Kisah Hebat di Balik Real Betis yang Juara Copa del Rey

spot_img

Keputusan Real Betis menunjuk Manuel Pellegrini adalah keputusan yang tepat. Bukan hanya gaek dan sarat pengalaman, ketenangan pria Chile itu sungguh tidak ada yang bisa menandinginya. Tenang, dingin, dan selalu taktis, itulah Pellegrini. Hal itu sudah ia tunjukkan ketika membawa Manchester City juara Liga Inggris.

Kini, Pellegrini ternyata belum habis. Ditunjuk Real Betis dan tak butuh waktu lima tahun, Pellegrini mengantarkan Real Betis menjadi juara Copa del Rey. Sungguh, ini bukan hanya berita besar tapi justru lebih seperti dongeng. Gerakannya tak kelihatan, tertutup oleh inkonsistensi Barcelona di bawah Xavi.

Namun, percayalah! Bahwa yang tidak kelihatan itu, yang mindik-mindik itu, justru yang membuat cerita Real Betis juara Copa del Rey menjadi makin indah. Apalagi gelar ini sudah mereka nantikan sejak 2005.

Mengalahkan Sevilla di 16 besar. Menggilas Real Sociedad 4 gol tanpa balas di perempatfinal. Dan mengalahkan klub yang mengalahkan Barcelona, Rayo Vallecano untuk melaju ke final untuk bertemu Valencia. Real Betis dan tentu saja Pellegrini, harus menghadapi Valencia yang di semifinal mengalahkan Bilbao, klub yang melumat Real Madrid.

Valencia bukan klub kemarin sore. 6 La Liga, 8 trofi Copa del Rey, 2 trofi Piala Super Eropa setidaknya sudah cukup untuk mengatakan, bahwa Valencia punya reputasi yang bagus. Pellegrini tahu itu, dan ia mencoba tenang sembari mengarahkan bidaknya agar bermain atraktif.

Jalannya Pertandingan

Di babak pertama, Real Betis tampil menawan. Penguasaan bola anak asuh Pellegrini sanggup membuat pemain Valencia kencing berdiri. Sementara, anak didik Jose Bordalas sulit mengembangkan permainan. Valencia tak bisa berbuat banyak.

Menit ke-11, ya belum genap 15 menit pertandingan berjalan, Real Betis melaju satu gol. Borja Iglesias mengukir namanya di papan skor. Setelah itu, Valencia mulai merespons. Bordalas tak bisa hanya diam melihat pertandingan berjalan apa adanya.

Ia mengubah strategi dengan tampil lebih menyerang. Alhasil, menit ke-30 lewat sebuah serangan balik, Hugo Duro mampu menciptakan gol yang ditunggu. Skor berubah sama kuat. Merasa kehilangan kemenangan, Pellegrini menginstruksikan para pemain untuk menggempur pertahanan Valencia.

Sayang, Valencia tetaplah Valencia. Kokohnya pertahanan Valencia memaksa skor 1-1 bertahan hingga interval babak pertama. Di babak kedua, kedua tim tampil ngotot. Namun seperti babak pertama, Los Verdiblancos menguasai permainan dan lebih agresif. Sementara Valencia hanya mencari serangan balik.

Gol yang ditunggu tak tercipta hingga babak kedua usai. Pertandingan mesti berlanjut ke babak tambahan. Dalam 2 x 15 menit, kedua tim masih tetap saling menusuk. Tapi karena faktor fisik dan kelelahan, pertandingan jadi berjalan lebih santai. Tempo pertandingan pun sedikit mengendur.

Laga berlanjut ke adu penalti. 5 penendang Real Betis menuntaskan tugasnya, sedangkan di kubu Valencia hanya 4 orang yang menyelesaikan tugasnya. Yunus Musah, algojo dari Valencia tidurnya pasti tak nyenyak karena gagal mengeksekusi penalti. Pasukan Pellegrini menjuarai Copa del Rey berkat keunggulan 5-4 lewat drama adu penalti.

Lima Penendang Penalti Real Betis, Semuanya Pemain Cadangan

Yang unik, di laga tersebut kelima penendang penalti Real Betis berasal dari bangku cadangan. Entah bagaimana, Pellegrini cerdik sekali mengatur kapan lima pemain itu masuk. Padahal semua orang akan melihat pencetak gol Borja Iglesias menjadi salah satu eksekutor, selain dua nama lain seperti Sergio Canales dan Nabil Fekir.

