Kisah Pellegrini dan Kegagalan Los Galacticos Madrid Jilid 2

spot_img

Uang memang tak bisa membeli prestasi dengan sekejap di sepakbola. Butuh sebuah proses yang baik dan terencana. Apa yang dilakukan Real Madrid dengan proyek Los Galacticos-nya bisa jadi contoh.

Masih ingat Real Madrid dengan proyek Los Galacticos jilid 2 pada musim 2009/10? Proyek yang jadi catatan besar bagi sejarah Los Blancos. Ambisi menggebu dari sang presiden baru ketika itu sudah memakan banyak korban. Bahkan sang pelatih sekalipun.

Terbentuknya Galacticos Madrid Jilid Dua

Atas dasar apa sih Los Galacticos jilid dua itu terjadi? Jawabannya karena adanya suksesi kepemimpinan di Real Madrid pada tahun 2009. Asal tahu saja, sejak 2006 Real Madrid dipimpin Presiden bernama Ramon Calderon. Nah di 2009 ini pemerintahannya diambil alih Florentino Perez. Perez inilah aktor pembangunan proyek Los Galacticos.

Perez berjanji dalam kampanye pencalonan presiden kedua kalinya itu dengan mendatangkan gugusan bintang baru bernama Galacticos jilid dua. Tentu Perez berkaca pada pembangunan Los Galacticos jilid pertamanya yang sukses dengan berbagai prestasi.

Selain prestasi, perlu diketahui juga bahwa proyek Los Galacticos ini juga mendatangkan banyak keuntungan secara bisnis. Lihat di mana Madrid banyak menuai keuntungan dari pihak sponsor, lonjakan tiket, bahkan pasar mancanegara.

Perez Menggunakan Uang Hutang

Lalu dengan cara apa opa Perez membangun Los Galacticos jilid duanya ini? Ya, Perez ternyata menggunakan uang talangan. Perlu diketahui saja Perez ini melakukan prinsip “gali lobang tutup lobang”. Demi mewujudkan janji kampanyenya dan kelangsungan Madrid ke depannya, ia nekat berhutang dengan pihak bank.

Dilansir dari The Guardian, Bank Spanyol, Caja Madrid mengakui bahwa mereka telah setuju dengan Perez untuk memberikan pinjaman sebesar 76 juta euro. Perez juga diketahui memiliki kesepakatan serupa dengan bank lain, Banco Santander. Kedua pinjaman tersebut digunakan untuk menutupi pengeluaran Madrid yang jor-joran ketika itu.

Hal itu dilakukan Perez karena sadar akan kondisi mereka yang masih dalam kesulitan keuangan akibat krisis global. Wajar saja Perez melakukan itu karena biaya untuk membangun proyek itu tak sedikit. Secara keseluruhan, dana yang dikeluarkan untuk belanja pemain saat itu mencapai 253 juta pounds.

Membeli Bintang Dan Membuang Bintang

Cristiano Ronaldo, Kaka, Karim Benzema, Xabi Alonso, Álvaro Arbeloa, Ezequiel Garay, sampai Raul Albiol adalah beberapa bintang yang merapat ke El Real. Mereka menjadi Icon proyek Los Galacticos jilid dua.

Ditambah kekuatan Madrid yang sudah ada sebelumnya macam Casillas, Ramos, Marcelo, maupun Raul. Diantara kekuatan yang dipertahankan itu, ternyata proyek besar ini juga tak sedikit memakan korban.

Para pemain bintang yang merupakan gerbong presiden Ramon Calderon banyak yang disingkirkan. Termasuk beberapa bintang Belanda macam Wesley Sneijder, Arjen Robben, Huntelaar maupun Van Nistelrooy.

Menunjuk Pelatih Hanya Sekaliber Pellegrini

Nah, dengan skuad yang telah terbentuk itu, mungkin Perez luput akan suatu hal yakni sosok yang akan dijadikan nahkoda tim. Perez pernah sukses di Los Galacticos jilid pertamanya dengan melimpahkan proyek tersebut kepada nahkoda kawakan bernama Vicente Del Bosque. Pelatih senior yang berpengalaman memegang ego para pemain bintang.

Nah kalau di Galacticos jilid dua ini, Perez malah menunjuk pelatih sekaliber Manuel Pellegrini. Memangnya sebagus apa Pellegrini? Nyatanya profil pelatih Chile ini sebelumnya hanyalah pelatih tim medioker di La Liga.

