam
Sepuluh tahun berlalu. El Clasico kembali tercipta di Liga Champions musim 2010/11. Menariknya, El Clasico terjadi di zaman di mana Barcelona masih jaya-jayanya dengan Lionel Messi maupun Real Madrid dengan Cristiano Ronaldo.
Barcelona dan Real Madrid harus saling bunuh dulu sebelum melangkahkan kakinya di Final Wembley. Leg pertama dihelat di Santiago Bernabeu. Los Blancos asuhan Jose Mourinho berharap bisa mencuri kemenangan besar.
Alih-alih mewujudkannya, El Real justru ditimpa masalah. Punggawa lini belakang mereka, Pepe diganjar kartu merah akibat sepakan kung funya kepada Dani Alves. Kepincangan El Real itu, mampu dimanfaatkan oleh Lionel Messi. La Pulga benar-benar menggila kala itu. Dua golnya, termasuk satu gol sodoran melewati banyak pemain El Real, menjadi saksi kemenangan 0-2 Blaugrana di Santiago Bernabeu.
Jelang hadapi leg kedua di Camp Nou, menjadi misi sulit bagi El Real untuk membalikan keadaan. Terlebih palang pintunya, Pepe, tak bisa tampil. Meski akhirnya mampu menahan imbang, namun secara agregat Barcelona masih unggul dan berhak lolos ke final.
Kebanggaan publik Catalan saat itu, tak hanya soal menuntaskan dendamnya pada El Real. Melainkan raihan gelar juara Liga Champions ketiga mereka yang diraih di Wembley setelah menumpaskan Manchester United.
All Spanish Final
Jika melihat sejarah pertemuan El Clasico di Liga Champions, nampaknya pertemuan mereka di fase final masih menjadi misteri. Yang ada, beberapa kali “All Spanish Final” di Liga Champions justru melibatkan klub lain.
Seperti halnya ketika Real Madrid menghadapi Valencia di tahun 2000, lalu juga ketika Real Madrid melawan Atletico Madrid di tahun 2014 dan 2016. Artinya, final sesama klub Spanyol di Liga Champions, sebenarnya sudah tak jadi hal yang tabu. Namun mengapa El Clasico masih saja belum terjadi?
Kalau melihat sejarahnya, sebenarnya skenario pertemuan Barcelona dan Real Madrid di Final Liga Champions sudah sering terjadi. Sudah tiga musim, final idaman itu hampir terjadi. Namun sayang, entah kenapa takdir masih belum merestui.
It’s possible we’ll get an El Clasico final for this year’s Champions League 👀🍿 pic.twitter.com/hcdg8B1OGd
— ESPN FC (@ESPNFC) February 21, 2025
Skenario Musim 1999/00
Masih ingat Liga Champions musim 1999/2000? Ya, saat itu dominasi klub Spanyol sangat kuat. Tiga klub bercokol di semifinal, yakni Real Madrid, Barcelona dan Valencia. Skenario final El Clasico pun sangat terbuka lebar. Sebab di semifinal, Real Madrid bertemu dengan Bayern Munchen, sementara Barcelona menghadapi Valencia.
Real Madrid asuhan Vicente del Bosque, saat itu dengan susah payah meladeni kengototan Die Roten. Keduanya sama kuat. Namun satu gol away dari Nicolas Anelka di Olympiastadion, akhirnya mampu membawa El Real melaju ke final.
Saat sudah ditunggu El Real di final, Barcelona justru melempem. Barcelona asuhan Louis Van Gaal, secara mengejutkan dibantai El Che 4-1 di Mestalla. Kolektivitas tim asuhan Hector Cuper dengan materi pemain seperti Gaizka Mendieta, Claudio Lopez, maupun Kily Gonzalez, mampu menghukum Blaugrana di leg pertama.
Tugas maha berat dipikul Patrick Kluivert dan kolega untuk bangkit dari ketertinggalan di leg kedua. Meski bisa menang di Camp Nou 2-1, Blaugrana tetap gagal melaju ke final karena kalah agregat.
Skenario Musim 2011/12
Skenario laga El Clasico di Final Liga Champions, kembali terjadi di musim 2011/12. Kondisinya, di semifinal Real Madrid berhadapan dengan Bayern Munchen, lalu Barcelona berhadapan dengan Chelsea.
Melihat peta semifinal tersebut, secara di atas kertas harusnya laga El Clasico sangat berpotensi terjadi di final. Bagaimana tidak? Lihat saja, Real Madrid yang masih merajai La Liga dengan arahan Jose Mourinho, hanya bertemu Munchen yang baru saja ganti pelatih dari Van Gaal ke Jupp Heynckes.