Namun, tiga pemain itu justru diganti oleh Pellegrini. Ia memasukkan ikon Real Betis, Joaquin Sanchez di jelang menit 90. Nama lain seperti Willian Jose, Andres Guardado masuk di babak perpanjangan. Sementara, Juan Miranda masuk pada interval setelah itu, dan terakhir Christian Tello yang masuk pada 9 menit waktu tersisa.

Orang-orang itulah yang menjadi eksekutor penalti. Dan itu ternyata memang sudah direncanakan. “Mereka masih segar dan mereka adalah spesialis,” kata Pellegrini seperti dikuti FourFourTwo. Para pemain cadangan yang sukses menuntaskan tugasnya itu menunjukkan bahwa omongan Pellegrini tepat, meski juga tak bisa lepas dari keberuntungan.

Trofi Pertama Pellegrini di Spanyol

Ini menjadi kemenangan berharga buat Manuel Pellegrini. Ia telah banyak makan asam garam sepakbola, termasuk membawa Manchester City juara dan terpuruk ketika melatih Real Madrid. Namun, berkat Copa del Rey yang ia raih bersama Real Betis, menunjukkan bahwa Pellegrini masih bisa kok untuk menaklukkan Spanyol.

Trofi Copa del Rey adalah trofi Spanyol pertama Manuel Pellegrini. Ini menjadi penting karena selama melatih di Spanyol, antara lain menangani Villarreal, Malaga, dan Real Madrid, baru kali ini Pellegrini menaklukkan salah satu kompetisi paling bergengsi di Spanyol. Itu artinya ia sudah memenangkan trofi di empat negara yang berbeda: Ekuador, Argentina, Inggris, dan Spanyol.

“Saya beruntung bisa memenangkan trofi di hampir semua negara yang saya kunjungi,” kata Pellegrini yang senyumnya sedang mengembang.

Juan Miranda: Fans yang Jadi Penentu Kemenangan Real Betis

Bukan hanya Pellegrini yang mengukirkan kisahnya di momentum Copa del Rey. Namun, sosok anak muda yang ketika berusia lima tahun menonton Los Verdiblancos bersama keluarganya di Vicente Calderon, pada momen kemenangan itu menangis. Ia adalah Juan Miranda. Pemain 22 tahun yang menjadi algojo terakhir yang dipercaya Manuel Pellegrini.

Pemain yang pernah memperkuat Barcelona itu sebetulnya tidaklah masuk line up. Pellegrini baru memasukkan Miranda di babak kedua perpanjangan waktu. Pemuda itu menggantikan Alex Moreno. “Saya tahu kami akan menang, bahwa itu akan berjalan dengan baik,” kata Miranda usai dirinya menangis tersedu-sedu di lapangan.

Kebahagiaan Joaquin Sanchez

Bukan hanya Miranda yang tangis kebahagiannya pecah, seorang Joaquin Sanchez, pemain paling ikonik di Real Betis tak sanggup menyembunyikan rasa kebahagiaannya. Ia yang juga menjadi salah satu algojo penalti mampu membawa Real Betis juara di umurnya yang menginjak 41 tahun.

Senyumnya yang lebar mengiringi kebahagiannya mengangkat trofi Copa del Rey ke langit-langit Kota Seville. Joaquin teringat, terakhir kali ia melakukan itu 17 tahun yang lalu. Final ini, kata Joaquin, adalah hadiah 20 tahun cinta untuk Real Betis dan sulit baginya untuk tidak menyukai momen ini.

Ia yang kala itu diisukan bakal menyudahi kariernya, justru berseloroh. Dengan selera humornya yang khas, Joaquin menjawab pertanyaan soal meninggalkan klub dengan entengnya. “Bagaimana saya bisa pergi ketika kita baru mulai menang,” kata Joaquin.

Kemenangan Real Betis di Copa del Rey tentu membuat kita semua terkagum. Apalagi ada kisah-kisah hebat di baliknya. Miranda yang jadi penentu klub kebanggannya, Joaquin yang juara di usia senja, Pellegrini yang meraih titel pertamanya di Spanyol, dan tentu saja Hector Bellerin yang beruntung memilih bergabung Real Betis, alih-alih bertahan di Arsenal.

https://youtu.be/z1BpzplmnO8

Sumber referensi: Independent, Balls, TheGuardian, Okezone

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru