Sayang seribu kali sayang, kepedulian dua mantan pemain Korea Selatan Park Joo-ho dan sang mantan kapten Park Ji-sung berakhir hanya bikin gaduh saja. Pasalnya mereka mengungkap kebusukan Korean Footbal Association.
Mungkin niatnya sih baik agar menjaga kualitas pemain-pemain Timnas Korea Selatan. Makanya harus memilih pelatih yang kompeten dan bisa membawa Korea Selatan berprestasi.
Menurut Park Joo-ho, masa depan timnas Korea Selatan dipertaruhkan ketika KFA memilih pelatih yang serampangan.
Mendengar hal itu, Kementerian Olahraga Korea Selatan bertindak. Namun hal itu justru membuat tim nasional Korea Selatan malah terancam sanksi FIFA. Lha gimana ini ceritanya? Yuk simak lebih lanjut.
Tapi sebelum itu jangan lupa subscribe dan nyalakan loncengnya agar tak ketinggalan dari video terbaru dari Starting Eleven Story.
Mencari Pelatih Baru
Dunia sedang tidak berpihak pada Jurgen Klinsmann. Kinerjanya sebagai pelatih dipertaruhkan oleh rentetan peristiwa buruk seperti gagalnya menemukan pemain berbakat dan memahami konflik internal tim.
Puncaknya ketika kalah dari Yordania 6 Februari 2024 lalu. Korea kalah 2-0 dari Yordania sehingga terdepak di fase semifinal Piala Asia 2023. Sebagai jagoan Asia, terlempar dari semifinal Piala Asia tentu menjadi aib yang sangat memalukan.
Selang sepuluh hari kemudian, tepatnya pada 16 Februari 2024, Klinsmann dihubungi oleh Presiden KFA, Chung Mong-gyu setelah rapat 2,5 jam lewat sambungan telepon. Telepon itu mengakhiri karir Klinsmann sebagai pelatih Korea Selatan.
Secara taktis, pada 27 Februari 2024 KFA memilih Hwang Sun-hong sebagai pelatih sementara selama beberapa bulan. Lalu muncul nama-nama calon pelatih permanen tim Korea Selatan.
Diantaranya Shin Tae-yong yang saat ini jadi pelatih Indonesia dan bekas juru taktik Vietnam, Park Hang-seo. Bahkan bekas pelatih Leeds United, Jesse Marsch ikut menjadi opsi.
Timbang menimbang siapa jadi pelatih Timnas Korea Selatan berlangsung lama. Setelah dihitung suara, dari 23 orang di KFA 21 di antaranya sepakat untuk menunjuk Jesse Marsch sebagai pelatih Korsel berikutnya.
Tapi ternyata Chung Mong-gyu selaku Presiden KFA punya pikiran lain. Dia memilih Hong Myung-bo yang anehnya nama tersebut tidak ada dalam daftar tiga pelatih incaran di atas.
Melanggar Prosedur Pemilihan Pelatih
Inilah awal mula kegaduhan yang bisa merugikan Timnas Korea Selatan di kancah Internasional. Terlihat ada kisruh internal yang ada di dalam asosiasi sepak bola Korea Selatan.
Direktur teknis KFA, Lee Lim-saeng secara mengejutkan melakukan pertemuan dengan Hong. Setelah pertemuan, Hong langsung didapuk jadi pelatih Korea Selatan. Padahal kandidat pelatih asing diwawancarai selama berjam-jam. Tapi Hong Myung-bo sama sekali tak diwawancarai.
Apakah ada perlakuan istimewa terkait pengangkatan Hong Myung-bo? Bisa jadi. Apalagi pemilihan Hong hanya melibatkan tiga orang saja. Orang itu adalah Ketua KFA Chung, wakil ketua penuh waktu Kim Jung-bae, dan direktur teknis Lee Lim-saeng.
Kecurigaan ada udang di balik batu pun menguat. Pemilihan ini diduga dilakukan secara tak transparan. Bahkan Presiden Korea Selatan, Yeon seok-yeol menilai bahwa pemilihan pelatih baru Timnas Korea Selatan tidak adil.
“Pemilihan pelatih timnas Korea Selatan sangat berpengaruh terhadap kecintaan dan minat masyarakat. Harus dilakukan secara adil dan bertanggung jawab sejak awal,” kata Yeon Seok-yeol.
Namun, Lee Lim-saeng berdalih bahwa Hong Myung-bo dipilih karena dinilai berpengalaman dan bisa menjaga konektivitas tim. Meski tidak dilakukan secara transparan.
Komentar Park Joo-ho
Sehari selepas dikukuhkan Hong Myung-bo jadi pelatih, 8 Juli 2024, Park Joo-ho berkomentar. Memicu kehebohan publik.
Park Joo-ho menilai penunjukkan pelatih Hong Myung-bo tidak transparan sehingga menimbulkan pertanyaan tentang kongkalikong antara Lee Min-saeng dan Hong Myung-bo. Pendapatnya didukung Park Ji Sung mantan pemain timnas Korea Selatan.
Tak ayal protes para fans sepak bola Korea Selatan pun ikut mencuat. Menghiasi seluruh stadion ketika Korea Selatan melakukan laga. Umpatan-umpatan seperti “Sepak bola Korea sudah mati.” muncul.
