Uang memang tak bisa membeli prestasi dengan sekejap di sepakbola. Butuh sebuah proses yang baik dan terencana. Apa yang dilakukan Real Madrid dengan proyek Los Galacticos-nya bisa jadi contoh.
Masih ingat Real Madrid dengan proyek Los Galacticos jilid 2 pada musim 2009/10? Proyek yang jadi catatan besar bagi sejarah Los Blancos. Ambisi menggebu dari sang presiden baru ketika itu sudah memakan banyak korban. Bahkan sang pelatih sekalipun.
#EfemerideRMCF 2009
— Hemeroteca RMCF (@HemerotecaRMCF) June 2, 2018
Presentacion de Manuel Pellegrini como nuevo entrenador del Real Madrid. pic.twitter.com/tyJbeAhJbi
Daftar Isi
Terbentuknya Galacticos Madrid Jilid Dua
Atas dasar apa sih Los Galacticos jilid dua itu terjadi? Jawabannya karena adanya suksesi kepemimpinan di Real Madrid pada tahun 2009. Asal tahu saja, sejak 2006 Real Madrid dipimpin Presiden bernama Ramon Calderon. Nah di 2009 ini pemerintahannya diambil alih Florentino Perez. Perez inilah aktor pembangunan proyek Los Galacticos.
Florentino Perez has been re-elected unopposed as Real Madrid president for another 4 years after no other candidates came forward to challenge him for the position.
— sportonng (@SportonNg_) April 13, 2021
Perez has been president of Real Madrid for 12 years since taking over from Ramon Calderon in June 2009. pic.twitter.com/BFAbuKVbAG
Perez berjanji dalam kampanye pencalonan presiden kedua kalinya itu dengan mendatangkan gugusan bintang baru bernama Galacticos jilid dua. Tentu Perez berkaca pada pembangunan Los Galacticos jilid pertamanya yang sukses dengan berbagai prestasi.
Le Real Madrid a déjà tenté de gagner la #UCL avec 8 grosses individualités (stars) dans son 11 de départ pendant 4 ans, de 2002/03 à 2005/06 (Los Galacticos). Échec total.
— Avenger Broly (@AvengerBroly) March 10, 2022
Un club minuscule comme le PSG ne pouvait donc pas réussir là où le meilleur club du monde a échoué.
CQFD pic.twitter.com/xECcY0yUxX
Selain prestasi, perlu diketahui juga bahwa proyek Los Galacticos ini juga mendatangkan banyak keuntungan secara bisnis. Lihat di mana Madrid banyak menuai keuntungan dari pihak sponsor, lonjakan tiket, bahkan pasar mancanegara.
Perez Menggunakan Uang Hutang
Lalu dengan cara apa opa Perez membangun Los Galacticos jilid duanya ini? Ya, Perez ternyata menggunakan uang talangan. Perlu diketahui saja Perez ini melakukan prinsip “gali lobang tutup lobang”. Demi mewujudkan janji kampanyenya dan kelangsungan Madrid ke depannya, ia nekat berhutang dengan pihak bank.
Dilansir dari The Guardian, Bank Spanyol, Caja Madrid mengakui bahwa mereka telah setuju dengan Perez untuk memberikan pinjaman sebesar 76 juta euro. Perez juga diketahui memiliki kesepakatan serupa dengan bank lain, Banco Santander. Kedua pinjaman tersebut digunakan untuk menutupi pengeluaran Madrid yang jor-joran ketika itu.
Hal itu dilakukan Perez karena sadar akan kondisi mereka yang masih dalam kesulitan keuangan akibat krisis global. Wajar saja Perez melakukan itu karena biaya untuk membangun proyek itu tak sedikit. Secara keseluruhan, dana yang dikeluarkan untuk belanja pemain saat itu mencapai 253 juta pounds.
Membeli Bintang Dan Membuang Bintang
Cristiano Ronaldo, Kaka, Karim Benzema, Xabi Alonso, Álvaro Arbeloa, Ezequiel Garay, sampai Raul Albiol adalah beberapa bintang yang merapat ke El Real. Mereka menjadi Icon proyek Los Galacticos jilid dua.