Karirnya sih pernah cemerlang ketika memegang Villarreal dari 2004 hingga 2009. The Yellow Submarine pernah diantarkannya masuk Liga Champions pertama kalinya, dan finish di atas peringkat ketujuh La Liga untuk pertama kalinya.

Di Liga Champions pun penampilannya mengejutkan. Pellegrini mampu membawa Diego Forlan dan kawan-kawan melaju hingga babak semifinal di musim 2005/06.

Beberapa hal itulah yang menjadikannya pelatih terbaik sepanjang sejarah Villarreal. Namun apakah dengan pencapaiannya itu bisa ia tularkan di Los Blancos?

Target Bagi Pellegrini

Tentu berbeda dengan apa yang ia lakukan di Villarreal. Di Madrid, Pellegrini dihadapkan dengan ego setumpuk dari beberapa pemain bintang yang harus disatukan sebagai sebuah kesatuan tim yang solid. Dan itu adalah sebuah pekerjaan yang tak mudah. Butuh keberanian dari seorang pelatih. Ia sendiri nyatanya mengeluh ketika didatangkan pemain bintang seabrek.

“Presiden dan saya memiliki cara berpikir yang berbeda tentang para pemain. Beberapa bintang yang didatangkan pun bermain di area yang sebenarnya kami sudah kuat. Apalagi pemain yang ingin saya pertahankan terpaksa dikorbankan. Jadi saya tidak senang,” kata Pellegrini kepada The Sun.

Selain sikap Pellegrini tersebut, Madrid juga membebankan Pellegrini terlalu tinggi. Madrid ketika itu masih haus akan rasa penasaran merebut gelar kesepuluhnya di Liga Champions atau “La Decima”. Di La Liga pun mereka masih dendam untuk merebut mahkota dari rival bebuyutannya, Barcelona.

Pellegrini Kesulitan

Dengan target besar klub dan sikap Pellegrini, Madrid mengarungi musim pertamanya tak semulus yang diharapkan. Mereka kalah oleh Sevilla di La Liga dan sempat ditahan imbang Sporting Gijon.

Di babak penyisihan grup Liga Champions ia juga kalah dari AC Milan di Bernabeu. Meski menjadi juara grup, namun di 16 besar, El Real tak mampu berbuat banyak. Mereka kalah agregat 2-1 oleh Lyon. Pupus sudah harapan Galacticos jilid dua ini merengkuh La Decima.

Melawan musuh bebuyutannya Barcelona saja mereka bahkan takluk dua kali di musim itu dengan tanpa membukukan gol. Madrid juga kesulitan kala berhadapan dengan klub-klub kecil. Contohnya saja ketika langkahnya dihentikan Alcorcon di Copa Del Rey. Ketika itu bahkan kalah dengan agregat telak 4-1.

Dari sederet kekalahan itu, sebenarnya sudah terlihat jelas kelemahan Real Madrid. Antara lain rapuhnya pertahanan, miskinnya kreativitas, dan buruknya semangat tim berkat ego bintang yang tinggi. Di sinilah peran pelatih dipertanyakan.

Dari hal strategi, Pellegrini juga kerap berubah-ubah menggunakan formasi. Kadang 4-2-3-1, kadang juga memakai 4-4-2 maupun 4-1-2-1-2 diamond. Itulah bukti bahwa ia masih bimbang. Para pemain bintang barunya macam CR7 musim itu juga sempat dilanda cedera. Kaka, Xabi Alonso, dan Benzema juga masih belum maksimal karena masalah adaptasi.

Pellegrini sebenarnya juga tak berdiam diri. Ia memiliki ramuan untuk bangkit. Ia memanfaatkan pemain yang terpinggirkan kala itu, macam Higuain, Guti, maupun Van Der Vaart. Hasilnya mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.

Puasa Gelar Dan Dipecat

Namun apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Hingga akhir musim nyatanya tak ada satupun gelar yang mampir ke Bernabeu. Dengan keluar duit seabrek dan dibela-belain hutang, tentu hal itu sangat membuat marah sang presiden.

Pellegrini di musim itu sudah berusaha semaksimal mungkin, dan sepertinya butuh proses beberapa musim. Namun apa boleh buat, nasib Pellegrini pun disudahi. Karirnya tamat hanya semusim di Bernabeu. Proyek yang diagung-agungkan para Madridista bernama “Los Galacticos jilid dua” itu pun “gagal total” di musim pertamanya.

Sumber Referensi : bbc, bleacherreport, transfermarkt, bleacherreport, marca, dailymail

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru