Brilian, elegan, efeisien.. Ricardo Kaka merupakan pemain lengkap dengan segala kemampuan yang dimilikinya.
Memulai karier di Sao Paolo pada usia 15 tahun, Kaka berhasil menarik minat raksasa Italia, AC Milan. Kemampuan peraih Piala Dunia 2002 ini berangsur meningkat bersama Milan. Bahkan, bisa dikatakan ia sudah menjadi ikon klub.
Performa luar biasanya itu sekaligus menobatkan dirinya sebagai legenda di tanah Italia. Ia terus melaju dan menunjukkan konsistensinya hingga mampu membawa Milan menjadi klub terbaik dunia.
Akan tetapi, segalanya seakan lenyap setelah Kaka memutuskan untuk hijrah ke Real Madrid. Disinalah, tinta emasnya perlahan luntur.
Ricardo Kaka memiliki segalanya untuk menaklukkan dunia. Ia bahkan menyabet gelar pemain terbaik di tahun 2007 mengalahkan Ronaldo dan Messi.
Performa gemilangnya bersama Milan dilirik oleh raksasa Spanyol, Real Madrid. Kaka datang ke Madrid tepat pada tahun 2009. Kedatangannya pun dibarengi oleh bintang Portugal, Cristiano Ronaldo.
Sama-sama berstatus sebagai pemain terbaik, Kaka mengaku bahwa musimnya bersama el Real tak berjalan mulus. Ia sering menemui jalan buntu untuk mencari performa terbaiknya.
“Aku benar-benar hilang, aku bahkan tak bisa menemukan performa terbaikku saat di Milan dulu.”
Kaka gagal memenuhi ekspekstasi tinggi di Santiago Bernabeu. Rangkaian cedera dan inkonsistensi membuat Kaka tampil tak segemilang prediksi banyak orang.
Ditambah, ketidakcocokannya dengan Jose Mourinho. Kaka menganggap bahwa Mourinho benar-benar merubah segalanya. Pelatih asal Portugal itu tak memberi banyak kesempatan untuknya.
Mourinho tidak cukup mempercayainya,
“Jose Mourinho adalah pelatih yang sulit bagiku untuk bekerja sama. Ketika aku pikir dia akan memberiku kesempatan, ternyata hal itu tak pernah terjadi,”
“Aku tidak mendapat kesempatan untuk membuktikan performaku kepadanya,”
“Aku berlatih keras, berjuang dan banyak berdoa, tetapi tanpa keyakinan pelatih padaku, lalu aku menyadari bahwa aku tidak bisa bekerja sama dengannya.”
Menyusul performa labilnya, Florentino Perez mempersilahkan Kaka untuk pergi. Dengan segala penderitaan dan pupusnya harapan, Kaka kembali ke mantan klub nya, AC Milan.
Saat itu, Kaka mengaku sangat bahagia.
“Aku sangat bahagia setelah meninggalkan Real Madrid dan kembali ke Milan.”
Namun, semua tak lagi sama. Magisnya hilang ditelan bumi. Cedera demi cedera terus menghantuinya. Meski bahagia bisa kembali ke Milan, Kaka juga sedih karena tak mampu lagi memberi seluruh kemampuannya untuk tim yang membesarkan nama nya itu.
Kaka memutuskan untuk pindah ke Orlando City dan mengakhiri karir disana.
Kepindahannya ke Real Madrid benar-benar ia sesali. Meski begitu, Kaka tak pernah menyimpan dendam dengan Mourinho. Ia mengaku masih berhubungan baik dengan Mou, apalagi setelah Mou menyatakan bahwa Kaka termasuk salah satu pemain paling profesional yang pernah ditanganinya.