Begitupun Barcelona, dengan kejayaan era Pep Guardiola dan Lionel Messi, hanya bertemu Chelsea yang juga masih dalam fase peralihan pelatih dari Andre Villas Boas ke Roberto Di Matteo.
Namun prediksi tersebut tak sesuai dengan hasil yang terjadi di rumput hijau. Real Madrid harus bentrok mati-matian dengan Munchen dalam dua leg. Bahkan hasilnya harus ditentukan di babak tos-tosan. Kegagalan Cristiano Ronaldo, Kaka, dan Sergio Ramos menjadi algojo penalti saat itu, membuat Jose Mourinho dan publik Bernabeu frustrasi karena gagal melaju ke final.
Begitu pula apa yang terjadi dengan Barcelona. Pep Guardiola dibuat pusing tujuh keliling menghadapi taktik parkir bus ala Roberto Di Matteo. Lionel Messi dan kolega susahnya minta ampun menembus tembok grendel The Blues. Kalian masih ingat kan, gol hantu Fernando Torres di Camp Nou? Ya, itulah momen yang menjadi salah satu mimpi buruk Barcelona ketika gagal melaju ke final.
Skenario Musim 2012/13
Tak butuh waktu lama skenario laga El Clasico di Final Liga Champions berpeluang terjadi. Hanya selang semusim, yakni di musim 2012/13, Barcelona dan Real Madrid berpotensi lagi untuk bertemu di final Liga Champions yang akan dihelat di Wembley.
Kedua tim tak lagi bersua di semifinal. Di semifinal, Real Madrid bertemu dengan Borussia Dortmund, sementara Barcelona bertemu dengan Bayern Munchen. Barcelona sebagai juara bertahan sangat diunggulkan melaju ke Wembley. Sementara Real Madrid, diprediksi mampu menghalangi langkah tim kejutan Dortmund asuhan Jurgen Klopp.
Namun semua prediksi itu salah. Baru juga digelar leg pertama, hasilnya penuh dengan kejutan. Barcelona tak berkutik dibantai empat gol tanpa balas oleh Munchen asuhan Jupp Heynckes. Thomas Muller, Mario Gomez, hingga Arjen Robben benar-benar menjadi momok menakutkan bagi pertahanan Barca.
Sementara itu di Signal Iduna Park, kejutan juga terjadi ketika Real Madrid melongo menyaksikan Robert Lewandowski menciptakan empat gol yang membuat Die Borussen unggul telak 4-1.
Di leg kedua, Real Madrid berusaha untuk comeback di Bernabeu. Namun sayang,Karim Benzema cs hanya mampu menang dua gol saja, sehingga masih kalah agregat. Lain halnya dengan Barcelona yang justru bernasib mengenaskan. Alih-alih bangkit, Blaugrana justru kembali terbantai oleh Die Roten di Camp Nou tiga gol tanpa balas.
Skenario Musim 2024/25
Ya, sudah tiga kali kita lihat skenario laga El Clasico di Final Liga Champions pupus. Meski hanya selangkah lagi, namun faktanya masih saja urung terjadi. Nah, di Liga Champions musim 2024/25, muncul lagi potensi laga El Clasico di final Liga Champions.
Sebab, secara bagan fase knockout, Barcelona dan Real Madrid tak berada di bagan yang sama. Artinya, jika kedua tim itu terus melaju, mereka hanya akan bisa bertemu di partai puncak.
Namun langkah menuju Final yang akan dihelat di Allianz Arena itu, masihlah panjang dan terjal. Real madrid harus menghentikan dulu langkah tim seperti Arsenal, PSG atau Aston Villa. Begitupun Barcelona, pasukan Hansi Flick harus mengandaskan dulu musuh-musuhnya seperti Dortmund, Inter, atau Bayern Munchen.
Mengingat sepanjang sejarah El Clasico belum pernah terjadi di Final Liga Champions, akan menjadi menarik jika laga itu benar-benar bisa terwujud musim ini. Artinya, sejarah dan misteri itu bisa segera terpecahkan. Terlepas dari siapa nanti jawarannya, kalau menurut football lovers, apakah sudah sepantasnya laga bergengsi sekelas El Clasico tersaji di Final Liga Champions?
Imagine an El Clasico UEFA Champions League Final 🤩🇪🇸 pic.twitter.com/GfCTHubwrr
— LiveScore (@livescore) February 21, 2025
Sumber Referensi : sportingnews, dailysabah, goal, theguardian, espn, uefa, fcbarcelona