Football Lovers pada ngerasain hal yang sama nggak, kalau musim 2024/25 ini hampir punya kemiripan yang sama dengan musim 2019/20? Hah… maksudnya gimana min? Sini mimin jelasin. Berdasarkan pengamatan yang udah dilakuin, Starting Eleven menemukan adanya teori yang bisa mengaitkan momen yang terjadi di musim 2019/20 dengan musim ini.
Beberapa kejadian yang sama bahkan sudah terjadi lagi di musim ini, dan tinggal menunggu lainnya, sehingga dejavu benar-benar terwujud. Hal ini melibatkan tim dengan nama besar yang kembali juara di liga domestik, pelatih jenius dari Jerman yang akrab dengan treble, serta tim kaya raya dari negeri Menara Eiffel. Udah kebayang belum apa saja persamaan yang terjadi dari dua musim itu?
Liverpool Juara Premier League
Persamaan pertama yang ditemukan adalah keluarnya Liverpool sebagai pemenang kontes Premier League. Pada musim 2019/20, The Reds yang kala itu dipimpin Jurgen Klopp, akhirnya menuntaskan kemarau panjang selama tiga dasawarsa untuk kembali menjuarai Liga Inggris. Di antara bangku stadion yang kosong akibat pemberlakukan karantina pandemi Covid-19, Liverpool memastikan status sebagai jawara, usai kandaskan Crystal Palace 4-0.
Sementara itu, Manchester City yang jadi pesaing terdekat, di saat bersamaan menelan kekalahan dramatis atas Chelsea 2-1. Walau masih menyisakan tujuh laga, Liverpool berhak mengamankan titel Premier League pertama atau yang ke-19 bila digabung dengan gelar liga format lama terdahulu. Prosesi penyerahan piala tetap dilakukan cukup meriah di Anfield, selepas melucuti Chelsea 5-3 saat pekan 37.
LIVERPOOL IS THE 2019/20 PREMIER LEAGUE CHAMPION 🔴🏆 pic.twitter.com/AENXcGiDtC
— FOX Soccer (@FOXSoccer) June 25, 2020
Pada akhirnya, Liverpool finish dengan mengumpulkan 99 poin, hasil dari 32 kemenangan, 3 seri, dan cuma 3 kali menyerah. Sedangkan City dipantati di urutan dua dengan menerima 81 poin atau terpaut 18 angka dari sang juara. Musim yang mendadak berjalan sulit karena dihadang oleh virus penyakit, tapi berakhir happy ending bagi Liverpudlian yang rasa kangennya akan mahkota liga terobati.
Nah, pola itu terulang kembali musim ini, setelah Merseyside Merah belum lama dinobatkan menjadi penguasa Premier League. Giliran si botak gemoy nan chubby, Arne Slot yang mengomando klub berlogo Liver Bird itu menggenggam trofi Premier League. Pria berkebangsaan Belanda itu mengikuti jejak pendahulunya dengan mengunci gelar saat liga masih menyisakan empat pertandingan lagi.
Kalau Klopp terbantu dengan terpelesetnya City, Slot ditolong dengan tersandungnya Arsenal saat menjamu Crystal Palace. Anak buah Olivier Glasner menggagalkan tiga poin The Gunners yang di depan mata, dengan memaksakan hasil akhir 2-2. Liverpool yang makin dekat dengan juara pun hanya butuh satu poin saja dari tangan Tottenham Hotspur pada pekan 33.
LIVERPOOL ARE PREMIER LEAGUE CHAMPIONS 🏆🔴
THEIR 20TH LEAGUE TITLE 😤 pic.twitter.com/v31PSsiZ3R
— CBS Sports Golazo ⚽️ (@CBSSportsGolazo) April 27, 2025
Alih-alih pakai mode santai, Liverpool justru ngegas dengan memporak-porandakan pertahanan Spurs dengan menyarangkan lima bola. Laga pun berakhir dan suasana Anfield pecah seketika itu juga. Pemain nampak berbaur dengan ribuan penonton untuk selebrasi dan meluapkan euforia. Termasuk momen ikonik ketika Mohamed Salah lakukan selfie bareng fans.
Hari itu, Liverpool samai perolehan jumlah juara liga milik Manchester United, yakni 20 piala. Tak sampai situ saja, Liverpool juga menancapkan kedigdayaan sebagai klub tersukses seantero Inggris dengan 47 trofi. Pencapaian yang bikin fans Setan Merah nangis di pojokan dan mengeluarkan pelajaran sejarah untuk meng-counter ejekan.
Liverpool win a 20th English top-flight league title, taking them equal with Manchester United by that measurement, and extending their lead over MUFC in all-time major trophies. @LFC #lfc pic.twitter.com/m8we6wLv5V
— Nick Harris (@sportingintel) April 27, 2025
Kalau ditelaah lagi, masih ada kesamaan yang terjadi dari dua momen perayaan juara Liverpool itu. Mulai dari beberapa pemain dari tim 2019/20, masih ambil bagian saat rengkuh juara tahun ini. Ambil contoh Alisson Becker, Andrew Robertson, Trent Alexander-Arnold, Virgil Van Dijk, hingga Mo Salah. Dan yang terpenting, kemenangan Liverpool di musim 2019/20 dan musim ini mengakhiri rentetan dominasi City.