Le mercato du Real Madrid lors de l’été 2009 🤩
— BeFootball (@_BeFootball) October 20, 2020
🇵🇹 C.Ronaldo : 94 M€
🇧🇷 Kaká : 67 M€
🇫🇷 Benzema : 35 M€
🇪🇸 Xabi Alonso : 34.5 M€
🇪🇸 Raúl Albiol : 15 M€ pic.twitter.com/G1Y9ObJyls
Ditambah kekuatan Madrid yang sudah ada sebelumnya macam Casillas, Ramos, Marcelo, maupun Raul. Diantara kekuatan yang dipertahankan itu, ternyata proyek besar ini juga tak sedikit memakan korban.
Para pemain bintang yang merupakan gerbong presiden Ramon Calderon banyak yang disingkirkan. Termasuk beberapa bintang Belanda macam Wesley Sneijder, Arjen Robben, Huntelaar maupun Van Nistelrooy.
Menunjuk Pelatih Hanya Sekaliber Pellegrini
Nah, dengan skuad yang telah terbentuk itu, mungkin Perez luput akan suatu hal yakni sosok yang akan dijadikan nahkoda tim. Perez pernah sukses di Los Galacticos jilid pertamanya dengan melimpahkan proyek tersebut kepada nahkoda kawakan bernama Vicente Del Bosque. Pelatih senior yang berpengalaman memegang ego para pemain bintang.
Nah kalau di Galacticos jilid dua ini, Perez malah menunjuk pelatih sekaliber Manuel Pellegrini. Memangnya sebagus apa Pellegrini? Nyatanya profil pelatih Chile ini sebelumnya hanyalah pelatih tim medioker di La Liga.
Real Madrid ⚪️
— La Liga Lowdown 🧡🇪🇸⚽️ (@LaLigaLowdown) July 9, 2020
While he lasted only one season at the Bernabéu, Pellegrini achieved a (then) record points total for Los Blancos (96).
Unfortunately for him, Barcelona snatched the 2009/10 title with 99 points.#LLL
🧡🇪🇸⚽️ pic.twitter.com/eqZb7fpkHc
Karirnya sih pernah cemerlang ketika memegang Villarreal dari 2004 hingga 2009. The Yellow Submarine pernah diantarkannya masuk Liga Champions pertama kalinya, dan finish di atas peringkat ketujuh La Liga untuk pertama kalinya.
Di Liga Champions pun penampilannya mengejutkan. Pellegrini mampu membawa Diego Forlan dan kawan-kawan melaju hingga babak semifinal di musim 2005/06.
🇪🇸Villarreal semifinal UEFA Champions League 2005/2006
— Data Deportivo 📊 (@DataDeportivo) July 14, 2019
🇦🇷Rodolfo Arruabarrena, 🇦🇷Mariano Barbosa, 🇧🇴Juan Manuel Peña, 🇪🇸Quique Álvarez, 🇪🇸Marcos Senna, 🇦🇷Juan Román Riquelme, 🇪🇸Javi Venta, 🇦🇷Juan Pablo Sorín, 🇺🇾Diego Forlán, 🇪🇸Josico, 🇲🇽Guillermo Franco
D.T. 🇨🇱Manuel Pellegrini pic.twitter.com/jktCKEAdIn
Beberapa hal itulah yang menjadikannya pelatih terbaik sepanjang sejarah Villarreal. Namun apakah dengan pencapaiannya itu bisa ia tularkan di Los Blancos?
Target Bagi Pellegrini
Tentu berbeda dengan apa yang ia lakukan di Villarreal. Di Madrid, Pellegrini dihadapkan dengan ego setumpuk dari beberapa pemain bintang yang harus disatukan sebagai sebuah kesatuan tim yang solid. Dan itu adalah sebuah pekerjaan yang tak mudah. Butuh keberanian dari seorang pelatih. Ia sendiri nyatanya mengeluh ketika didatangkan pemain bintang seabrek.
“Presiden dan saya memiliki cara berpikir yang berbeda tentang para pemain. Beberapa bintang yang didatangkan pun bermain di area yang sebenarnya kami sudah kuat. Apalagi pemain yang ingin saya pertahankan terpaksa dikorbankan. Jadi saya tidak senang,” kata Pellegrini kepada The Sun.