Seruan “Pinokey Hong” pun digencarkan oleh para fans sepak bola Korea. Bahwa Hong telah melakukan omong kosong. Kata-kata dalam bahasa Korea juga dibentangkan untuk mencemooh Hong Myung-bo dan Chung Mong-gyu.
Kementerian Olahraga Mengaudit KFA
Pertanyaan besar itu coba diurai oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan. Sang menteri, Choi Hyun-joon langsung mengadakan inspeksi terhadap dugaan pelanggaran perekrutan pelatih.
Audit ini menemukan adanya dugaan presiden Asosiasi Sepak Bola Korea melakukan tindakan yang kurang tepat dalam mengganti pelatih. Choi mempermasalahkan keputusan sepihak presiden KFA.
𝘼𝙪𝙙𝙞𝙩 𝙁𝙞𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜𝙨 𝙤𝙣 𝙆𝙁𝘼 𝙗𝙮 𝙩𝙝𝙚 𝙈𝙞𝙣𝙞𝙨𝙩𝙧𝙮 𝙤𝙛 𝘾𝙪𝙡𝙩𝙪𝙧𝙚, 𝙎𝙥𝙤𝙧𝙩𝙨, 𝙖𝙣𝙙 𝙏𝙤𝙪𝙧𝙞𝙨𝙢
✔️Klinsmann Appointment Process
– The KFA bypassed the National Team Technical Committee, taking full control of the manager selection process. (1/3) pic.twitter.com/Ca8HWnvzb7
— Korea Football News (@KORFootballNews) October 2, 2024
Bahkan tak cuma itu saja, soal pelatih yang bersertifikasi juga bermasalah. KFA mengangkat beberapa pelatih yang tidak kompeten di bidangnya. Empat pelatih fisik tanpa sertifikasi wajib kebugaran tingkat 1.
Masalah jadi lebih ruwet lagi ketika merembet ke permasalahan lain. Kementerian menemukan fakta lain seputar penggunaan subsidi dana yang diberikan pemerintah terkait pembangunan Cheonan Football Center.
KFA dinilai melakukan penandatangan kontrak pembelian material proyek kendati jika dikerjakan juga tak selesai. Walhasil pemerintah dirugikan karena pembayaran awal untuk bahan-bahan yang dipasok pemerintah Korea.
Sementara KFA membantah semua hasil audit yang dilakukan oleh Choi Hyun-joon. KFA berdalih bahwa pemilihan pelatih dilakukan sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Intinya tak ada yang perlu dipermasalahkan.
“Dalam proses penunjukan Hong Myung-bo, peraturan asosiasi juga dipatuhi, dan proses yang dilakukan oleh Lee Lim-saeng, direktur teknis, juga dilakukan dalam lingkup pekerjaannya,” kata Chung Mong-gyu presiden KFA.
Namun, Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan keukeuh meminta penangguhan pelatih baru Korea Selatan, Hong Myung-bo.
Kedatangan FIFA
Perbedaan pendapat antara Choi Hyun-joon dan Chung Mong-gyu sepertinya tak boleh berlarut-larut. Sebab jika berlanjut bisa mengarah ke intervensi pemerintah terhadap asosiasi sepakbola.
Insiden ini pun memunculkan reaksi FIFA sebagai asosiasi paling berwenang dalam sepak bola. Secara sat-set Gianni Infantino coba menengahi perdebatan yang ada.
Intinya pengelolaan sepak bola itu bebas dari intervensi pihak ketiga. Jika sampai ada, sanksi pembekuan akan dilakukan. Seperti yang pernah terjadi pada PSSI yang dibekukan karena intervensi pemerintah.
Pasal 13 dan 14 statuta FIFA yang menyatakan bahwa, “semua anggota asosiasi harus bertindak semata-mata untuk melindungi nilai-nilai sepak bola dalam kegiatan yang berhubungan dengan sepak bola dan tidak boleh terpengaruh oleh pengaruh politik.”
Tuntutan terhadap Asosiasi Sepak Bola Korea diartikan intervensi oleh FIFA. FIFA tak mentolerir segala macam usaha intervensi pemerintah dengan alasan apa pun.
“KFA memutuskan, misalnya, siapa yang harus menjadi pelatih tim nasional dan semua keputusan olahraga lainnya. Otonomi dalam olahraga sangat penting,” kata Infantino Presiden FIFA.
Dari pernyataan Infantino tersebut, tiba-tiba protes terhadap pemilihan pelatih yang dipilih Presiden KFA pun jadi redam. Choi Hyun-joon melunak. Tuntutan dari Kementerian Olahraga seakan jadi himbauan saja. Hubungan harmonis Chung Mong-gyu dan Gianni Infantino ternyata berhasil menyelamatkannya.
Praktis setelah presiden FIFA datang ke kantor Asosiasi Sepak Bola Korea di Seoul pada 28 Oktober 2024, masalah telah selesai. Timnas Korea Selatan pun tak perlu khawatir lagi akan diskors dari kompetisi di bawah naungan FIFA.
https://youtu.be/0h6p7x-rjQ8
Newsworker, Yonhap news, mkorean, Sportnew.nate, Korean Times, Koreanjoongangdaily, sport.espos