Hansi Flick Raih Treble
Kalau ditanya siapa pelatih yang paling berpotensi mencapai treble musim ini, Hansi Flick sudah pasti jadi jagoan mimin dari awal. Pilihan itu didasarkan dengan rekam jejak pria Jerman yang pernah menyabet tiga piala bebarengan, dan itu terjadi pada musim 2019/20 lalu. Tepatnya ketika Flick mengemban tanggung jawab sebagai manajer Bayern Munchen.
Dipilih menggantikan Niko Kovac yang dimakzulkan, Flick yang awalnya berprofesi sebagai asisten pelatih ditumpahkan harapan untuk menyelamatkan rencana Die Roten mendapatkan semua piala musim itu. Prioritas pertama adalah Bundesliga.
Hansi Flick was Niko Kovac’s assistant at Bayern Munich back in 2019.
Now, they will go face each other in the Champions League quarter-final as Dortmund take on Barcelona. 👀🍿 pic.twitter.com/HRz3biEZSH
— EuroFoot (@eurofootcom) March 13, 2025
Sebagai juara bertahan, Munchen sempat diguncang dengan kondisi ruang ganti yang tegang di era Kovac. Flick kemudian perlahan mengembalikan suasana tim yang kondusif, sehingga kembali fokus penuh mengejar titel liga.
Buah kerja keras Flick itu terbayar setelah Munchen kunci juara Bundesliga, usai menang tipis 1-0 atas Werder Bremen di spieltag 32. Meski masih ada dua laga sisa, perolehan poin The Bavarians tak mungkin terkejar lagi oleh Borussia Dortmund. Klasemen akhir pun menunjukkan keunggulan 13 poin Munchen.
Selama 13 tahun terakhir hanya jadi asisten pelatih membuat nama Hansi Flick jarang terdengar. Namun ia membuktikan keraguan dengan langsung meraih treble.
Bayern di tangannya musim ini memang mengerikan. 🔥 pic.twitter.com/GvDvA32byx
— PanditFootball.com (@panditfootball) August 24, 2020
Selang beberapa hari setelah spieltag pamungkas, Munchen tampil di final DFB Pokal dengan menantang Bayer Leverkusen di Berlin. Tempo pertandingan terbilang menegangkan dan kejar-kejaran skor. Kendati demikian, kalau sudah rezeki, pasti nggak akan lari ke mana. Munchen keluar sebagai pemenang dengan keunggulan 4-2.
Lemari trofi Allianz Arena ketambahan anggota baru, setelah Munchen membawa pulang piala Liga Champions keenam dari Kota Lisbon. Lawan yang ditundukkan di final tanpa penonton itu adalah Paris Saint-Germain. Wakil Prancis boleh saja diperkuat oleh tenaga sangar seperti Kylian Mbappe dan Neymar, tapi klub yang kaya mendadak itu tak mampu mengejar ketertinggalan dari gol Kingsley Coman.
Saat tiba di Jerman, Hansi Flick sudah menyejajarkan namanya sebagai salah satu pelatih yang berhasil mempersembahkan treble dalam buku sejarah Munchen. Flick meneruskan prestasi pelatih senior, Jupp Heynckes saat mengantarkan Munchen raih tiga piala pada musim 2012/13.
HANSI FLICK WINS HIS FIRST TROPHY WITH BARCELONA 🏆
THE GERMAN MANAGER ADDS TO AN ALREADY HISTORIC CABINET 👏 pic.twitter.com/O2n8uN6osx
— ESPN FC (@ESPNFC) January 12, 2025
Kebetulan, musim ini mantan asisten Joachim Loew itu tinggal sedikit lagi mengulangi pencapaian treble. Barcelona yang diraciknya merajai sepak bola lokal di Spanyol, dengan mengamankan Copa del Rey, dan masih memimpin tabel La Liga. Jangan lupa juga, Los Cules berpeluang kembali jadi juara Benua Eropa lagi sejak terakhir kali melakukannya pada 2015.
PSG Ke Final Liga Champions
Kesamaan terakhir yang bisa saja terulang dari musim 2019/20 adalah lolosnya PSG ke laga puncak Liga Champions. Armada Luis Enrique untuk sementara memang masih berjuang di tahap Semifinal. Namun, hasil di London Utara pada leg pertama mengunggulkan PSG untuk mampir lagi ke final setelah 5 tahun.
FULL-TIME. It’s all over in the @ChampionsLeague final. Bayern Munich are the champions#UCLfinal pic.twitter.com/Ex9oUwM3qq
— Paris Saint-Germain (@PSG_English) August 23, 2020
Kalau football lovers lupa, PSG didikan Thomas Tuchel sampai ke ronde final edisi 2019/20, usai memukul perlawanan RB Leipzig di empat besar. Impian untuk merengkuh si kuping gajah yang pertama kali, dihadang dengan semangat Munchen yang mengincar treble.
Les Parisiens tak kuasa membalikkan keadaan, sehingga pulang ke Paris dengan kalungan medali perak. Sebuah fenomena ganjil di mana tim bertabur bintang, masih saja tetap gagal menggapai silverware Eropa.
Itu tadi cocoklogi yang bisa membuat musim ini adalah dejavu dari musim 2019/20. Kira-kira pola tadi bakalan kejadian nggak nih?
bbc.com, theguardian.com, premierleague.com, bola.net, dw.com, skysports.com