Manuel Pellegrini slams Real Madrid president in surprise attack https://t.co/1GdFWb0Adj pic.twitter.com/lEZ31bu1wh
— The Sun Football ⚽ (@TheSunFootball) May 3, 2016
Selain sikap Pellegrini tersebut, Madrid juga membebankan Pellegrini terlalu tinggi. Madrid ketika itu masih haus akan rasa penasaran merebut gelar kesepuluhnya di Liga Champions atau “La Decima”. Di La Liga pun mereka masih dendam untuk merebut mahkota dari rival bebuyutannya, Barcelona.
Pellegrini Kesulitan
Dengan target besar klub dan sikap Pellegrini, Madrid mengarungi musim pertamanya tak semulus yang diharapkan. Mereka kalah oleh Sevilla di La Liga dan sempat ditahan imbang Sporting Gijon.
Di babak penyisihan grup Liga Champions ia juga kalah dari AC Milan di Bernabeu. Meski menjadi juara grup, namun di 16 besar, El Real tak mampu berbuat banyak. Mereka kalah agregat 2-1 oleh Lyon. Pupus sudah harapan Galacticos jilid dua ini merengkuh La Decima.
“Je me souviens…” 🎬@MathouxHerve nous raconte le jour où Lyon a sorti le Real de CR7 et de Kaka en 1/8ème de finale retour de Ligue des Champions ⚽️
— CANAL+ Foot (@CanalplusFoot) March 9, 2022
Real Madrid vs Olympique Lyonnais (1-1), le 9 mars 2010 🗓️ pic.twitter.com/39zl0l4bQl
Melawan musuh bebuyutannya Barcelona saja mereka bahkan takluk dua kali di musim itu dengan tanpa membukukan gol. Madrid juga kesulitan kala berhadapan dengan klub-klub kecil. Contohnya saja ketika langkahnya dihentikan Alcorcon di Copa Del Rey. Ketika itu bahkan kalah dengan agregat telak 4-1.
📅 27 October, 2009. Alcorconazo!
— GOAL (@goal) October 27, 2019
Third-tier Alcorcon 4-0 Real Madrid 🤯 pic.twitter.com/EfAV8sZvYM
Dari sederet kekalahan itu, sebenarnya sudah terlihat jelas kelemahan Real Madrid. Antara lain rapuhnya pertahanan, miskinnya kreativitas, dan buruknya semangat tim berkat ego bintang yang tinggi. Di sinilah peran pelatih dipertanyakan.
Dari hal strategi, Pellegrini juga kerap berubah-ubah menggunakan formasi. Kadang 4-2-3-1, kadang juga memakai 4-4-2 maupun 4-1-2-1-2 diamond. Itulah bukti bahwa ia masih bimbang. Para pemain bintang barunya macam CR7 musim itu juga sempat dilanda cedera. Kaka, Xabi Alonso, dan Benzema juga masih belum maksimal karena masalah adaptasi.
Pellegrini sebenarnya juga tak berdiam diri. Ia memiliki ramuan untuk bangkit. Ia memanfaatkan pemain yang terpinggirkan kala itu, macam Higuain, Guti, maupun Van Der Vaart. Hasilnya mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.
Puasa Gelar Dan Dipecat
Namun apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Hingga akhir musim nyatanya tak ada satupun gelar yang mampir ke Bernabeu. Dengan keluar duit seabrek dan dibela-belain hutang, tentu hal itu sangat membuat marah sang presiden.
Pellegrini di musim itu sudah berusaha semaksimal mungkin, dan sepertinya butuh proses beberapa musim. Namun apa boleh buat, nasib Pellegrini pun disudahi. Karirnya tamat hanya semusim di Bernabeu. Proyek yang diagung-agungkan para Madridista bernama “Los Galacticos jilid dua” itu pun “gagal total” di musim pertamanya.
Manuel Pellegrini on getting sacked by Real Madrid 🗣
— Footy Accumulators (@FootyAccums) October 27, 2020
“We got 96 points & scored 102 goals, all with Cristiano injured for 3 months. I would have loved to have been there for three or four years and win to a title.” pic.twitter.com/8zS9axiWqD
Sumber Referensi : bbc, bleacherreport, transfermarkt, bleacherreport, marca, dailymail